Berbagai jalan keluar mengatasi kabut asap, baik oleh Indonesia maupun negara terdampak, hanya bersifat sementara. Perlu kerja sama internasional untuk menghasilkan solusi jangka panjang.
KUALA LUMPUR, KAMIS— Malaysia akan mendorong negara- negara di Asia Tenggara mempererat kerja sama guna mencari jalan keluar jangka panjang mengatasi kabut asap dari kebakaran hutan yang mayoritas terjadi di Indonesia.
Dalam beberapa pekan terakhir, Malaysia dan Singapura turut diselimuti kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan untuk perkebunan di Indonesia. Ribuan sekolah diliburkan dan warga terpaksa menggunakan masker untuk menghindari menghirup partikel asap.
”Saya akan mengundang konferensi dengan Sekretaris Jenderal ASEAN untuk menyampaikan pandangan kami sekaligus menyatakan harapan adanya mekanisme yang lebih efektif di level ASEAN untuk solusi jangka panjang masalah kabut asap ini,” kata Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Yeo Bee Yin dalam konferensi pers, Kamis (19/9/2019).
Malaysia merasa rencana aksi penanganan kabut asap yang disusun tahun 1997 di ASEAN tidak bisa menjadi acuan untuk jangka panjang.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan Malaysia untuk mengatasi masalah itu saat ini adalah merancang undang-undang yang bisa menghukum perusahaan Malaysia yang bertanggung jawab atas kebakaran. Selain itu, kata Yeo, Malaysia akan terus menyemai awan hujan untuk memicu hujan turun, terutama di area-area yang diselimuti kabut asap parah. Pesawat akan menebarkan zat kimia di udara, seperti sodium klorida dan magnesium oksida.
Malaysia juga mempertimbangkan menggunakan pesawat nirawak (drone) untuk membuat hujan buatan.
Belum cukup
Namun, itu saja tidak cukup. Menurut Yeo, diperlukan kerja sama internasional untuk merumuskan jalan keluarnya. ”Hujan buatan hanya solusi jangka pendek. Undang-undang yang kami buat pun hanya berlaku pada perusahaan Malaysia. Yang kita butuhkan adalah kerja sama internasional untuk solusi jangka panjang,” kata Yeo.
Selain Malaysia, kabut asap dari Indonesia juga menyelimuti Singapura, membuat kualitas udara berada pada level tidak sehat.
Mengantisipasi kondisi tersebut, penyelenggara balapan Formula Satu mengatakan, kejuaraan yang digelar Jumat (20/9/2019) malam hari itu tetap dilaksanakan. Mereka memiliki rencana darurat menghadapi kabut asap yang kian memburuk. Penonton bisa membeli masker untuk menutupi hidung dan mulut dari kabut yang ada di lokasi balapan. Panitia juga menyiapkan tenaga untuk membantu mereka yang merasa tidak sehat.
”Kondisi kabut asap bisa berubah-ubah sangat cepat, bisa berbeda dari hari ke hari, bahkan dalam hitungan jam,” kata juru bicara Grand Prix Singapura.
Situasi terkini, kabut asap beserta saran kesehatan akan ditampilkan di laman resmi yang juga bisa dilihat melalui aplikasi di telepon genggam serta ditampilkan di layar selama balapan tiga hari itu digelar.