Sepak bola sebagai olahraga terpopuler di dunia dapat menjadi alat untuk menjaga dan membangun perdamaian, termasuk di Indonesia.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
Sepak bola sebagai olahraga terpopuler di dunia dapat menjadi alat untuk menjaga dan membangun perdamaian, termasuk di Indonesia. Nilai-nilai positif yang ada di olahraga ini dapat menjadi cara mempersatukan semua perbedaan.
Kegiatan Festival Sepak Bola untuk Perdamaian ke-3 yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Sepak Bola Uni Papua di Jakarta, Sabtu (21/9/2019), merupakan salah satu buktinya.
Peserta yang datang dari berbagai komunitas, instansi pendidikan, dan tim sepak bola lokal bersatu dalam permainan sepak bola. Bahkan, kegiatan ini diikuti delapan negara sahabat yang diwakili oleh para diplomat dan komunitas internasional di Jakarta.
Mereka tak memedulikan panas terik matahari dan debu yang berhamburan. Bukan piala yang mereka kejar, melainkan solidaritas menjadi tujuan.
Ambasador Perkumpulan Sepak Bola Uni Papua Gabriel Fabianus Yulianus Edoway (14) mengungkapkan, sepak bola bukan hanya sebuah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Namun, olahraga ini dapat menjadi sarana untuk menjaga perdamaian di Indonesia dan dunia.
”Sepak bola bukan hanya berbicara soal kemampuan untuk memainkan bola, melainkan untuk pembentukan karakter,” ujar Gabriel.
Gabriel menceritakan, ketika masih tinggal di Jayapura, Papua, hampir semua anak di sana menyukai sepak bola seperti dirinya sejak umur empat tahun. Dengan bahasa sepak bola, anak-anak Papua bersatu. Bahkan, segala konflik yang terjadi di Papua dapat mereda ketika mereka bermain sepak bola.
Nilai positif bagi perdamaian
Dari hobinya tersebut, Gabriel pun begabung dengan Uni Papua dan menjadi duta besar sejak 2015 setelah pindah ke Salatiga, Jawa Tengah. Siswa kelas III SMP tersebut selalu menyuarakan nilai-nilai positif yang ada di sepak bola.
Gabriel menyayangkan ketika terjadi kerusuhan pada pertandingan sepak bola di Indonesia. Perkelaian antara pemain dan suporter sangat mencederai nilai-nilai sportivitas sebab sepak bola tidak hanya memburu kemenangan.
Sepak bola juga mengajarkan untuk saling menghormati lawan seperti berani mengakui kekalahan dan meminta maaf ketika melakukan pelanggaran.
Pendiri Perkumpulan Sepak Bola Uni Papua Harry Widjaja menuturkan, sepak bola dapat menyatukan perbedaan dan membangun perdamaian. ”Di dalam sepak bola banyak nilai positif yang diajarkan. Sepak bola dapat menjadi alat untuk pendekatan,” kata Harry.
Bermain sepak bola tidak hanya untuk bersenang-senang. Namun, bisa digunakan untuk mempelajari hal-hal positif seperti bagaimana menjadi pemimpin, bekerja sama, dan mau menerima perbedaan demi kepentingan tim.
Sepak bola dapat menjadi ruang untuk menjaga perdamaian dan alat kampanye untuk menggaungkan nilai-nilai pentingnya perdamaian tersebut. Ia berharap, gerakan menjaga perdamaian dapat terus tersosialisasikan melalui sepak bola.
Pelatih sepak bola dari Lembaga Swadaya Masyarakat Gawad Kalinga, Filipina, Chester De Torres mengungkapkan, sepak bola memiliki pengaruh yang besar pada kehidupan sosial masyarakat sebab olahraga ini sangat digemari oleh orang banyak. Melalui sepak bola, nilai-nilai perdamaian dapat disampaikan dengan mudah pada masyarakat.
Kapten Tim Persatuan Sepakbola Hizbul Wathon dari Perkumpulan Muhammadiyah Pusat, Hafiz H Syafaaturrahman, mengatakan, dengan sepak bola setiap orang dapat menyebarkan nilai-nilai perdamaian. Karena itu, pemain harus menjunjung tinggi nilai sportivitas agar olahraga ini tidak lekat dengan tindakan anarkistis.
Ketika di dalam lapangan, setiap tim dapat bertarung demi meraih kemenangan. Namun, setelah keluar lapangan, setiap orang harus menghormati satu sama lain.
Setiap pemain dapat mengalami kekecewaan ketika bermain sepak bola, tetapi tetap harus menjaga perdamaian agar tidak muncul tindakan kekerasan.
Di dalam sepak bola, segala perbedaan dapat lebur menjadi satu sebab segala identitas seperti suku dan asal daerah akan ditanggalkan. Seperti yang ada di timnya, mereka berasal dari berbagai daerah, seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua yang bergabung menjadi satu tim.