Kualitas Udara Palembang Membaik Setelah Diguyur Hujan
Hujan yang mengguyur beberapa tempat di Sumatera Selatan membuat kondisi udara di Palembang berangsur membaik, Rabu (25/9/2019). Berdasarkan pantauan satelit Lapan, asap tidak terpantau di wilayah Sumatera Selatan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Hujan yang mengguyur beberapa tempat di Sumatera Selatan membuat kondisi udara di Palembang berangsur membaik, Rabu (25/9/2019). Berdasarkan pantauan satelit Lapan, asap tidak terpantau di wilayah Sumatera Selatan. Indeks standar pencemar udara di Kota Palembang masuk kategori baik.
Berdasarkan pantauan Kompas, setelah hujan mengguyur beberapa wilayah di Sumatera Selatan, udara di Kota Palembang jauh lebih baik. Asap tidak terasa lagi walau pada malam hari. Pada hari sebelum hujan, asap terasa menyesakkan, terutama malam hingga dini hari.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori, di Palembang, menerangkan, udara di Palembang berangsur membaik setelah hujan cukup deras mengguyur beberapa daerah rawan kebakaran di Sumatera Selatan, Selasa.
”Beberapa titik api padam dan sebaran asap pun berkurang, bahkan hilang,” ucapnya.
Berdasarkan data dari satelit Lapan, titik panas di Sumsel menurun signifikan. Pada Rabu total titik panas mencapai 41 titik. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan hari sebelumnya sebanyak 123 titik panas. Tidak hanya itu, indeks standar pencemar udara (ISPU) di Kota Palembang berada pada kategori baik dengan nilai 33.
Walaupun sudah diguyur hujan, kebakaran lahan masih terjadi di beberapa daerah, terutama Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Musi Banyuasin.
Ansori menyebutkan, walaupun sudah diguyur hujan, kebakaran lahan masih terjadi di beberapa daerah, terutama Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Musi Banyuasin.
”Tiga helikopter water bombing diterbangkan di Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir. Adapun di Musi Banyuasin tidak ada helikopter yang dikirimkan ke sana karena lokasinya yang cukup jauh dari Palembang,” ucapnya.
Sampai saat ini, proses teknologi modifikasi cuaca (TMC) belum dilakukan di Sumsel. Hujan yang ada di Sumsel merupakan hujan alami. Terkait kapan TMC akan diterapkan di Sumsel, Ansori mengatakan masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengatakan, dalam rentang waktu 22-24 September, ada enam provinsi yang berstatus siaga karhutla sudah diguyur hujan, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi, dan terakhir Sumsel.
Di Sumsel, beberapa daerah yang sudah diguyur hujan adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, Lahat, dan Kota Palembang. Hujan tersebut mampu mengurangi dampak kebakaran dan asap.
Kondisi ini sangat berpengaruh pada berkurangnya kebakaran lahan dan asap. Berdasarkan catatan BNPB, titik panas yang terjadi tahun 2019 bisa disetarakan dengan titik panas tahun 2015. ”Karena kondisi lahan gambut sangat rentan terbakar, apalagi saat kondisi kering,” kata Doni.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nuga Putrantijo menuturkan, turunnya hujan berintensitas ringan hingga sedang di beberapa daerah di Sumsel pada 23-24 September membuat kualitas udara di Palembang membaik. Hal ini terjadi lantaran konsentrasi partikulat di udara jatuh bersama hujan.
Menurut Nuga, potensi hujan di Sumsel masih akan berlangsung sampai Jumat, 27 September. Hal ini terjadi karena adanya masa peralihan musim yang terjadi akibat pergerakan posisi matahari yang saat ini menuju selatan khatulistiwa.
”Hal ini menyebabkan perlambatan dan belokan angin di garis dan sebelah utara khatulistiwa,” ucap Nuga.
Dengan adanya potensi awan hujan, BMKG menyarankan, saat ini merupakan masa yang tepat untuk dilakukan TMC agar kondisi udara membaik dan kebakaran di sejumlah daerah dapat dikurangi.
Nuga mengingatkan, setelah 27 September, potensi hujan akan berkurang dengan kemungkinan hujan hanya 10-20 persen.
Setelah itu, hujan baru akan mengguyur Sumsel pada dasarian kedua bulan Oktober atau pada kisaran 11-20 Oktober. ”Semua wilayah Sumsel akan diguyur hujan pada akhir Oktober,” ujar Nuga.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, walau hujan telah mengguyur beberapa daerah di Sumsel, pihaknya akan tetap menyiagakan satgas karhutla di sejumlah daerah rawan terbakar. Hal ini karena tugas satgas tersebut baru akan berakhir pada 31 Oktober 2019.