Doni Monardo: Hanya Hujan yang Bisa Padamkan Api Gambut
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengungkapkan kesulitan memadamkan gambut yang terbakar hanya mampu dengan hujan alami.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengungkapkan kesulitan memadamkan gambut yang terbakar karena kondisi gambut yang sudah terlampau kering. Menurut dia, gambut yang terbakar hanya bisa dipadamkan dengan cepat oleh hujan.
Hal itu disampaikannya di sela-sela kunjungan ke Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (20/9/2019). Doni mengunjungi beberapa tempat, seperti ruang oksigen d Puskesmas Bukit Batu, pusat reintroduksi dan rehabilitasi orangutan di Nyaru Menteng, dan lokasi kebakaran di Kilometer 23 Jalan Tjilik Riwut.
”Ketika gambut terbakar, yang bisa memadamkannya hanya satu, hujan alam. Sudah terbukti sekian unit helikopter bom air sudah dikerahkan ke sini, termasuk hujan buatan, ternyata juga untung-untungan belum bisa berhasil, apalagi pasukan darat,” kata Doni.
Di sela-sela kunjungan itu, Doni menyempatkan diri memberikan tausiah di Masjid Al-Amin, Tangkiling, Kota Palangkaraya. Di sana ia memberikan pemahaman soal gambut yang merupakan fosil batubara muda. ”Makanya kalau terbakar luar biasa sulit memadamkannya,” ujarnya.
Ketika gambut terbakar yang bisa memadamkannya hanya satu, hujan alam. Sudah terbukti sekian unit helikopter bom air sudah dikerahkan ke sini, termasuk hujan buatan, ternyata juga untung-untungan belum bisa berhasil, apalagi pasukan dara. (Doni Monardo).
Menurut Doni, saat ini pihaknya melakukan tiga langkah untuk memadamkan api, yakni menggunakan helikopter bom air, teknologi modifikasi cuaca, dan gempuran tim darat.
Hujan buatan mulai menuai hasil efektif dibandingkan bom air. Di Kota Palangkaraya, hujan deras mengguyur kota pada pukul 16.00 hingga petang. Seusai hujan, bau gambut terbakar lambat laun hilang. Namun, hujan belum mengguyur seluruh bagian kota dan belum bisa dipastikan sampai kapan hujan terus turun.
Sejak Selasa (17/9/2019), sebanyak 1,5 ton garam ditabur di udara menggunakan pesawat milik TNI AU CN-295 untuk membuat hujan buatan. Pesawat itu sudah terbang menyisir wilayah Kalteng dan Kalimantan Selatan.
Koordinator Lapangan Bom Air Satuan Tugas Karhutla Kalteng Kapten KAL Irvan mengungkapkan, pihaknya mendapatkan informasi dari BMKG bahwa awan kumulus untuk merangsang hujan sudah terlihat. Setelah itu pesawat yang tadinya membuat hujan buatan di Kalimantan Selatan diarahkan ke Kalteng.
”Ada dua titik di Kalteng selain di sekitar Palangkaraya dan Pulang Pisau, hari ini kami bergerak ke wilayah utara,” kata Irvan.