Aktivis remaja asal Swedia, Greta Thunberg, berhasil menginspirasi jutaan pelajar dunia untuk berdemonstrasi mengampanyekan perang melawan pemanasan global.
NEW YORK, SABTU -- Jutaan pelajar di seluruh dunia turun ke jalan untuk berkampanye memerangi pemanasan global. Mereka terinspirasi seruan remaja aktivis lingkungan Swedia, Greta Thunberg, yang meminta para pelajar untuk berdemonstrasi demi menyelamatkan masa depan generasi muda di Bumi.
Sekitar 4 juta orang serentak dari Berlin sampai Boston, Kampala sampai Kiribati, dan dari Seoul sampai Sao Paulo, Jumat (20/9/2019), menghimpun kekuatan mencegah ancaman kenaikan temperatur di Bumi yang telah menyebabkan kekeringan, tsunami, banjir, dan lainnya.
Unjuk rasa global guna memerangi dampak perubahan iklim itu diikuti Pertemuan Puncak Iklim Remaja, yang baru pertama kali ini digelar
di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Sabtu (21/9/2019). Pada Senin besok, PBB juga menyelenggarakan KTT Aksi Iklim yang dihadiri oleh sekitar 60 pemimpin negara.
”Tak ada planet B, mari jadikan Bumi berjaya kembali”, demikian slogan dalam berbagai aksi di sejumlah negara.
Unjuk rasa yang berlangsung sejak Jumat itu mengawali 5.800 demonstrasi yang dilakukan sampai pekan depan di 163 negara. Dalam keterangan tertulis, penyelenggara aksi (350.org) menyebutkan, aksi ini merupakan unjuk rasa terbesar menyikapi ancaman bagi Bumi akibat kenaikan suhu.
”Anda memimpin pertempuran melawan krisis iklim. Anda berada di sisi yang benar dalam sejarah,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres kepada para remaja pengunjuk rasa melalui Twitter.
Menurut organisasi 350.org, sekitar 3.000 perusahaan menutup kantor mereka sebagai dukungan atas aksi itu.
Baru permulaan
Di New York, sekitar 250.000 pengunjuk rasa yang berkumpul di Battery Park mengelu-elukan Thunberg bak bintang. Remaja berusia 16 tahun itu dan 500 aktivis lingkungan dari seluruh dunia, Sabtu, mengikuti KTT Iklim Remaja di Markas Besar PBB.
Thunberg tiba di New York pada 28 Agustus lalu setelah 14 hari berlayar melintasi Samudra Atlantik. Remaja dengan sindrom asperger atau gangguan saraf yang masuk dalam spektrum autisme itu pertama kali mengetahui isu perubahan iklim pada usia delapan tahun. Ia terkejut orang dewasa tak bertindak lebih serius mengatasi masalah ini.
Bertahun-tahun ia memikirkannya hingga sampai pada titik memilih membolos sekolah untuk berunjuk rasa sendirian guna menyadarkan pengambil kebijakan. ”Ini baru permulaan. Perubahan akan datang, suka atau tidak,” kata Thunberg di hadapan demonstran di New York.
Unjuk rasa di AS, antara lain, juga berlangsung di Seattle, Washington, Miami, Madison, dan Santa Rosa.
Pelajar di seluruh dunia umumnya terinspirasi aksi Thunberg yang setiap Jumat berunjuk rasa sendirian selama satu tahun sampai akhirnya ia mendapat perhatian internasional. ”Ini kemenangan. Saya tak percaya hal ini bisa terjadi, sangat cepat, hanya 15 bulan,” ujar Thurnberg.
Di Jakarta, aksi serupa digelar anak-anak sekolah dan aktivis lingkungan dengan berjalan bersama dari Taman Cut Mutia hingga Balai Kota dan Istana Merdeka, Jumat. Dalam demonstrasi di beberapa negara, pengunjuk rasa juga menyerang kalangan yang skeptis terhadap perubahan iklim, termasuk Presiden AS Donald Trump. (AP/AFP/REUTERS/AYU/ADH)