PONTIANAK, KOMPAS Izin empat korporasi perkebunan di Kalimantan Barat yang lahannya terbakar diusulkan dicabut. Sebelumnya, Minggu dan Senin lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyegel area lahan terbakar di lima perusahaan perkebunan di Kubu Raya, Kalbar, yaitu PT SUM, PT PLD, PT AAN, PT APL, dan PT RJP.
Gubernur Kalbar Sutarmidji, Selasa (24/9/2019), mengatakan, empat korporasi yang izinnya diusulkan dicabut tersebut ada di Kabupaten Sanggau. Bupati Sanggau Paolus Hadi telah mengusulkannya ke pusat. ”Kewenangan mengusulkan pencabutan izin korporasi ke pemerintah pusat ada di tangan bupati. Hingga sejauh ini baru Pemerintah Kabupaten Sanggau yang berani mengusulkan pencabutan izin korporasi,” ujar Sutarmidji.
Kepala Polda Kalbar Inspektur Jenderal Didi Haryono mengatakan, jajaran Polda Kalbar telah melakukan penegakan hukum. Ada 86 kasus karhutla yang ditangani, 29 di antaranya korporasi, sedangkan sisanya perorangan. Para aktivis lingkungan dan pendamping masyarakat meminta penegak hukum berhati-hati dalam bertindak. Di sejumlah daerah, penangkapan dilakukan terhadap petani atau pekebun kecil.
Di Banjarmasin, Polda Kalsel menetapkan 20 tersangka pembakar lahan. ”Dalam operasi penanggulangan karhutla yang sudah berjalan sekitar dua bulan ini, ada 200 kejadian diselidiki,” kata Kepala Bidang Humas Polda Kalsel Komisaris Besar Mochamad Rifai.
Berdasarkan data rekapitulasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalsel, hingga 23 September 2019, di Kalsel terjadi 1.557 kebakaran lahan 4.633,12 hektar dan 34 kebakaran hutan seluas 137,05 ha. Operasi pemadaman masih difokuskan untuk membasahi lahan gambut di Guntung Damar, area Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru. Hal itu dilakukan untuk mengurangi risiko gangguan pada penerbangan.
Di Kalteng, asap masih menyelimuti Kota Palangkaraya dan kota-kota lain. Penderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mencapai 22.000 orang.
Hujan buatan
Terkait dengan hujan buatan, lima pesawat disiagakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Teknologi modifikasi cuaca efektif menurunkan hujan hingga 100 juta meter kubik dalam sepekan.
Di Kalimantan, dua pesawat disiagakan di posko Kalteng dan Kalbar, memantau potensi awan 24 jam untuk disemai menjadi hujan. ”Selama ini, awan muncul hanya beberapa saat. Belajar dari itu, maka armada harus selalu siap,” kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto.
Empat hari terakhir, hujan buatan turun merata di Kalbar. Hingga kini, hujan diperkirakan turun sampai 70 juta meter kubik. Di Kalteng, hujan baru turun di Palangkaraya dan Pulang Pisau. Di Sumatera Utara, kabut asap yang melanda sejumlah wilayah masih berada pada level membahayakan kesehatan. Di sejumlah kabupaten, siswa TK dan SD diliburkan. Langkah yang sama dilakukan di provinsi lain. (ESA/JUM/NSA/FRD/IDO)