Hujan buatan akhirnya turun di Riau setelah pesawat Hercules C-130 menyemai 3,4 ton garam di Dumai dan Rokan Hilir di Sumatera Selatan serta Padang Sidempuan di Sumatera Utara. Wilayah itu dinilai paling berpotensi.
Oleh
·3 menit baca
Dampak asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih sangat membahayakan kesehatan warga. Penerbangan di sejumlah provinsi masih terganggu.
JAKARTA, KOMPAS — Hujan buatan akhirnya turun di Riau setelah pesawat Hercules C-130 menyemai 3,4 ton garam di Dumai dan Rokan Hilir di Sumatera Selatan serta Padang Sidempuan di Sumatera Utara. Wilayah itu dinilai paling berpotensi.
Tim Teknologi Modifikasi Cuaca Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. ”Hujan turun di Dumai, tepatnya di Kelurahan Batu Teritip, yang berbatasan dengan Rokan Hilir,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Fajar Adriyanto di Jakarta, Kamis (19/9/2019).
Hujan turun lebih kurang 30 menit dengan intensitas sedang. Hujan turun sekali di pagi hari dan sekali di sore hari. Hingga kemarin, empat pesawat—dua di Riau, dua di Kalimantan—menyemai awan. Di Kalimantan, pesawat CN-295 TNI AU terbang menyemai awan pukul 13.30-15.45 di wilayah Kabupaten Katingan, utara Palangkaraya, dan Kabupaten Kapuas. Pesawat terbang setinggi 8.000 kaki (2,4 kilometer) dan menghabiskan bahan semai garam NaCl 1.500 kilogram.
”Ini sudah disiapkan semaksimal mungkin. Semoga awan muncul. Tim akan ada di Kalbar hingga Oktober,” ujar Komandan Pangkalan Angkatan Udara Supadio, Pontianak, Marsekal Pertama Palito Sitorus.
Koordinator Lapangan BPPT untuk Operasional Teknologi Modifikasi Cuaca di Kalimantan Barat Satyo mengatakan, Rabu siang, penyemaian garam dilakukan untuk pertama kali. ”Penyemaian garam dilakukan di Kabupaten Bengkayang, Landak, dan sekitar Sekadau. Informasi BMKG, di daerah itu ada pembentukan awan potensial,” kata Satyo.
Hingga Kamis kemarin, kabut asap di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya masih pekat. Jarak pandang pagi hari hanya 300-400 meter. Kualitas udara di Pontianak juga masih berkategori sangat tidak sehat.
Kamis pagi, penerbangan dari dan menuju Bandara Internasional Supadio masih terganggu. Officer in Charge Angkasa Pura II Bandara Internasional Supadio Sulkarnaini menuturkan, 10 penerbangan terganggu, yakni lima batal berangkat dan lima batal mendarat.
Di Sumatera Utara, dua penerbangan juga batal mendarat di Bandara Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara, Kamis pagi. Di Bandara Kualanamu, sejumlah penerbangan dibatalkan karena bandara tujuan terkena asap.
Darurat asap
Di Palangkaraya, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengungkapkan sudah menandatangani surat kenaikan status dari Siaga Darurat menjadi Tanggap Darurat, Rabu malam. ”Dengan status ini, pengobatan semua korban asap ditanggung pemerintah dari provinsi sampai kabupaten/kota,” katanya.
Kabut asap mengganggu aktivitas warga. Warga diimbau mengurangi kegiatan di luar ruangan. Di Tanjung Jabung Timur, Jambi, kabut asap kian tebal menyelimuti. Meskipun aktivitas sekolah tetap berjalan, anak-anak dipulangkan lebih cepat, yaitu pukul 09.00.
Sementara di Batam, Kepulauan Riau, kualitas udara yang tidak menentu memaksa Pemerintah Kota Batam mempertimbangkan meliburkan siswa. Semua kepala sekolah jenjang TK, SD, dan SMP di Batam, Kamis, dikumpulkan untuk tanggap kabut asap. Penggunaan masker disarankan untuk meminimalkan dampak asap terhadap kesehatan siswa.
Dari sisi transportasi, menurut Kepala Stasiun Meteorologi Tarempa Dudi Juhandinata, aktivitas penerbangan di Bandara Letung, Anambas, lumpuh tiga hari terakhir. (EDN/IDO/ITA/NDU/CIP/NSA/RAM/ESA/ICH)