Pengendalian pencemaran di Sungai Cileungsi tak hanya menyelamatkan ekosistem sungai, tetapi juga dapat mengangkat potensi kawasan tujuan wisata. Sungai itu memiliki Curug Parigi yang dikenal sebagai Niagara Indonesia.
Oleh
Aguido Adri/Stefanus Ato
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas menanti keseriusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyelesaikan masalah pencemaran di Sungai Cileungsi. Pengendalian pencemaran di sungai itu tak hanya menyelamatkan ekosistem sungai, tetapi juga dapat mengangkat potensi kawasan tujuan wisata.
Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) Puarman mengatakan, keseriusan Pemerintah Provisi Jawa Barat ditunggu untuk segera menyelesaikan masalah pencemaran Sungai Cileungsi. Jika pengendalian pencemaran berhasil akan berdampak pada pengembangan tujuan wisata.
”Di sana ada Curug Parigi, itu dinamakan Niagara Indonesia, karena persis seperti air terjun Niagara di Amerika. Letaknya strategis, terletak di perbatasan Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor. Sungai Cileungsi dijadikan tujuan wisata dengan syarat airnya harus bersih dulu,” katanya.
Persoalan Sungai Cileungsi, kata Puarman, begitu kompleks dan dilematis. Saat musim hujan, banjir akan meluap ke permukiman penduduk, sementara saat kemarau sungai tercemar limbah pabrik.
Di sana ada Curug Parigi, itu dinamakan Niagara Indonesia, karena persis seperti air terjun Niagara di Amerika.
Oleh karena itu, penyelesaian masalah di Sungai Cileungsi harus dilakukan secara komprehensif, termasuk mengatasi masalah banjir. KP2C merekomendasikan empat poin mengatasi persoalan sungai itu.
Pertama, normalisasi Sungai Cileungsi perlu dilakukan karena normalisasi sebelumnya dilakukan pada 1976. Kedua, pembangunan tanggul permanen karena kondisi tanggul sudah rapuh dan bocor.
Ketiga, perlunya pembangunan tanggul penghambat atau cek dam yang berfungsi mengendalikan sedimen dan aliran permukaan. Dan, terakhir, membuat waduk di hulu sungai.
”Kalau dua dari empat rekomendasi dilaksanakan, wilayah Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi akan terbebas dari banjir,” ujar Puarman.
Tercemar berat
Menurut Puarman, KP2C sudah sejak lama mendesak Gubernur Ridwan Kamil turun tangan menyelesaikan masalah pencemaran di Sungai Cileungsi. Sebab, sungai itu mengalir melintasi dua daerah, yaitu Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi.
”Penanganannya tidak bisa dilakukan hanya pemerintah satu kota atau kabupaten. Jadi, layak diambil alih oleh provinsi meskipun sebenarnya sudah terlambat,” kata Puarman.
Dia menambahkan, kondisi air Sungai Cileungsi tercemar berat. Di sungai itu, ikan sapu-sapu yang mampu bertahan hidup di air kotor dan berlimbah pun sudah tidak ada. Air di sungai itu kian berwarna hitam pekat berbau busuk dan berbuih.
Tercemarnya air Sungai Cileungsi diduga berasal dari limbah industri. Di antara Jembatan Wika dan Jembatan Cikuda, Kabupaten Bogor, yang panjang aliran sungainya sekitar 6 kilometer, tidak ada permukiman penduduk.
Namun, ada 70-80 industri yang beroperasi di sana dan membuang limbahnya ke sungai. Air Sungai Cileungsi yang di kawasan industri itu warnanya hitam pekat.
Melihat kondisi Sungai Cileungsi, Puarman berharap Gubernur Jawa Barat mengambil langkah tegas menindak para pelaku pencemaran itu. Sanksi yang selama ini dikenakan kepada pelaku pencemaran melalui penjatuhan sanksi denda dinilai tidak menimbulkan efek jera.
Menanggapi hal itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, penanganan pencemaran Sungai Cileungsi saat ini menjadi atensi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pemerintah akan menjajaki kerja sama dengan Komando Daerah Militer Siliwangi dan Kepolisian Daerah Jawa Barat.
Industri yang niatnya tidak baik akan kami tindak tegas. Silakan berbisnis di Jawa Barat, tetapi harus menghormati lingkungan.
Ridwan akan membuat tim seperti tim di Citarum dengan melibatkan TNI, Polri, dan kejaksaan.
”Industri yang niatnya tidak baik akan kami tindak tegas. Silakan berbisnis di Jawa Barat, tetapi harus menghormati lingkungan. Karena, jika airnya kotor, berpengaruh kepada warga di DKI Jakarta. Kita akan lakukan secepatnya,” tuturnya.