Pengendara ojek daring dan sopir bajaj segera tunggang langgang memindahkan kendaraannya saat mobil derek Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan melintas di Jalan Melawai Raya, Senin (23/9/2019).
Oleh
Dian Dewi Purnamasari/Nikolaus Harbowo
·5 menit baca
Pengendara ojek daring dan sopir bajaj segera tunggang langgang memindahkan kendaraannya saat mobil derek Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan melintas di Jalan Melawai Raya, Senin (23/9/2019). Sepeda motor dan bajaj itu parkir di sisi kiri jalan yang ditandai karpet hijau bergambar sepeda. Tak jauh dari lokasi juga terpasang rambu besar yang menunjukkan jalur khusus sepeda.
Pembatas berupa traffic cone pun tak membuat pengendara menghindari jalur sepeda. Meskipun Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan sudah memasang pembatas berupa traffic cone, para pengendara tetap nekat melintas di jalur tersebut. Para pengemudi ojek online berdalih mereka sedang menunggu penumpang atau pesanan makanan. Sementara para pengemudi bajaj juga mengatakan bahwa mereka sedang mengetem menunggu penumpang.
Di Jakarta Selatan, jalur khusus sepeda terbentang di Jalan Melawai Raya-Jalan Tirtayasa-Jalan Profesor Joko Sutono-Jalan Gunawarman-hingga Senopati. Jalur khusus sepeda ini diresmikan tahun 2011.
”Dalam sehari, kami bisa patroli hingga lima kali di Jalan Melawai Raya. Ini untuk mengedukasi para pengendara bahwa ada jalur khusus sepeda,” ujar Fragmen Eka Putra, Kepala Satuan Pelaksana Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru.
Setiap Selasa dan Jumat, pejabat di Jakarta Selatan kerap bersepeda di jalur ini. Bedanya, saat digunakan pejabat, jalur akan dikawal dan disterilkan petugas berwenang. Akan tetapi, warga bersepeda harus kuat mental berhadapan dengan kendaraan yang menyerobot jalur sepeda.
Danang (25) sudah aktif bersepeda ke kantor (bike to work) sejak pertengahan 2017. Ia menempuh 15 kilometer dari kawasan Ciledug, Tangerang, ke Kemandoran, Jakarta Selatan. Di jalur tersebut belum ada jalur khusus sepeda. Akan tetapi, ia tetap mencoba menikmati berbagi jalur bersama kendaraan bermotor lainnya.
Ia pernah mengalami pengalaman yang kurang mengenakkan. Saat itu, ia sudah berjalan di jalur kiri. Tiba-tiba, sepeda motor muncul dari celah-celah mobil. Karena tak sempat mengerem, ia pun terjerembab ke got. ”Menurut saya, bersepeda di Ibu Kota ini masalah mental siap atau tidak,” ujarnya.
Saat ini, jalur sepeda baru tersedia di jalan-jalan besar Ibu Kota. Program sterilisasi jalur khusus sepeda, menurut Danang, juga tidak efektif selama belum diikuti kesadaran masyarakat. Trotoar yang terpisah dari jalan raya pun masih kerap diserobot atau diokupasi pihak lain. Apalagi, jalur khusus sepeda yang sama-sama satu aspal.
”Bagus sih program penertiban atau sterilisasi jalur sepeda ini. Soalnya supaya masyarakat sadar bahwa ada jalur sepeda, untuk mendisiplinkan pengguna jalan lainnya,” kata Danang.
Meski demikian, sebagai pesepeda aktif, bagi Danang keberadaan jalur khusus sepeda belum terlalu penting. Baginya, akan lebih penting jika di setiap fasilitas publik terdapat tempat parkir khusus sepeda. Tempat umum, seperti di Stasiun Pasar Senen, belum tersedia parkir khusus sepeda. Akibatnya, para pesepeda bingung saat akan parkir.
Jika akan ditinggal mudik atau perjalanan jauh, Danang sampai harus mempereteli sepedanya. Hal itu dilakukan supaya sepedanya tidak hilang dicuri orang meski ditempatkan di parkiran sepeda motor.
”Pengalaman saya selama ini masih sulit mencari parkiran khusus sepeda. Mungkin baru di kantor-kantor pemerintah yang ada parkiran khusus sepeda, fasilitas umum seperti stasiun dan halte masih banyak yang tidak ada parkiran sepedanya,” ujar Danang.
Yogi dari komunitas Gowes Menuju Kantor berharap, kelak ketika jalur sepeda sudah terbangun, Pemprov DKI terus merawat jalur tersebut. Dari pengalamannya di Jalan Margonda, Depok, jalur sepeda rusak karena dipakai untuk lahan parkir ojek atau mengetem angkutan kota. ”Pemprov DKI harus bisa mengantisipasi ini dan jelas pemeliharaannya sejak awal,” ucapnya.
Terus berlanjut
Program sterilisasi jalur khusus sepeda di wilayah Jakarta Selatan akan terus digencarkan. Sudin Perhubungan Jakarta Selatan memaku traffic cone di sekitar Jalan Melawai Raya. Rangkaian traffic cone itu juga dihubungkan dengan tali tambang supaya jalur sepeda tidak digunakan untuk parkir kendaraan.
”Kami sudah lakukan edukasi masyarakat ini sejak pekan lalu. Ini pekan kedua dan ternyata masih banyak yang melanggar,” kata Fragmen.
Sterilisasi jalur sepeda ini masih berfokus di Jalan Melawai Raya. Jalur lain, seperti di Jalan Gunawarman, belum ada sterilisasi. Fragmen mengatakan, di jalur tersebut tidak ada program sterilisasi karena sedang ada pembangunan trotoar. Jika dipasang traffic cone, jalur akan menyempit sehingga dikhawatirkan akan menambah kemacetan di jalan tersebut.
Selain itu, lokasi tersebut juga masih dipakai untuk parkir karena belum tersedia area naik-turun penumpang ojek daring. Di sejumlah lokasi, pengelola parkir sudah menggratiskan parkir bagi ojek daring yang akan mengantar atau menjemput penumpang. Itu dilakukan untuk menghindari para pengojek parkir di tepi jalan.
Fragmen berharap, pengelola gedung, seperti Blok M Square, dapat memfasilitasi ojek untuk parkir gratis saat menaik-turunkan penumpang.
Sebelumnya, Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan Christianto mengatakan, jalur khusus sepeda akan diberi pengaman baik itu dari traffic cone maupun pagar semipermanen milik Sudinhub yang digunakan saat ada penutupan jalan.
Upaya itu dilakukan supaya orang tahu fungsi jalur sepeda dan tidak menyerobot jalur khusus itu. Saat ini, masih banyak pengguna sepeda mengeluhkan tidak sterilnya jalur sepeda. Jalur sepeda masih digunakan untuk parkir ataupun diserobot kendaraan lainnya.
”Sebelum uji coba dilaksanakan, setiap hari kami monitor di sekitar Blok M hingga Prapanca. Mobil maupun sepeda motor yang parkir di jalur khusus sepeda akan diminta pindah oleh petugas,” ujar Christianto.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menambahkan, dimensi minimum jalur sepeda memiliki lebar 1,25 meter. Namun, dia tak menutup kemungkinan ada jalur sepeda yang nanti lebih lebar ruangnya karena luas dari setiap jalan berbeda-beda.
Syafrin mengatakan, menurut rencana, sebagian jalur sepeda akan berada di trotoar yang lebarnya memadai, seperti di Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin.
Jalur sepeda didesain memiliki lebar minimum 1,25 meter. Pengadaan jalur sepeda ini juga akan diikuti penataan parkir sepeda, parkir mobil, juga pemasangan marka untuk jalur sepeda.
Dishub DKI akan membuat ruang henti khusus sepeda di sejumlah perempatan yang ramai lalu lintas, salah satunya di perempatan Jalan Pramuka-Salemba. Di tempat tersebut, Dishub juga akan memasang tombol prioritas sepeda di tiang lampu merah sehingga jalan mereka diprioritaskan.
”Jadi akan ada tombol kemudian yang bersangkutan ketika masuk ke persimpangan itu akan memencet tombol. Seluruh persimpangan untuk kendaraan bermotor merah. Yang bersangkutan dapat prioritas sekian detik, mungkin 10-15 detik untuk menyeberang, sehingga keamanan dan kenyamanan dia untuk melintas persimpangan itu terjamin,” ujar Syafrin.