Perusahaan Logistik Ajak Penumpang Angkutan Umum Jadi Kurir
Inovasi digital kembali melahirkan layanan baru. Pengelola aplikasi mengajak penumpang angkutan umum menjadi bagian dari bisnis usaha jasa pengiriman.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penumpang angkutan umum yang jumlahnya semakin besar bisa dilibatkan dalam jasa pengiriman. Mereka dapat berperan sebagai kurir dengan mengangkut paket kiriman barang dari stasiun awal hingga stasiun tujuan. Sebagai imbal jasa pengiriman, biaya transportasi umum penumpang ditanggung perusahaan jasa pengiriman.
Model bisnis itu diharapkan bisa mengurangi kemacetan dan polusi udara. Berdasarkan catatan Kompas, sekitar 90 persen pengangkutan barang masih menggunakan truk. Peran transportasi berbasis rel masih minim atau hanya 1 persen dari total pengangkutan. Padahal, pengangkutan kereta api memiliki kepastian waktu, kapasitas angkut yang besar, dan emisi gas buang yang rendah.
Salah satu pendiri Krowrier, Davyn Sudirdjo, menyatakan, jumlah penumpang angkutan umum yang terus meningkat memiliki potensi melahirkan model jasa pengiriman yang ramah lingkungan. Krowrier adalah aplikasi ponsel pintar yang menawarkan layanan pengiriman barang dengan harga Rp 19.000 untuk tujuan mana pun di Jabodetabek.
Menurut Davyn, sembari bepergian dengan angkutan umum, penumpang juga dapat mengangkut paket kiriman barang yang tujuannya searah dengannya. ”Krowrier ingin menambah value bagi para pengguna transportasi publik. Penumpang dapat bergabung menjadi mitra kami dan mendapatkan komisi untuk setiap pengiriman paket yang dilakukan,” katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/9/2019).
Komisi itu setara dengan biaya tiket yang dikenakan saat penumpang naik angkutan umum sehingga biaya naik transportasi umum itu gratis. Penumpang hanya perlu mengangkut paket barang kiriman dari stasiun awal hingga stasiun tujuan. Selebihnya, paket itu akan diantar seorang feeder, yang merupakan mitra kerja Krowrier, dari stasiun hingga tujuan akhir paket.
Besar dan beratnya paket dipastikan memungkinkan bagi para penumpang untuk membawanya tanpa masalah dalam transportasi umum. Davyn menjelaskan, ukuran paket mulai 30 x 30 sentimeter (cm) hingga 70 x 70 cm. Beratnya tidak bisa lebih dari 5 kilogram (kg).
Saat ini Krowrier yang diluncurkan sejak Mei 2019 baru beroperasi untuk rute stasiun kereta rel listrik (KRL) Depok-Manggarai. Ke depan, Krowrier berambisi memperluas kesempatan menjadi kurir Krowrier kepada penumpang transportasi umum lain, seperti moda raya terpadu (MRT), Transjakarta, Kereta Api Bandara Railink, dan lintas rel terpadu (LRT). Mengacu pada catatan Play Store, hingga Kamis ini, Krowrier sudah diunduh lebih dari 100 orang.
”Ke depan, kami akan memperluas area layanan hingga semua rute KRL Jabodetabek. Kami menargetkan semua rute KRL, MRT, Transjakarta, Railink, dan MRT sudah tersedia layanan Krowrier pada kuartal IV tahun 2019. Duplikasi di kawasan Asia menjadi target kami pada 2021,” tutur Chief Executive Officer (CEO) Krowrier Said Romadlon.
Konsep pengiriman barang yang melibatkan penumpang disambut baik sejumlah pengamat transportasi. Sebagian berpendapat bahwa ide itu menarik, tetapi dengan beberapa catatan.
”Boleh saja terobosan itu. Hanya perlu dicatat bahwa penanganan barang setiap penumpang beda-beda. Ada yang kasar, ada yang apik, ada yang seenaknya, atau mungkin ada yang ditendang-tendang pas di dalam kereta karena geser duduk misalnya. Ini perlu diperhatikan. Pemilik barang juga perlu diberi tahu bahwa barangnya dibawa ’orang lain’ yang secara volunter menjadi kurir,” tutur Sony Sulaksono Wibowo, ahli rekayasa transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Selain itu, mobil kurir yang diganti dengan penumpang angkutan umum bagi Sony kurang signifikan mengurangi kemacetan Jabodetabek. ”Penumpang hanya mengantar dari stasiun ke stasiun. Dari stasiun hingga tujuan akhir tetap dengan kendaraan. Kecuali kalau stasiun hingga tujuan akhirnya mengundang komunitas pesepeda,” ucapnya.
Sementara itu, ahli transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengakui bahwa inovasi Krowrier cukup menarik. Para pelaku di bidang logistik saat ini memang perlu mencari solusi dalam menangani aturan pembatasan lalu lintas, seperti ganjil genap yang semakin diperluas. ”Pelaku usaha bidang logistik perlu berpikir bagaimana mendistribusikan barang dengan menggunakan teknologi cerdas seperti ini. Yang penting, usaha itu bisa sustainable,” ucap Djoko.