Bank Permata Miliki Kantor Cabang Kekinian Berbasis Digital
Bank Permata meluncurkan kantor cabang model terbaru di Menara Astra, Jakarta. Kantor cabang bergaya kekinian berkonsep tidak menggunakan kertas karena didukung teknologi layanan digital.
Oleh
erika kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Era digital yang telah mendisrupsi industri keuangan dan perbankan tidak membuat PT Bank Permata Tbk menghentikan pengembangan di kantor cabang. Kemajuan teknologi digital justru dikawinkan dengan keahlian sumber daya manusia untuk memberikan layanan perbankan yang optimal.
Jumat (20/9/2019), Bank Permata meluncurkan kantor cabang model (model branch) terbaru di Menara Astra, Jakarta. Kantor cabang bergaya kekinian berkonsep tidak menggunakan kertas (paperless) karena didukung teknologi layanan digital diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.
"Pembukaan model branch ini merupakan salah satu wujud dari peta jalan digital Bank Permata. Menurut kami, teknologi tanpa manusia seperti robot yang enggak ada perasaan. Sebaliknya, kalau manusia tanpa teknologi, pelayanan enggak optimal," ujar Direktur Utama Bank Permata Ridha Wirakusumah.
Secara fisik, bangunan model branch Bank Permata akan 95 persen terbuka untuk melayani penjualan. Hal ini berbeda dengan konsep kantor cabang sebelumnya yang 45 persen hingga 50 persen dimanfaatkan untuk aktivitas back office. Secara luasan, kantor cabang baru juga bisa diperkecil hingga di bawah 1.000 meter persegi.
Dengan layanan yang hampir sepenuhnya digital dan tanpa menggunakan kertas, layanan di kantor cabang akan lebih cepat dan efisien. Adapun jumlah karyawan tidak akan dikurangi, melainkan diberi latihan tambahan agar bisa optimal melayani nasabah.
"Pemanfaatan digital dan optimalisasi layanan bukan untuk efisiensi biaya. Kami justru berambisi memperbesar Bank Permata dengan memperbanyak lini bisnis dan kantor cabang yang saat ini masih berjumlah 331 unit," lanjutnya.
Bank Permata juga terus mengembangkan digitalisasi dalam bentuk aplikasi perbankan yang disebut PermataMobile X. Sejak diluncurkan Agustus 2018, aplikasi itu memiliki sekitar 200 fitur untuk berbagai layanan.
Layanan itu seperti mengecek akun tabungan, kartu kredit, membuka akun deposito, membeli obligasi atau reksadana, transaksi kode respons cepat (QR code). Aplikasi itu juga dilengkapi fitur canggih, seperti pengenalan wajah untuk mengakses akun.
Direktur Teknologi dan Operasional Bank Permata Abdi Salimin mengatakan, adopsi teknologi digital dalam berbagai bentuk layanan telah membuat 95 persen transaksi yang dilakukan 3 juta nasabahnya dalam setahun terkahir berjalan secara otomatis, tanpa sentuhan tangan.
"Digitalisasi membuat produktivitas dari unit transaksi yang diproses meningkat 87 persen dalam setahun. Tak hanya itu, biaya yang keluar dari setiap transaksi juga lebih efisien, dari sebelumnya Rp 1.815 menjadi Rp 1.072 per transaksi," katanya memaparkan.
Digitalisasi membuat produktivitas dari unit transaksi yang diproses meningkat 87 persen dalam setahun.
Peningkatan produktivitas dan efisiensi itu juga didukung berbagai platform digital lain yang mereka kembangkan. Selain PermataMobile X, ada juga Aplikasi Pemograman Antarmuka (Application Programming Interface/API) Banking, PermataNet, Permata e-bisnis, Digital VaIue Chain, Voice ID Call Center, ATM dan media sosial PermataBank.
Kinerja
Selain terus mengembangkan teknologi digital, Bank Permata diharapkan mampu menjaga manajemen bisnis untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Direktur Pengawasan Bank 2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Adhief Razali, pada kesempatan yang sama, menyampaikan pentingnya memastikan keamanan layanan dan integritas sumber daya manusia.
"Soal keamanan harus jadi yang utama, jangan pelit investasi ke sana. Demikian juga dengan menjaga integritas dan kepemimpinan yang baik, karena peraturan harus dipatuhi," pesannya.
Sementara itu, Direktur in-charge Astra Financial Suparno Djasmin mengapresiasi kinerja Bank Permata dua tahun terakhir. Seperti diketahui, pada 2016, bank milik Astra International itu pernah membukukan rugi bersih hingga Rp 6,48 triliun, dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross mencapai 8,83 persen. Nilai tersebut tercatat sebagai kerugian terbesar sejak bank tersebut berdiri pada 1955.
"Bank Permata pernah melalui masa-masa sulit. Namun seluruh tim telah bekerja keras dua tahun terakhir hingga NPL turun sampai 3,6 persen, dengan rasio pencadangan terakhir sebesar 150-an persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 200 persen. Yang paling penting, inovasi yang terus dilakukan," kata dia.
Selama semester I-2019, Bank Permata tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp 106,9 triliun atau tumbuh 3,7 persen dibandingkan periode di 2018 yang sebesar Rp 103,2 triliun. Pertumbuhan tersebut disumbang bisnis wholesale banking yang tumbuh sebesar 4,8 persen dan retail banking sebesar 2,9 persen.