Twitter Bekukan Jaringan Propaganda Arab Saudi di Media Sosial
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
SAN FRANSISCO, JUMAT -- Pengelola Twitter mengumumkan pembekuan 4.531 akun dari Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Akun milik mantan penasihat keluarga Kerajaan Arab Saudi, Saud al-Qahtani, ikut dibekukan.
Dalam pernyataan pada Jumat (20/9/2019), Twitter menyebut akun-akun itu terkait media yang dikelola negara. Semua akun itu fokus menyebarluaskan pesan-pesan mendukung Arab Saudi.
Mengenai akun-akun dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir, Twitter menemukan pola pesan yang fokus menyerang Iran dan Qatar. Akun-akun UEA dan Mesir juga ikut mendukung Arab Saudi.
Twitter mengidentifikasi akun-akun itu dikelola perusahaan yang disebut sebagai DotDev. Perusahaan itu menyebut sebagai penyedia jasa perangkat lunak dan berkantor pusat di Abu Dhabi, UEA. DotDev juga punya kantor di Mesir.
Kantor media pemerintah UEA tidak segera merespons permintaan tanggapan atas langkah Twitter tersebut. Twitter menyebutkan, pihaknya juga telah mengambil tindakan terhadap akun-akun yang beroperasi dari luar UEA, termasuk Spanyol dan Ekuador.
Twitter memaparkan, jaringan 4.258 akun yang beroperasi dari UEA menggunakan nama-nama palsu. Akun-akun itu mencuit kebanyakan soal Qatar dan Yaman. Tidak disebutkan, entitas di balik operasi tersebut.
Twitter menyatakan mengikuti langkah Facebook yang lebih dulu membekukan akun pendukung Arab Saudi. Pada Agustus 2019, Facebook mengumumkan pembekuan 350 akun palsu yang fokus menyebar propaganda Arab Saudi. Setelah itu, Facebook juga membekukan 350 akun dari UEA dan Mesir dengan alasan sama.
Akun Qahtani
Tidak ada penjelasan terperinci dari Twitter soal pembekuan akun Qahtani. Unggahan terakhir dari akun itu tercatat pada 22 Oktober 2018. Twitter hanya menyebut akun itu melanggar peraturan pelantar media sosial tersebut. Namun, beberapa sumber mengungkapkan kepada Reuters pada Januari lalu bahwa Qahtani terus menggunakan pengaruh yang menonjol di balik layar.
Sampai Oktober 2018, Qahtani dikenal sebagai penasihat komunikasi bagi Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Ia dicopot dari jabatannya karena diduga terlibat pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi. Namun, pejabat Arab Saudi menolak mengungkapkan apakah Qahtani telah ditangkap.
Namun, menurut sejumlah sumber, ia tidak termasuk orang-orang yang diadili dalam kasus pembunuhan Kashoggi. Kantor komunikasi pemerintahan Arab Saudi tidak segera membalas permintaan Reuters untuk memperoleh tanggapan Riyadh dalam kasus tersebut.
Pemerintah Arab Saudi awalnya membantah terlibat pembunuhan yang terjadi di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki itu. Bahkan, awalnya Riyadh menyangkal ada pembunuhan di konsulatnya.
Setelah berbagai data diungkap, Riyadh mengakui ada sejumlah oknum pejabat dan pegawai kerajaan terlibat. Pengakuan itu diikuti dengan pencopotan sejumlah pejabat, termasuk Qahtani.
Sampai sekarang, kasus itu belum sepenuhnya tuntas. Sebab, belum semua eksekutor tertangkap. Jenazah Khashoggi juga tidak kunjung ditemukan.