Area Semburan Minyak di Pekarangan Warga Surabaya Ditutup
Pemerintah Kota Surabaya menutup sementara area sekitar semburan minyak yang muncul di pekarangan rumah warga di Kutisari, Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Jawa Timur, selama satu pekan.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya menutup sementara area sekitar semburan minyak yang muncul di pekarangan rumah warga di Kutisari, Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Jawa Timur, selama satu pekan. Penutupan tersebut untuk memantau perkembangan semburan minyak sekaligus mencegah pencemaran lingkungan.
Kepala Seksi Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya Ulfiani Ekasari yang ditemui di sela pemantauan semburan minyak, Selasa (24/9/2019) mengatakan, penghuni diminta mengosongkan rumah selama satu minggu. Pihaknya akan melakukan pemantauan di area semburan minyak sebelum memberikan rekomendasi terkait peristiwa tersebut.
Berdasarkan pemantauan dengan alat pemantau gas, semburan minyak tersebut mengandung senyawa sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), nitrogen monoksida (NO), dan ozon (O3). Debit semburan minyak diketahui cukup tinggi saat malam dan menurun saat pagi.
“Kalau di dalam rumah, bau dari minyak cukup menyengat, dan bisa membuat penghuni mengalami pusing,” katanya. Untuk sementara waktu, penghuni rumah diminta tidak menempati bangunan tersebut.
Kalau di dalam rumah, bau dari minyak cukup menyengat, dan bisa membuat penghuni mengalami pusing.
Semburan minyak pertama kali muncul di pekarangan rumah dinas PT Classic Prima Carpet Industries pada Senin (23/9) sekitar pukul 13.00. Staf perusahaan, Waskita, mengatakan, pihaknya sempat mencoba menutup semburan dengan plastik, tetapi gagal. Hingga kini, semburan lumpur masih terus keluar dari satu titik tersebut. Penghuni rumah mulai mengemasi barang-barang dan meninggalkan rumah tersebut sejak Selasa pagi.
Pemkot Surabaya dan Polrestabes Surabaya menutup area semburan minyak menggunakan garis polisi dan memasang tanda larangan merokok di sekitar lokasi. Mereka juga membuat kolam penampungan sementara semburan minyak berukuran 2 meter persegi.
“Kami membuat kolam penampungan sementara untuk mengelola semburan minyak agar tidak mencemari lingkungan. Petugas akan mengambil minyak secara berkala untuk dipindahkan ke tempat aman,” kata Ulfiani.
Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Amien Widodo menduga, munculnya semburan minyak dipicu munculnya retakan tanah saat musim kemarau. Sumber minyak di kawasan tersebut akhirnya keluar ke permukaan. Munculnya retakan tanah mengakibatkan minyak di area tersebut keluar.
Sekitar tahun 1980-an, lanjut dia, kawasan Wonokromo, Kutisari, dan Gunung Anyar merupakan area pengeboran minyak. Meskipun sekarang sudah berhenti beroperasi, kawasan itu tetap memproduksi minyak.
“Seperti pengalaman di tempat lain, semburan minyak diperkirakan masih akan terjadi hingga satu bulan. Peristiwa seperti ini bukanlah pertama kali terjadi di Jatim. Pada 2012 pernah terjadi di Benjeng, Gresik, yang selesai kurang dari satu bulan," katanya.
Kepala Pendistribuasian Gas Regional II Perusahaan Gas Negara (PGN) Muhammad Munari memastikan, semburan minyak bukan berasal dari jaringan gas PGN. Dia memastikan tidak ada pipa jaringan gas di sekitar lokasi semburan. “Jaringan gas terdekat dari lokasi berada sekitar 500 meter,” ucapnya.