Satu Mahasiswa Meninggal dalam Demo Ricuh di Kendari
Aksi demonstrasi di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, berakhir ricuh. Hingga Kamis (26/9/2019) malam, tercatat seorang mahasiswa meninggal, satu orang kritis, dan sejumlah mahasiswa lainnya terluka.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS - Demonstrasi di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, berakhir ricuh. Hingga Kamis (26/9/2019) malam, tercatat satu mahasiswa meninggal dengan luka bekas tembakan, satu orang kritis, dan sejumlah mahasiswa lain terluka. Aparat diminta segera menelusuri hingga tuntas kejadian ini.
Randi (22), mahasiswa Universitas Halu Oleo, meninggal di ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Dr R Ismoyo, Kendari. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan semester tujuh ini mengalami pendarahan di dada kanan atas. Luka terbuka berdiameter sekitar 1,5 sentimeter masih mengucurkan darah.
Dokter UGD RS Dr R Ismoyo, dr Yudi Ashari, yang menangani korban, menuturkan, pasien bernama Randi datang dalam kondisi kritis dan telah berusaha ditolong. Akan tetapi, kondisi pasien tidak membaik. Korban dinyatakan meninggal pada pukul 15.44 Wita.
"Kalau lihat kondisi luka, itu adalah luka tembak. Tapi, tidak tahu apakah itu peluru tajam atau karet. Korban meninggal diduga karena udara dari luar menekan saluran napas. Tapi, semuanya masih harus menunggu autopsi," ujarnya.
Komandan Korem 143/Halu Oleo Kolonel (Inf) Yustinus Nono Yulianto menyampaikan, Randi dibawa masuk ke UGD sekitar pukul 15.30 Wita. Korban meninggal tidak berapa lama setelah tiba di rumah sakit.
Kami belum bisa memastikan apa yang mengenai korban, tetapi ketika tim dokter memeriksa luka, dalam lukanya sekitar dua ruas jari.
"Korban mengalami luka di dada sebelah kanan atas. Tidak ada lagi luka lain yang ditemukan di tubuh korban selain luka tersebut. Kami belum bisa memastikan apa yang mengenai korban, tetapi ketika tim dokter memeriksa luka, dalam lukanya sekitar dua ruas jari," kata Yustinus, Kamis sore.
Selain korban meninggal, tambah Yustinus, ada empat orang lain yang dilarikan ke rumah sakit ini. Semuanya merupakan peserta aksi demonstrasi. Korban luka itu terdiri dari dua orang luka berat dan dua orang luka ringan.
"Satu orang lainnya dirujuk ke RS Bahtera Mas karena luka di bagian kepala. Sekarang dalam perawatan dokter. Korban meninggal juga dibawa ke RS Abu Nawas untuk diautopsi," ucap Yustinus.
Ihsan (21), korban luka lainnya, menceritakan, Randi dibawa ke UGD dalam kondisi bersimbah darah. Setelah ditangani tim dokter, nyawa korban tidak bisa diselamatkan. "Saya tadi sempat lihat di depan gedung DPRD. Saya duluan dibawa ke sini karena kena gas air mata," ucap mahasiswa itu.
Kepala Bidang Humas Polda Sultra Ajun Komisaris Besar Harry Golden Hart menyatakan, terkait adanya korban meninggal dengan dugaan luka tembak, pihaknya dari awal tidak dipersenjatai dengan peluru tajam. Bahkan, peluru karet pun tidak dalam mengawal aksi demonstrasi ini.
Petugas keamanan, kata dia, hanya dibekali dengan pentungan, tameng, meriam air, dan peluru gas air mata. "Bisa dipastikan setiap personel yang turun sudah diperiksa dan tidak dibekali peluru karet atau peluru tajam. Anggota kami dalam mengamankan hanya bertahan di sekeliling kantor DPRD. Bisa dilihat tadi, kami hanya mengamankan di sekitar sini," kata Harry.
Meski begitu, aparat sempat keluar ke jalan di belakang kantor DPRD dan terus membalas lemparan mahasiswa dengan tembakan gas air mata.
Sejauh ini, lanjut Harry, pihak kepolisian telah berbicara dengan keluarga korban meninggal untuk memberikan penjelasan. "Semuanya menunggu hasil autopsi yang dilakukan di RS Abu Nawas Kendari. Nanti akan ada tiga tim, yaitu dari RS Abu Nawas, RS Korem (RS dr Ismoyo), dan RS Bhayangkara. Itu untuk menjaga independensi," katanya.
Penyelidikan lanjut
Terkait jatuhnya sejumlah korban dari peserta aksi, ujar Harry, pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut semua hal yang terjadi hari ini. Aparat diberikan instruksi untuk tidak melakukan tindakan represif. Jika ditemukan pelanggaran dari petugas kepolisian, tentu akan ditindak.
Kepala Perwakilan Ombudsman Sulawesi Tenggara Mastri Susilo menuturkan, pihaknya sedang mendalami kejadian ini. "Tentu ada kesalahan prosedur yang harus dipertanggungjawabkan yang membuat korban meninggal," ucapnya.
Demonstrasi ribuan mahasiswa dari berbagai universitas berlangsung sejak Kamis siang di Kendari. Mereka mengepung gedung yang berada di pusat kota itu. Sebagian perwakilan mahasiswa sempat bertemu perwakilan DPRD Sultra, sedangkan sebagian besar mahasiswa tetap berada di luar dan berorasi. Menjelang pukul 13.00, mahasiswa berusaha merangsek masuk ke dalam kantor dan menggoyang pagar.
Aparat lalu menembakkan air dari kendaraan meriam air yang terparkir di dalam area gedung DPRD. Mahasiswa membalas dengan lemparan batu, lalu kembali dibalas dengan tembakan gas air mata oleh aparat yang total berjumlah 830 orang. Asap membubung tinggi dari gas air mata, juga ban yang terbakar. Letusan terus terdengar.
Beberapa kendaraan di bagian belakang kantor DPRD sempat terbakar. Sebuah gedung yang berada tidak jauh dari lokasi parkir kendaraan ini juga sempat terbakar. Sejumlah mahasiswa terluka dilarikan ke rumah sakit. Beberapa orang peserta aksi juga terlihat diamankan oleh pihak kepolisian. Kericuhan ini terjadi hingga menjelang maghrib.