”Sorga” di Bekas Pembuangan Sampah Warga
Pemerintah Desa Sesela, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menggunakan dana desa untuk mengubah bekas tempat pembuangan sampah menjadi sarana olahraga atau Sorga. Selain untuk berolahraga, Sorga juga menjadi ruang pengembangan bakat dan minat, hingga interaksi antarwarga.
Jam menujukkan pukul 05.30 Wita ketika Supariyanti (65) keluar dari rumahnya di Desa Sesela. Ia baru saja selesai shalat Subuh. Suhu udara 20 derajat celsius tak menahan langkah pensiunan guru sekolah dasar itu. Mengenakan hijab berwarna coklat dan daster, serta sendal jepit, Supariyanti berjalan ke Sorga Sesela yang berada beberapa puluh meter dari rumahnya.
Begitu tiba, ia langsung berjalan mengelilingi lapangan futsal. Sesekali, ia menaruh kedua lengan di depan dada, kemudian menariknya maju mundur. Kadang, ia mengangkat lurus kedua lengannya. ”Saya berkeliling sepuluh kali, baru injak batu,” kata Supariyanti menunjuk ke jalur refleksi, sekitar 5 meter dari lapangan futsal.
Mengandalkan cahaya dari lampu jalan yang menerangi lapangan futsal, ia terus berkeliling. Selang beberapa menit, dari sisi timur lapangan futsal, datang dua warga lain. Mereka langsung mendekati Supariyanti, bersalaman dan bertanya kabar, lalu bersama-sama berjalan mengelilingi lapangan futsal.
”Sebentar lagi makin ramai. Biasanya, sepulang dari shalat Subuh berjemaah, warga ke sini,” kata Supariyanti. Benar saja. Tak lama, kala hari kian terang, semakin banyak warga, baik perempuan maupun laki-laki, datang. Usianya beragam, mulai anak-anak hingga warga lanjut usia (lansia).
”Saya setiap pagi ke sini. Paling senang berjalan di atas batu-batu ini. Apalagi tanpa sendal,” kata Sapiah (90). Perempuan yang memiliki 31 buyut tersebut tetap lincah berjalan di atas jalur refleksi yang cukup membuat tapak kaki terasa nyeri.
Sesekali, mereka yang berolahraga di sana berhenti dan berkumpul di satu titik. Lalu sambil terus menginjak batu-batu, mereka berbincang dengan sangat hangat tentang berbagai hal. Tak jarang, tawa lepas terdengar dalam obrolan mereka.
Rutin
Olahraga pagi di Sorga memang rutin dilakukan warga Desa Sesela yang berada sekitar 7 kilometer utara Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat. Desa seluas 227.027 hektar tersebut memiliki penduduk 14.128 jiwa. Sebelum Sorga itu ada, Supariyanti, Sapiah, dan warga lain biasa berolahraga melewati pinggir jalan raya. ”Seiring bertambahnya usia, anak- anak melarang saya lewat di pinggir jalan besar. Banyak kendaraan, takut terjadi apa-apa,” kata Sapiah.
Sejak warga lansia bisa leluasa berolahraga di Sorga, kesehatan dan kebugaran tubuh mereka terjaga. ”Saya merasa tetap sehat dan jarang sakit. Kalau pusing, tinggal injak-injak batu. Maka, (kepala) terasa ringan kembali,” kata Supariyanti.
Manfaat Sorga tidak hanya dirasakan oleh para warga lansia. Anak-anak muda di Sesela juga setiap hari berolahraga di kawasan tersebut. ”Kami biasanya pada sore hari ke sini untuk bermain futsal, yang menjadi kegemaran pemuda di sini,” kata Adi Hidayat (24).
Selain untuk berolahraga, area Sorga itu juga digunakan untuk berkumpul warga. Pada momen tertentu, kegiatan lain kerap diselenggarakan, seperti senam bersama dan pertunjukan seni budaya. Apalagi di sisi, di selatan lapangan futsal, dibangun panggung hiburan.
Bekas TPS
Sebelum menjadi seperti sekarang, Sorga yang berada tepat di belakang Pasar Sesela merupakan tempat pembuangan sampah (TPS) liar selama puluhan tahun. Dari beberapa foto dokumentasi milik Desa Sesela, terlihat berbagai jenis sampah menumpuk di sana. Tidak hanya pemandangan, aroma dari sampah juga sangat mengganggu warga.
”Kami bahkan sampai menggunakan alat berat untuk mengangkat sampah di sana ketika akan membangun Sorga ini,” kata Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Desa Sesela A Lutfhi Khobir. Sekretaris Desa Sesela Farman Andi Triwidarti mengatakan, meskipun digunakan sebagai tempat pembuangan sampah, warga Sesela kerap menggunakan area tersebut untuk bermain futsal, termasuk pertandingan antardusun. Hanya saja, kondisinya memprihatinkan dan tidak layak. ”Selain banyak sampah, areanya juga berlubang dan banyak batu,” kata Farman.
Melihat hal itu, pemerintah desa yang saat itu di bawah pimpinan Asmuni AS, melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrembangdes), memutuskan membangun ruang terbuka hijau pada 2015. Ruang terbuka hijau tersebut diharapkan bisa menjadi tempat bertemu bagi warga dari sejumlah dusun, serta beraktivitas seperti kegiatan olahraga.
Akhirnya, pada 2016, berdiri lapangan futsal beserta jalur refleksi dengan biaya pembangunan berasal dari dana desa sebesar Rp 150 juta. Selanjutnya, pada 2017, di area itu juga dibangun panggung hiburan berukuran 12 meter x 10 meter dengan biaya dari dana desa sebesar Rp 106,6 juta. ”Panggung ini bisa dibilang sebagai ujung tombak dari semua acara di desa. Jadi, ketika memiliki acara, warga tidak perlu menyewa lagi karena sudah ada panggung. Semua warga Sesela bisa menggunakannya untuk acara hiburan dan sebagainya,” kata Farman.
Tahun lalu, fasilitas di Sorga ditambah, yaitu berupa area skateboard. Pembangunannya juga menggunakan anggaran dana desa sebesar Rp 80 juta.
”Kepala desa melihat banyak anak-anak yang bermain skateboard di jalan raya. Selain mengancam keselamatan anak- anak, dikhawatirkan juga mengganggu lalu lintas.
Oleh karena itu, muncul inisiatif membangun area skateboard di sana,” kata Farman. Setelah hampir tiga tahun berlalu, meskipun tetap bisa digunakan, kondisi lapangan futsal tersebut memang tidak seperti saat awal dibangun. Garis-garis masih terlihat. Hanya saja cat dan plesternya mulai terkelupas. Sementara, kondisi jalur refleksi dan panggung serta area skateboard masih baik.
”Ketika gempa melanda Lombok pada 2018, kawasan ini dipakai warga untuk mendirikan tenda karena mereka tidak berani pulang ke rumah. Jadi, lapangan tersebut dipaku (untuk mengaitkan tali tenda ke lantai lapangan agar tenda berdiri kokoh) dan lainnya. Kami tentu tidak bisa melarangnya,” kata Lutfhi.
Perawatan dan perbaikan fasilitas di Sorga, menurut Kepala Desa Sesela Abu Bakar, akan dilakukan. Jika tidak menggunakan dana desa, mereka akan menggandeng pihak ketiga, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. ”Apalagi, pada tahun ini kami terpilih untuk mewakili Nusa Tenggara Barat dalam Lomba Desa Sadar BPJS Ketenagakerjaan,” katanya.
Pembenahan Sorga akan terus dilakukan, termasuk membangun fasilitas ruang posyandu sekaligus kantor karang taruna, perpustakaan, dan area jualan untuk warga. Sejalan dengan hal tersebut, mereka juga akan mengevaluasi pemanfaatan fasilitas-fasilitas di Sorga. ”Saat ini, area skateboard memang belum banyak yang pakai. Karena itu, ke depan, bisa saja dievaluasi penggunaannya. Kalau memang bisa dialihkan untuk fungsi lain, akan kami lakukan,” kata Abu Bakar.