Ferrari memetik hasil kerja keras mereka untuk memodifikasi sistem aerodinamika mobil SF90. Sebastian Vettel dan Charles Leclerc menguasai dua posisi teratas Grand Prix Formula Satu Singapura.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
SINGAPURA, MINGGU — Lonjakan penampilan diperlihatkan tim balap Formula 1 Ferrari pada musim ini dengan menguasai podium Grand Prix Singapura, Minggu (22/9/2019). Prestasi itu tidak terlepas dari paket baru aerodinamika yang dibawa tim Italia itu ke Singapura.
Sirkuit Marina Bay di Singapura yang bermandikan cahaya sebetulnya bukan tipikal sirkuit yang cocok untuk Ferrari. Tim berjuluk ”Kuda Jingkrak” itu kerap tampil buruk pada sirkuit jalan raya yang memiliki karakter serupa Marina Bay, sempit dan didominasi tikungan esktralambat. Hal itu sebelumnya terjadi di Monako dan Ajerbaizan.
Namun, di Singapura Ferrari mendobrak hasil buruk itu dan menempatkan dua pebalapnya, Sebastian Vettel dan Charles Leclerc, sebagai juara dan runner-up seri ke-15 musim 2019 itu. Ferrari bahkan mengukir sejarah baru, yakni sebagai tim F1 pertama yang mampu finis di peringkat satu dan dua dalam 12 tahun penyelenggaraan balapan malam di Singapura itu.
Prestasi di Singapura sekaligus menjadi kemenangan ketiga beruntun Ferrari musim ini. Mereka sebelumnya juga memenangi seri Belgia dan Italia. Sebaliknya, tim favorit juara, Mercedes, gagal meraih podium untuk kali kedua musim ini. Dua pebalapnya, Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas, masing-masing finis keempat dan kelima. Mereka finis di belakang andalan tim Red Bull, Max Verstappen, yang melengkapi podium ketiga.
Kemenangan itu sekaligus mengangkat kembali Vettel, juara dunia F1 empat kali yang nama dan performanya sempat tenggelam. Berbeda dari biasanya, Vettel tampil sempurna. Ditambah strategi mengganti ban lebih dini, penampilan tidak bercelanya itu mampu mencuri kemenangan meskipun start dari posisi ketiga.
Hasil itu menjadi kemenangan pertama Vettel setahun terakhir, atau sejak seri Belgia Agustus 2018. ”Sungguh kemenangan yang manis. Awal musim ini sempat sangat sulit bagi tim kami, termasuk saya. Namun, akhir-akhir ini kami mulai kembali hidup. Mobil semakin bagus dari seri ke seri. Selamat untuk tim (Ferrari),” ujar Vettel seusai balapan itu.
Meskipun kecewa gagal meraih kemenangan ketiga beruntun, Leclerc puas dengan performa mobil dan timnya. Pebalap muda asal Monako itu sempat memimpin hingga seperempat lomba. Namun, ia dilewati seniornya, Vettel, berkat pendekatan taktik pergantian ban yang berbeda oleh timnya.
Yang terpenting, kami finis satu dan dua, apalagi ini diraih setelah memenangi balapan di rumah (Italia).
Favorit
Mercedes sebetulnya merupakan tim favorit juara di sirkuit jalan raya ini. Mobil tim asal Jerman itu dikenal memiliki keunggulan downforce yang menjadi faktor penentu di seri balapan dengan banyak tikungan lambat itu. Tidak heran, Mercedes memenangi GP Singapura tiga tahun terakhir.
Namun, Ferrari—yang tahun ini memiliki kelemahan pada downforce—menggebrak dengan membawa paket aerodinamika baru di Singapura untuk menutupi kekurangannya tersebut. Mereka menghadirkan komponen lantai, diffuser, serta sayap depan dan belakang baru pada mobil Ferrari SF90.
Perubahan paling signifikan terlihat di sayap depan SF90. Terinspirasi oleh Mercedes, Ferrari menambahkan lubang udara pada moncong sayap depan mobil mereka. Modifikasi mirip lubang hidung itu memungkinkan udara dari bawah sasis mengalir lebih cepat dan membuat cengkeraman mobil ke aspal lebih kuat saat melibas tikungan.
Perubahan itu langsung terasa saat kualifikasi, Sabtu. Leclerc merebut posisi start terdepan, diikuti rekan setimnya, Vettel, di posisi ketiga. Kedua pebalap Ferrari itu dipisahkan oleh Hamilton di posisi kedua. Namun, pada lomba yang diwarnai kehadiran safety car berkali-kali ini, Hamilton gagal menyaingi kecepatan pebalap Ferrari.
”Sebelum balapan ini, saya dengar berkali-kali bahwa kami jadi favorit dan akan bersaing dengan Red Bull. Ferrari entah berada di mana karena mereka hanya cepat di trek lurus. Namun, itu tidak benar. Ferrari adalah kekuatan khas yang harus diperhitungkan. Selalu,” ujar CEO Mercedes Toto Wolff.