Satuan tugas air bersih mulai dibentuk untuk terus memonitor wilayah-wilayah di DKI Jakarta yang terancam mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satuan tugas air bersih mulai dibentuk untuk terus memonitor wilayah-wilayah di DKI Jakarta yang terancam mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Satuan tersebut harus memastikan bahwa pasokan air bersih untuk seluruh warga di DKI bisa terpenuhi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019), mengatakan, pada musim kemarau panjang tahun ini, Ibu Kota telah lama tak turun hujan. Dampaknya, ada sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami kekurangan air bersih. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, Anies membentuk satgas air bersih.
”Mengantisipasi kebutuhan itu adalah memastikan bahwa tidak ada tempat-tempat yang tidak diketahui kekurangan air. Semua tempat yang kekurangan air harus terdeteksi,” ujar Anies.
Ada 1.162 personel dari berbagai unsur, baik pemerintah maupun non-pemerintah, ikut dalam apel satgas air bersih tersebut. Selain Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), satgas juga berisikan kelompok dasa wisma, RT/RW, dan Taruna Siaga Bencana (Tagana).
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada 15 kecamatan di DKI yang masuk kategori awas atas potensi kekeringan. Indikatornya, wilayah tersebut tidak turun hujan lebih dari 61 hari.
Adapun ke-15 kecamatan itu tersebar di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara. Jakarta Timur meliputi Halim Perdana Kusuma, Pulo Gadung, dan Cipayung. Jakarta Selatan meliputi Tebet, Pasar Minggu, dan Setiabudi.
Jakarta Pusat meliputi Menteng, Gambir, Kemayoran, dan Tanah Abang. Lalu, Jakarta Utara meliputi Cilincing, Tanjung Priok, Koja, Kelapa Gading, dan Penjaringan.
Anies menyampaikan, meskipun hanya 15 kecamatan yang rawan kekeringan, Pemprov DKI juga harus mengantisipasi terjadinya kekeringan di kecamatan-kecamatan lain.
Pasokan air
Pasokan air bersih pun telah disiapkan oleh PAM Jaya, baik lewat tangki air maupun penyimpanan air sementara. ”Intinya, tak boleh ada lingkungan di Jakarta yang kekurangan air bersih,” katanya.
Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo menuturkan, sejauh ini pasokan air bersih masih di batas aman. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan BPBD DKI untuk memetakan wilayah yang telah kekurangan air bersih. Dengan begitu, pendistribusian air bersih dapat berjalan dengan baik.
PAM Jaya dan BPBD DKI juga membuka komunikasi 24 jam bagi warga yang melaporkan kesulitan air bersih.
”Kalau ada permintaan, kurang lebih dua jam, permintaan air bersih akan sampai. Warga bisa langsung lapor lewat RT/RW untuk kemudian langsung ditindaklanjuti,” ujarnya.
Dalam penyediaan layanan air bersih, PAM Jaya juga dibantu perusahaan air minum sektor swasta, PT Aetra di wilayah timur dan PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) di wilayah barat.
Kepala BPBD DKI Jakarta Subejo menuturkan, sejauh ini, wilayah yang telah dikirim air bersih adalah Kelurahan Pejagalan (Jakarta Utara) serta Kecamatan Kalideres dan Kelurahan Pegadungan (Jakarta Barat).
”Sementara wilayah lain masih relatif aman. Tetapi tentu kami tetap antisipasi,” kata Subejo.