Dominasi ganda putra Indonesia pada tiga turnamen BWF World Tour Super 1000 dan Kejuaraan Dunia tahun ini menjadi modal berharga untuk meraih prestasi pada Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Yulia Sapthiani
·5 menit baca
CHANGZHOU, MINGGU - Tiga turnamen BWF World Tour Super 1000 tahun 2019 berakhir dengan usainya final China Terbuka, Minggu (22/9/2019). Indonesia dan China memperlihatkan dominasi, masing-masing pada nomor ganda putra dan campuran. Hasil ini menjadi bekal awal untuk medali Olimpiade Tokyo 2020.
Indonesia membawa pulang gelar melalui ganda putra nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Mereka mengakahkan rekan senior yang juga juara dunia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, 21-18, 17-21, 21-15 di Olympic Sports Center Gymnasium, Changzhou.
Kevin/Marcus mensyukuri kemenangan tersebut meski mengaku tak tampil maksimal. ”Hari ini, permainan saya tidak terlalu baik, entah karena tempo lawan atau karena angin. Koknya bergoyang saat di atas jadi sehingga menyulitkan untuk dismes. Selain itu, lawan sudah berpengalaman. Bang Ahsan, badannnya enggak fit saja bisa masuk final,” kata Marcus dalam laman resmi PP PBSI.
Selama di China Terbuka, Ahsan tampil dengan rasa sakit pada kedua betisnya. Dengan kondisi ini, Hendra/Ahsan pun memutuskan batal bertanding di Korea Masters, pekan ini.
Gelar dari China Terbuka ini melengkapi gelar ganda putra Indonesia dari turnamen selevel, All England dan Indonesia Terbuka. Dalam kalender turnamen BWF, hanya tiga turnamen itu yang termasuk kategori Super 1000. Selain kejuaraan beregu, hanya Kejuaraan Dunia dan Olimpiade yang berada di atas ketiganya.
Final China Terbuka menjadi final kedua antara sesama pasangan Indonesia setelah Indonesia Terbuka, Juli. Ketika itu, Kevin/Marcus menang dari lawan yang sama. Adapun di All England, Maret, Hendra/Ahsan menjadi juara.
Hendra/Ahsan pun menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang selalu lolos ke final turnamen BWF Super 1000 tahun ini. Mereka melengkapinya dengan gelar juara dunia. Prestasi tersebut menjadi bekal ganda putra Indonesia meraih medali Olimpiade, dengan catatan bisa mempertahankan penampilan untuk setahun ke depan.
“Persaingan di ganda putra sangat ketat sejak babak awal, terutama di Super 1000. Saya salut dengan pemain Indonesia yang selalu memiliki motivasi dan kepercayaan diri tinggi, tentu saja dengan latihan, kerja keras, fokus, dan kekompakan. Meski demikian, kami tak boleh lengah untuk Olimpiade, harus bekerja lebih keras lagi,” tutur Aryono Miranat, pelatih yang mendampingi ganda putra di Changzhou.
Ganda putra Indonesia selalu meraih medali sejak bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992. Emas didapat di Atlanta 1996, Sydney 2000, dan Beijing 2008. Akan tetapi, nomor andalan Indonesia ini gagal dalam dua Olimpiade terakhir.
Di London 2012, hasil terbaik ganda putra adalah perempat final yang diraih Ahsan/Bona Septano. Empat tahun kemudian, Hendra/Ahsan tersingkir pada penyisihan grup.
Selain Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan, dua pasangan peringkat teratas dunia saat ini, persaingan memperebutkan kuota maksimal, dua wakil pada setiap nomor, juga diikuti Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang dihentikan Kevin/Marcus pada semifinal China Terbuka. Mereka berada pada peringkat ketujuh dunia.
Namun, hingga saat ini, PP PBSI belum menentukan kriteria untuk memilih dua wakil yang berhak tampil di Tokyo 2020. Hendra, usai menjadi juara dunia, Agustus, berpendapat, penilaian paling adil untuk memilih dua wakil adalah berdasarkan peringkat dunia.
Hendra (35) tak menduga bisa mendapat hasil seperti saat ini. Target awal peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 bersama Markis Kido ini, saat berpasangan dengan Ahsan (32) pada 2019 hanya menempati peringkat 10 besar dunia. Akan tetapi, persaingan menuju Tokyo 2020 menjadi motivasi mereka untuk tak mau kalah dengan pesaing yang lebih muda.
“Saya dan Ahsan belum mendapat medali Olimpiade. Kami masih ingin itu,” kata Hendra.
Seperti dominasi Indonesia pada ganda putra, China menguasai ganda campuran. Semua turnamen Super 1000 dan Kejuaraan Dunia dijuarai pasangan yang sama, yaitu Zheng Siwei/Huang Yaqiong. China juga memiliki Wang Yilyu/Huang Dongping yang dikalahkan Zheng/Huang di final China Terbuka dan Indonesia Terbuka. Hadirnya dua pasangan yang menguasai dua posisi teratas peringkat dunia itu membuka peluang China menjadi yang terbaik di Tokyo 2020, setelah hanya meraih perunggu di Rio de Janeiro.
Adu mental
Tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, gagal mempertahankan gelar juaranya setelah kalah dari Kento Momota (Jepang) di final. Laga final selama 1 jam 30 menit, ini menjadi final terketat dari semua nomor. Momota menang, 19-21, 21-17, 21-19, dalam ulangan final 2018.
Pertandingan di antara dua pebulu tangkis yang selalu bersaing sejak sejak 2018 itu mengundang decak kagum penonton, terutama saat keduanya berusaha menjangkau kok dalam posisi sulit. Kemenangan pada gim pertama didapat berkat kesabaran Anthony dalam mencari peluang untuk menyerang.
Dia juga tangguh dalam bertahan, salah satunya ketika meraih angka dari pengembalian smes saat posisi jongkok. Momota tak menduga smesnya bisa dikembalikan Ginting dan kok jatuh di area lapangan kosong.
“Pertandingan tadi menjadi laga adu mental karena kami sebenarnya sama-sama lelah. Saya senang bisa memenanginya berkat semangat juang saya,” kata Momota dikutip dari laman resmi BWF. Kemenangan ini melengkapi gelar pebulu tangkis nomor satu dunia ini dari All England dan Kejuaraan Dunia.
Sementara, Anthony mengatakan, dia seharusnya tak banyak membuat kesalahan dalam final tersebut. “Jika bisa mengurangi kesalahan, mungkin saya bisa mengalahkannya jika bertemu Momota lagi. Itu pelajaran dari pertandingan tadi,” katanya.
Di tunggal putri, Carolina Marin (Spanyol) meraih gelar pertamanya setelah beristirahat selama delapan bulan akibat cedera lutut ketika bertanding dalam final Indonesia Masters, Januari. Di final, Marin mengalahkan unggulan kedua asal Taiwan, Tai Tzu Ying, 14-21, 21-17, 21-18.
Sementara itu, gelar ganda putri diraih pasangan tuan rumah, Chen Qing Chen/Jia Yifan. Unggulan keempat ini mengalahkan pasangan Jepang peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Misaki MAtsutomo/Ayaka Takahashi, 21-14, 21-18.