Kualitas udara di Kota Medan terus menurun akibat asap dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera. Setelah berada pada level sangat tidak sehat sepekan ini, indeks standar pencemar udara masuk kategori berbahaya.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kualitas udara di Kota Medan, Sumatera Utara, terus menurun akibat asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Sumatera. Setelah berada pada level sangat tidak sehat sepekan ini, indeks standar pencemar udara masuk kategori berbahaya, Senin (23/9/2019).
Kualitas udara ini sangat mengancam kesehatan masyarakat. Selain itu, kabut asap pekat juga mengurangi jarak pandang sehingga mengganggu penerbangan. Semua penerbangan di Bandara Silangit, Tapanuli Utara, dibatalkan. Sementara penerbangan di Bandara Kualanamu terganggu karena bandara tujuan terdampak asap.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumatera Utara Mariduk Sitorus mengatakan, indeks standar pencemar udara di Kota Medan pada Senin (23/9/2019) pukul 15.00, masuk kategori berbahaya, level yang paling buruk.
”Kualitas udara memburuk dari sebelumnya yang sudah masuk kategori sangat tidak sehat,” katanya.
Mariduk mengatakan, selama September ini, kualitas udara di Sumut rata-rata masuk kategori tidak sehat. Namun, dalam beberapa hari belakangan ini pengukuran kualitas udara tidak bisa dilakukan karena ada kerusakan alat di stasiun.
Pengukuran kualitas udara bisa dilakukan pada Senin setelah dilakukan perbaikan. Namun, hasil pengukuran hanya diumumkan di kantor DLH Sumut dan tidak ada papan informasi di ruang publik.
Memburuknya kualitas udara di Kota Medan sangat memengaruhi kesehatan masyarakat khususnya yang beraktivitas di luar ruangan. Bernapas di ruang terbuka terasa sesak dan mata perih. Suasana kota tampak mendung sepanjang hari karena jarak pandang yang rendah. Namun, sebagian besar pengguna jalan tampak tidak menggunakan masker.
Yoanita Malau, siswa SMA Santo Thomas Medan, menggunakan masker karena kabut asap semakin tebal dan membuatnya sesak. Ia dan siswa lainnya mengurangi aktivitas belajar di luar ruangan untuk mengurangi dampak asap.
”Hampir semua teman sekelas saya menderita batuk, flu, atau demam,” katanya.
Akan tetapi, kata Yoanita, ia tidak mengetahui seberapa buruk kualitas udara di Kota Medan. Hal itu karena tidak ada papan informasi di ruang publik yang menunjukkan hasil pengukuran kualitas udara.
Daniel Pasaribu (30), pengemudi ojek daring, mengatakan, dirinya hanya bisa bekerja setengah hari karena kabut asap sangat mengganggu. ”Meskipun pakai masker, tetap saja masih terasa sesak. Sudah seminggu ini saya menderita batuk,” katanya.
Penerbangan terganggu
Sementara itu, semua penerbangan di Bandara Silangit dibatalkan pada Minggu dan Senin karena jarak pandang yang hanya sekitar 1.000 meter (m) akibat kabut asap. ”Jarak pandang aman di Bandara Silangit minimal 3.000 m. Semua penerbangan terpaksa kami batalkan selama dua hari ini,” kata Pelaksana Tugas Manajer Bandara Silangit Servis Sitorus.
Jarak pandang aman di Bandara Silangit minimal 3.000 meter. Semua penerbangan terpaksa kami batalkan selama dua hari ini. (Servis Sitorus)
Servis mengatakan, jarak pandang aman di Bandara Silangit minimal 3.000 m karena bandara yang berada di ketinggian 1.416 m di atas permukaan laut itu dipenuhi pegunungan. Meski semua penerbangan dibatalkan, penumpang tetap datang ke bandara menunggu jika jarak pandang bisa membaik sewaktu-waktu.
Manajer Cabang Bidang Komunikasi dan Hukum Bandara Kualanamu Wisnu Budi Setianto mengatakan, lima penerbangan di bandara tersebut dibatalkan karena bandara tujuan terdampak kabut asap. Namun, jarak pandang di Bandara Kualanamu yang berkisar 1.200-1.500 m masih bisa melayani penerbangan karena jarak pandang aman di bandara itu minimal 800 m.
Prakirawan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Budi Rasetyo, mengatakan, kabut asap dari kebakaran di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan terbawa angin yang berembus dari arah tenggara dan selatan. Kabut asap itu membuat jarak pandang di wilayah Sumut berkisar 1-5 kilometer.