Gempa Ambon, Dua Warga Meninggal dan Satu Tertimbun
Gempa dengan magnitudo 6,5 mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019) pagi. Dua orang dilaporkan meninggal dan satu korban lagi tertimbun.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Gempa dengan magnitudo 6,5 mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019) pagi. Dua orang dilaporkan meninggal dan satu korban lagi tertimbun. Korban luka dan jumlah kerusakan masih terus didata. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengatakan, gempa tersebut tidak berpotensi memicu tsunami.
Data yang dihimpun hingga Kamis siang, dua korban, yakni pegawai rektorat pada Institut Agama Islam Negeri Ambon atas nama Narti dan ibu rumah tangga bernama Kebo. Narti tertimpa runtuhan bangunan di kampusnya, sedangkan Kebo jatuh dari sepeda motor saat hendak menyelamatkan diri ke dataran tinggi.
Sementara itu, korban yang hilang yaitu Frans, warga Desa Nania, Kecamatan Baguala. Ia tertimpa runtuhan bangunan di rumahnya. Hingga siang ini, proses pencarian menggunakan alat berat masih berlangsung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Maluku Farida Salampessy, membenarkan jumlah korban meninggal tersebut. ”Ini masih data sementara. Kami masih terus mengumpulkan data di lapangan termasuk korban luka dan jumlah kerusakan yang ditimbulkan gempa,” katanya.
Pantauan Kompas, sejumlah bangunan milik pemerintah ataupun warga sipil di Kota Ambon rusak. Begitu juga sejumlah rumah ibadah. Beberapa ruas jalan termasuk yang membentang di atas Jembatan Merah Putih juga retak-retak. Petugas tampak masih terus mendata kerusakan tersebut.
Aktivitas warga di kota berpenduduk sekitar 330.000 jiwa itu pun terganggu. Hingga siang, jalanan masih lengang. Pasar Tradisional Mardika sepi. Di Terminal Mardika juga tidak tampak angkutan umum. Di Jalan AY Patty, pusat kota, hampir semua toko ditutup. Jalanan itu pun tidak ramai.
Pusat Kota Ambon berada di dekat pesisir. Warga yang tinggal di pesisir, hingga siang ini masih mengungsi ke dataran tinggi. Mereka khawatir, gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Pascagempa, mereka berlarian ke perbukitan. Sesaat setelah gempa, kondisi pusat kota hiruk pikuk dan macet.
Anak-anak sekolah berlarian. Para orangtua sibuk mencari anak mereka. Teriakan histeris dan tangisan terdengar di jalanan kota. Mereka berlari menuju kawasan Karang Panjang, Gunung Nona, dan Kebun Cengkeh. Pasien di sejumlah rumah sakit yang berada di dataran rendah juga berhamburan keluar. ”Air nae (tsunami),” teriak warga.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Ambon melaporkan, gempa berpusat pada kedalaman 10 kilometer (km) dari permukaan tanah. Jarak titik gempa dengan kota Ambon sekitar 40 km. Pusat gempa berada di darat, tepatnya Desa Kairatu, Kebupaten Seram Bagian Barat.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Ambon Andi Azhar Rusdin mengimbau warga tidak panik. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 13.32 WIT telah terjadi lebih dari 50 kali gempa susulan. Sebagian besar gempa susulan juga terasa.