Target 20 juta wisatawan mancanegara di tahun 2019 terus diupayakan tercapai. Bali sebagai magnet wisatawan dan Banyuwangi sebagai destinasi wisata yang sedang tumbuh punya sejumlah strategi untuk menarik wisata.
Oleh
Andreas Benoe Angger Putranto
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara di tahun 2019 terus diupayakan tercapai. Bali sebagai magnet wisatawan dan Banyuwangi sebagai destinasi wisata yang sedang tumbuh punya sejumlah strategi untuk menarik wisatawan.
Strategi-strategi tersebut diharapkan mampu untuk meningkatkan perolehan devisa dari sektor Pariwisata. Bank Indonesia mencatat terjadi defisit pada sektor jasa yang juga disumbang oleh jasa pariwisata.
Hal itu mengemuka dalam diskusi bertajuk Peran Pariwisata Dalam Mengurangi Current Account Deficit yang digelar Bank Indonesia Jember bersama Bank Indonesia Bali dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di Denpasar, Jumat (20/9/2019).
Kabid Pemasaran dan Promosi Dinas Pariwisata Bali Dewa Ayu Laksmi mengakui ada penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Faktor bencana alam, tingginya harga tiket, hingga situasi politik menjadi penyebabnya.
“Tahun 2018, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 6,5 juta. Tahun ini hingga bulan Juli, sekitar 3,2 juta. Kami khawatir kunjungan wisatawan mancanegara tahun ini dapat turun sekitar 20 persen dari tahun lalu,” ujarnya.
Agar kekhawatiran tersebut tidak terjadi, Dinas Pariwisata Bali menyiapkan sejumlah strategi. Beberapa diantaranya mengembangkan wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) bertaraf internasional. Salah satu yang dilakukan minggu ini ialah menjadi tuan rumah bagi reuni alumni ajang miss world.
Selain itu, Dinas Pariwisata Bali juga terus mencoba mempromosikan potensi wisata di Bali bagian utara, barat dan timur. Pasalnya selama ini semua wisata di Bali terpusat di bagian Selatan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas justru merasa terjadi pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara di daerahnya. Tahun 2018, wisatawan mancanegara mencapai 98.000 orang. Ia optimis tahun ini kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 100.000 orang berkat dibukanya penerbangan internasional langsung dari Malaysia ke Banyuwangi.
Akan tetapi, pihaknya mengakui pertumbuhan wisatawan mancanegara berkat strategi pariwisata yang tepat. Strategi tersebut terus dikembangkan di tengah melemahnya kunjungan wisatawan mancanegara secara nasional.
“Kami selalu menekankan seluruh jajaran dan masyarakat untuk mendesain berbagai tempat sebagai destinasi wisata dan merancang berbagai program sebagai atraksi. Semua dinas adalah dinas pariwisata, semua tempat adalah destinasi, semua kegiatan adalah atraksi,” ujarnya.
Anas mengatakan strategi tersebut berhasil membuat wisatawan memiliki berbagai alternatif untuk beriwisata ke Banyuwangi. Hal tersebut berpotensi untuk meningkatkan devisa. Pasalnya dengan aneka alternatif wisata, wisatawan mancanegara akan tertarik menambah lama tinggal di Banyuwangi.
Saat ini, rata-rata lama tinggal wisatawan manacanegara di Banyuwangi mencapai 2,8 hari. Per hari rata-rata satu orang wisatawan mancanegara menghabiskan Rp 1,6 juta per hari ketika berlibur di Banyuwangi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jember Hestu Wibowo membenarkan adanya perlambatan pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara. Ia mengapresasi upaya pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Banyuwangi yang menyiapkan strategi untuk terus menumbuhkan kunjungan wisatawan mancanegara.
“Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari tahun 2008 dan 2018 memang meningkat. Namun, trennya menurun dari tahun ke tahun,” tutur Kepala Bank Indonesia Jember Hestu Wibowo.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari tahun 2008 dan 2018 memang meningkat. Namun, trennya menurun dari tahun ke tahun
Hestu mengatakan, target kunjungan wisatawan sebanyak 17 juta orang pada 2018 hanya tercapai 93 persen. Sedangkan di tahun 2019, hingga bulan Mei target kunjungan wisatawan mancanegara baru 32 persen.
Hestu menilai perlu dilakukan terobosan di sektor pariwisata agar sektor tersebut masih mampu menghasilkan devisa. Ia optimis di sisa bulan tersisa, target 20 juta wisatawan tercapai sehingga devisit neraca berjalan bisa ditekan.
Hestu mengatakan, hingga kuartal kedua 2019, terjadi defisit sebesar 3,83 miliar dollar AS di sektor jasa. Salah satu yang berkontribusi menyebabkan defisit tersebut ialah pariwisata perjalanan dan transportasi jasa perjalanan.
“Devisit tersebut bisa ditekan bila ada trobosan di pilar-pilar pariwisata. Pilar pilar tersebut ialah, atraksi, amenitas, aksesibilitas dan SDM pariwisata,” ujar dia.