Jumlah korban tewas pascakerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, terus bertambah. Korban meninggal dunia mencapai 29 orang. Sebanyak 76 orang lainnya luka-luka.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS-Sedikitnya 100 orang dievakuasi dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua ke Jayapura. Mereka adalah warga yang sakit, wisatawan, dan warga dari luar Wamena.
"Pelayanan kesehatan di RSUD Wamena terkendala masalah penyediaan tenaga listrik untuk melaksanakan operasi. Mereka dibawa menggunakan pesawat milik Polri, " tutur Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal di Jayapura, Rabu (25/9/2019).
Hal ini imbas dari kerusuhan yang terjadi Pada Senin (23/9/2019). Kala itu, ratusan pelajar dan warga mendatangi sejumlah sekolah. Mereka meminta siswa berhenti belajar dan lantas ikut berunjuk rasa. Aksi itu dipicu kabar ujaran rasis dari seorang guru pada salah satu siswa SMA PGRI Wamena pada pekan lalu.
Belakangan, diketahui kabar itu adalah bohong. Namun, massa terlanjur rusuh. Mereka membakar lima kantor, 130 kendaraan bermotor, hingga 150 unit rumah.
Selain membantu evakuasi, polisi juga masih mendata korban tewas dan terluka juga terus dilakukan. Hingga Rabu sore, jumlah korban tewas bertambah, mencapai 29 orang. Sebanyak 76 orang lainnya luka-luka.
"Banyak jenazah masih berada di Rumah Sakit Umum Daerah Wamena. Sampai Rabu sore, baru lima jenazah yang dipulangkan ke kampung halamannya," kata
Ia menambahkan, akvitas perekonomian warga di Wamena mulai pulih. Hal itu ditandai dengan kembali dibukanya sejumlah toko. "Warga membuka kembali tempat usahanya agar kebutuhan warga setempat dapat terpenuhi, " tambahnya.
Yudhi (40), warga Wamena mengaku, para pengungsi sangat membutuhkan bantuan makanan, pakaian, tikar, dan obat-obatan. Ia berharap Kementerian Sosial dapat berkoordinasi dengan pemda setempat untuk menyalurkan bantuan bagi para pengungsi.
"Ada warga memilih kembali ke kampung halamannya karena trauma. Mereka tak mau lagi menjadi korban, " tutur Yudhi.
Kapolres Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Tonny Ananda mengatakan, warga yang meninggalkan Wamena pascakerusuhan atas dasar keinginan sendiri. Ia memastikan situasi keamanan di Wamena mulai kondusif.
"Setiap hari kami terus menggelar patroli dan menempatkan pasukan di sejumlah titik yang rawan gangguan keamanan. Total sekitar 1.300 personel Polri di Wamena, " tegas Tonny.
Kacaukan keamanan
Ahmad menduga, kerusuhan Wamena berbuntut pembakaran bangunan empat unit kantor di Sugapa, ibu kota Kabupaten Yalimo, pada Selasa malam. Tujuannya, merusak suasana aman di Papua. Bangunan yang terbakar adalah Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika Yalimo, Satuan Polisi Pamong Praja Yalimo, Badan Keuangan Daerah Yalimo, serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Yalimo.
"Masyarakat di sekitar lokasi kejadian melihat ada sekelompok orang yang membakar bangunan milik empat instansi tersebut pada pukul 19.30 WIT, " kata Ahmad.
Ia pun menuturkan, sekelompok orang ini juga mencoba membakar kantor milik Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Yalimo pada pukul 21.30 WIT. Namun, aksi mereka berhasil digagalkan masyarakat setempat.
Warga sempat mengejar para pembakar. Namun, mereka berhasil kabur
"Warga sempat mengejar para pembakar Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Namun, mereka berhasil kabur, " tutur Ahmad.
Ia menyatakan Polda Papua telah meminta bantuan tim Laboratorium dan Forensik Mabes Polri untuk menyelidiki penyebab kasus pembakaran bangunan tersebut. "Kami akan menyelidiki kemungkinan insiden ini apakah terkait kerusuhan di Wamena atau bagian protes dari mahasiswa yang meminta beasiswa ke pemda setempat," tutur Ahmad.