Kemenangan pada dua seri Liga Berlian menjadikan Dina Asher-Smith tidak hanya sebagai penantang para sprinter kawakan pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar.
Oleh
Yulia Sapthiani
·2 menit baca
Mengalahkan salah satu pelari tercepat, Shelly-Ann Fraser-Pryce (Jamaika), membuat Dina Asher-Smith akan menjadi yang diburu, bukan pemburu, pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar. Pelari Inggris berusia 23 tahun itu bertekad mengulanginya pada ajang tertinggi atletik tersebut.
Asher-Smith melakukan itu pada salah satu dari dua final Liga Berlian 2019, di Brussels, Belgia, 6 September. Setelah kalah dari Fraser-Pryce dalam tiga seri Liga Berlian, Asher-Smith menunjukkan potensinya untuk menjadi yang terbaik di dunia.
Dalam persaingan 100 m, Asher-Smith menjadi yang tercepat dengan waktu 10,88 detik. Dia unggul atas Fraser-Pryce (dua kali emas Olimpiade dan tujuh kali juara dunia) yang finis kedua (10,95 detik), serta dari Marie-Josee Ta Lou (Pantai Gading) di posisi ketiga (11,09 detik). Catatan waktu tersebut juga menjadi prestasi terbaiknya pada 2019.
Kemenangan itu terjadi pada momen yang tepat menjelang Kejuaraan Dunia. Sebagai tambahan bekal kepercayaan dirinya, Asher-Smith menjuarai 200 m Liga Berlian seri pertama 2019 yang digelar di Doha. Maka, ketika reporter media Inggris, The Guardian, bertanya pendapatnya tentang menjadi ”yang diburu, bukan pemburu”, dengan tegas, Asher-Smith menjawab, ”Saya menyukainya.”
”Banyak pelari hebat dan berpengalaman, jadi sangat menyenangkan bisa memenangi persaingan itu. Saya gembira bisa menuju Doha dengan penampilan baik, dan itu terjadi pada final Liga Berlian,” lanjut juara dunia 100 m U-20 2014 itu.
Meski demikian, pelari yang setiap kali berlomba selalu ditonton orangtuanya di stadion itu tetap waspada. Dia akan menghadapi persaingan berat dalam dua nomor individu yang akan diikuti, 100 dan 200 m. Apalagi, catatan waktu terbaiknya musim ini masih tertinggal dari para jagoan Jamaika.
Selain itu, Asher-Smith kemungkinan besar juga akan menjadi bagian dari Tim Inggris Raya untuk estafet 4x100 m, seperti ketika membantu timnya meraih perunggu Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan perak Kejuaraan Dunia London 2017.
Pada 100 m, duo Jamaika juara dunia dan Olimpiade, Fraser-Pryce dan Elaine Thompson, masing-masing mencatat 10,73 detik. Adapun pada 200 m, waktu terbaik Asher-Smith (22,08 detik) lebih lambat dari Thompson (22 detik) dan Blessing Okagbare (Nigeria/22,05 detik).
”Saya senang dengan kemenangan di Brussels dan Doha, tetapi Kejuaraan Dunia sangat berbeda. Iklimnya tak dapat disamakan ketika saya menang, tetapi tentu saya berharap hasil baik di Doha,” katanya pada laman IAAF.
Geraldina Rachel Asher-Smith
Lahir: Orpington, London, 4 Desember 1995
Tinggi/berat: 164 cm /58 kg
Penghargaan :
Perunggu 4x100 m Kejuaraan Dunia Moskwa 2013
Perunggu estafet 4x100 m Olimpiade Rio de Janeiro 2016
Perak estafet 4x100 m Kejuaraan Dunia London 2017
Emas 100 m Kejuaraan Dunia U-20 Eugene 2014
Peringkat ke-5 200 m Olimpiade Rio de Janeiro 2016