Warga Jakarta mengharapkan aksi massa yang tertib dan aman. Demonstrasi yang sulit dihindari di Ibu Kota selama ini juga harus segera direspons oleh pemangku kepentingan terkait.
Oleh
J Galuh Bimantara/Wisnu Aji Dewabrata/Dian Dewi Purnamasari/Irene Sarwindaningrum
·4 menit baca
Warga Jakarta mengharapkan aksi massa tertib dan aman. Demonstrasi yang sulit dihindari di Ibu Kota selama ini juga harus segera direspons oleh pemangku kepentingan terkait.
JAKARTA, KOMPAS — Unjuk rasa memprotes sejumlah rancangan undang-undang kembali digelar di Jakarta, Selasa (24/9/2019). Massa tetap bertahan hingga malam meskipun DPR menunda pembahasan sejumlah RUU. Warga Jakarta berharap aksi massa yang tidak mungkin dihindari di Ibu Kota ini bisa berlangsung aman.
Sejumlah pedagang di Pasar Glodok City, Jakarta Barat, masih yakin aktivitas bisnis tidak akan terganggu. Berdasarkan pengalaman saat demonstrasi Mei lalu, kericuhan tidak merembet ke tempat usaha mereka.
”Pemerintah saat ini bagus untuk keamanannya dan dalam segala hal,” ujar pemilik toko elektronik, Kelvin (55), Selasa (24/9/2019), di Pasar Glodok City. Keyakinan itu membuat ia merasa terjamin untuk tetap berdagang.
Pedagang barang elektronik lainnya, Zaenal (29), juga merasa tenang meski awalnya sempat khawatir.
”Saya melihat situasi demo dari status teman-teman saya di WA (Whatsapp).
”Menurut saya, aktivitas tidak akan terganggu karena demo itu,” ucapnya.
Zaenal mencontohkan, saat demonstrasi pecah tanggal 21-22 Mei, ia dan pedagang lain tetap berdagang seperti biasa. Penjagaan oleh anggota TNI dan Polri ketika itu juga ketat.
Sejumlah warga Jakarta berharap demonstrasi di sekitar Senayan berjalan damai tanpa kerusuhan.
”Tak masalah demo, ini aspirasi kami juga sebagai warga Indonesia atas kebijakan pemerintah yang merugikan kita semua. Semoga demo damai dan tidak rusuh,” kata Mifta Hairul (35), warga Jakarta.
Hal senada disampaikan Ridha Oktaviani (27), warga Jakarta. Ia berharap pemerintah mau mendengar suara rakyat dan jangan sampai keputusan dari kebijakan yang diambil merugikan rakyat Indonesia.
”Saya sebenarnya takut kalau demo-demo gini. Semoga lancar dan damai. Sebenarnya tak perlu ada demo. Jalan jadi padat dan transportasi jadi susah. Namun, pemerintah juga seperti tidak memikirkan rakyat atas pengesahan RUU, ya. Semoga Jakarta dan daerah lainnya tetap kondusif,” kata Ridha.
Perjalanan terganggu
Harapan warga itu tidak sepenuhnya bisa terwujud kemarin. Ruas tol dalam kota di depan gedung DPR juga sempat ditutup karena massa memenuhi badan jalan. Penutupan ruas jalan juga dilakukan di sejumlah titik, seperti Jalan Gatot Subroto di depan Gedung DPR dan sebagian Jalan Gerbang Pemuda. Simpang Semanggi yang sempat ditutup dibuka lagi sekitar pukul 21.00.
Selepas pukul 18.00, aksi massa juga menyebabkan sejumlah fasilitas rusak, seperti gerbang tol Senayan, pos polisi lalu lintas di depan kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan pos polantas di belakang DPR yang dibakar. Tenda polisi di depan gerbang Gelora Bung Karno juga dirusak massa. Massa juga merusak kamera CCTV dan membakar pembatas jalan traffic cone.
Hingga pukul 21.30, massa masih melemparkan kembang api di sekitar Jalan Tentara Pelajar, tepatnya di sekitar Stasiun Palmerah. Arus lalu lintas di kedua arah masih tersendat.
Adapun polisi menembakkan gas air mata ke arah massa di sejumlah tempat.
Demonstrasi juga berimbas pada padatnya penumpang di Stasiun Palmerah. Operator kereta rel listrik (KRL) sempat menghentikan penjualan tiket di stasiun itu.
”Sampai dengan pukul 20.30, pelayanan di stasiun normal seperti biasa. Hanya saja, khusus di Stasiun Palmerah penjualan tiket dihentikan karena kondisi stasiun yang penuh,” kata Vice President Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba.
Ia mengatakan, penghentian sementara penjualan tiket dilakukan karena Stasiun Palmerah dipenuhi orang, tetapi tidak banyak penumpang naik KRL.
Anne memperkirakan, penumpang yang memenuhi area stasiun adalah pengunjuk rasa yang mencari tempat yang aman di stasiun yang terdekat dengan gedung DPR. Penjualan tiket kembali normal sekitar pukul 21.00.
KRL juga sempat berjalan lambat menjelang pintu palang di dekat Stasiun Palmerah karena massa berkerumun di pelintasan sebidang itu.
Demonstrasi juga membuat penumpang di Stasiun Palmerah melonjak. Pada Selasa hingga pukul 18.00, PT KCI mencatat 34.368 penumpang naik-turun KRL di stasiun ini. Jumlah itu naik hingga 93 persen dari hari biasa pada rentang waktu yang sama.
Adapun PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) mengalihkan dan menghentikan sejumlah rute bus. Langkah ini terkait adanya sejumlah ruas jalan yang ditutup dan dipenuhi peserta unjuk rasa.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Suyudi Ario Seto mengatakan, dua pendemo dibekuk karena menyerang petugas. Keduanya juga didapati dalam keadaan mabuk.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta Taufan Bakri mengatakan, sebelum unjuk rasa, pihaknya sudah mengumpulkan perwakilan badan eksekutif mahasiswa dari beberapa universitas di DKI Jakarta dan meminta mereka tetap menjaga aksi dengan tidak merusak aset ataupun fasilitas umum.
”Nomor satu, hak demokrasi bagi adik-adik untuk mengeluarkan aspirasinya. Namun, juga kami mengimbau kampus-kampus untuk tidak merusak aset yang kita punya,” katanya, kemarin.
Menurut Taufan, pihaknya juga sudah memetakan potensi ricuh yang kemungkinan terjadi serta berpotensi mengganggu kepentingan umum di DKI Jakarta. Sejumlah antisipasi yang diperlukan sudah dilakukan. (GIO/DAN/AYU)