JAKARTA, KOMPAS - Penetapan Imam Nahrawi sebagai tersangka terkait kasus korupsi dana hibah dari Kemenpora ke KONI Pusat menimbulkan keprihatinan kalangan olahraga. Atlet, pelatih, dan pengamat olahraga berharap muncul menteri olahraga yang lebih profesional, berintegritas, paham, dan peduli dengan dunia olahraga.
Atlet lari jarak pendek PB PASI Joko Kuncoro Adi ditemui seusai latihan di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (19/9/2019), mengaku prihatin dengan peristiwa itu, Sebab sudah mencoreng semangat sportivitas yang jadi nilai luhur olahraga. Dia berharap peristiwa itu jadi yang terakhir.
Dia ingin Menpora dijabat oleh orang yang lebih berintegritas. "Kasus seperti ini memukul perasaan atlet. Apalagi, ini terjadi saat kami sedang berjuang menyiapkan diri membela negara di SEA Games 2019 Filipina," ujar atlet asal Surabaya, Jawa Timur itu.
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini juga menyatakan prihatin untuk kedua kalinya menpora yang terjerat kasus korupsi. Hal itu menandakan Kemenpora tidak pernah belajar dari pengalaman yang sudah-sudah.
Eni berharap kejadian itu bisa menjadi momen perubahan lebih baik untuk dunia olahraga. Untuk itu, ia mengusulkan bidang olahraga punya kementerian tersendiri tanpa bergabung dengan kepemudaan. "Kalau bisa, menteri olahraga itu juga orang yang benar-benar profesional dan paham olahraga, orang yang pernah menggeluti olahraga karena pasti akan lebih paham bagaimana kondisi dunia olahraga nasional," katanya.
Eni menggambarkan suasana ketika ia menjadi atlet renang nasional pada 1960-an. Saat itu, menteri olahraga dijabat Maladi, mantan penjaga gawang timnas Indonesia dan Ketua Umum PSSI 1950-1959.
Maladi dinilai sangat peduli dengan atlet. Kompleks GBK benar-benar menjadi istana olahraga para atlet. Ketika itu, semua pelatnas ada di GBK. Atlet dipusatkan di permukiman atlet dekat Kompeks GBK.
Harapan agar menpora berasal dari kalangan profesional juga disuarakan pengajar Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia Didik Zafar Sidik. “Menpora sebaiknya figur profesional yang memahami kebijakan membangun prestasi olahraga nasional, karena Kemenpora adalah pemegang dan pemangku kebijakan yang strategis dalam menciptakan bangunan prestasi olahraga,” ujarnya.
Dia menambahkan, Kemenpora harus bersedia untuk berkolaborasi bersama Kemendikbud dan Kemenristek Dikti menyelenggarakan keolahragaan di tanah air. Dimulai dari satuan pendidikan terendah sampai ke satuan pendidikan yang lebih tinggi, dengan usia emas di tingkat perguruan tinggi. “Olahraga adalah salah satu pilar bangsa. Perencanaan yang matang dan cermat harus dilakukan dengan benar, ini tugas Bappenas,” ujarnya.
Dengan pembinaan olahraga dimulai dari pendidikan dasar, pengamat olahraga Fritz Simanjuntak mengusulkan kementerian olahraga dilebiur dengan ke kementerian pendidikan. Hal ini dilakukan dengan memperkuat Direktur Jenderal Olahraga di pendidikan, fokus pembinaan di sekolah olahraga, dan kompetisinya dilakukan dengan melibatkan induk organisasi olahraga.
"Selama ini menpora hanya menjadi urusan politik," ujarnya.
Mengundurkan diri
Presiden Joko Widodo berjanji segera memutuskan sosok yang akan mengisi posisi Menteri Pemuda dan Olahraga, yang ditinggalkan Imam Nahrawi. Presiden menerima surat pengunduran diri Imam Nahrawi dari jabatannya selaku Menteri Pemuda dan Olahraga di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis pagi.
Sehari sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumumkan Imam sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana hibah dari Kementerian Pemuda dan Olahraga kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Dalam kasus ini, Imam disangka telah menerima suap Rp 26,5 miliar.
Presiden tengah mempertimbangkan apakah akan langsung mengisi posisi Menpora dengan pejabat baru atau menunjuk pelaksana tugas sampai masa jabatan menteri di Kabinet Kerja berakhir pada 20 Oktober.
Setelah bertemu Presiden, Imam berpamitan dengan pejabat dan staf Kemenpora. Di hadapan seluruh pejabat dan staff, Imam Nahrawi pamit dan menyatakan siap menjalani proses hukum pasca ditetapkan sebagai tersangka suap dana hibah KONI.
Dia juga berharap agar pengunduran dirinya tidak mengganggu agenda olahraga nasional baik multicabang ataupun cabang tunggal, seperti Kejuaraan MotoGP 2021 dan Kejuaraan Dunia Bola Basket 2023.”Olahraga sudah menjadi gaya hidup masyarakat. Banyak ajang membutuhkan tenaga, pikiran, dan hati kita,” ujarnya.
Imam mengucapkan terima kasih kepada staf Kemenpora yang selama ini sudah bekerja keras untuk memastikan target prestasi olahraga tercapai. Selain itu, Imam juga meminta agar masyarakat mengedepankan azas praduga tak bersalah. “Nanti kita buktikan di proses berikutnya,” kata dia. (DNA/LAS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.