Ketersediaan air bersih menjadi salah satu hal penting yang harus dikaji dalam perencanaan wilayah ibu kota baru. Saat ini saja di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara sudah mengalami defisit air bersih.
Oleh
M Puteri Rosalina
·5 menit baca
Ketersediaan air bersih menjadi salah satu hal penting yang harus dikaji dalam perencanaan wilayah ibu kota baru. Saat ini saja di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara sudah mengalami defisit air bersih. Bagaimana nantinya jika mendapat tambahan 1,5 juta penduduk dan berbagai aktivitas perkotaan yang mengikutinya?
Kekurangan air bersih menjadi cerita sejumlah daerah di Kalimantan Timur tak terkecuali Balikpapan dan daerah calon ibu kota baru. Daya tampung Waduk Manggar, misalnya, yang menjadi sumber air baku Balikpapan diprediksi hanya cukup sampai tiga bulan ke depan. Ketersediaan air Waduk Manggar ternyata hanya bergantung pada air hujan.
Krisis air bersih juga terjadi di Penajam Paser Utara. Debit air Instalasi Pengolahan Air Lawe-Lawe terus menurun dari 75 liter per detik menjadi 35 liter per detik. Hal ini karena debit Sungai Lawe-Lawe sebagai sumber air baku Penajam Paser Utara menurun drastis.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat, Kaltim defisit air hingga 919 liter per detik pada 2018. Ketersediaan air baku 8.079 liter per detik belum bisa memenuhi kebutuhan air baku warga 8.968 liter per detik. Diperkirakan hingga 2024, jika ketersediaan air tidak ditambah, defisit semakin besar menjadi 1.568 liter per detik, seiring kenaikan populasi.
Pencemaran yang terjadi di Sungai Mahakam juga memengaruhi kualitas air bersih Kaltim yang mayoritas mengandalkan Sungai Mahakam. Menurut Informasi Kinerja Lingkungan Hidup Kaltim (2016), Sungai Mahakam tercemar berat. Nilai rata-rata pencemaran tahun 2016 mencapai 46, yang menurut metode STORET, masuk kategori buruk (skor ≥ 31).
Parameter yang tidak memenuhi baku mutu adalah parameter kimia organik (DO, BOD, COD), bakteri coliform (parameter mikrobiologi), dan Fe (parameter logam). Parameter pencemar itu lebih banyak disebabkan kegiatan domestik.
Daya dukung air
Sumber air bersih yang digunakan di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara adalah air permukaan, seperti sungai/waduk. Penajam Paser Utara mengandalkan Sungai Lawe-Lawe sebagai sumber utama air bersih yang dikelola PDAM Danon Taka. Kapasitas air bersih yang dihasilkan PDAM (2017) sebesar 101 liter per detik.
PDAM Danon Taka membangun beberapa titik pengolahan air bersih untuk memperluas jangkauan pelayanan, yakni di Kecamatan Sepaku (Desa Tengin Baru), Kecamatan Waru (Desa Argomulyo), dan Kecamatan Penajam.
Menurut catatan BPS Penajam Paser Utara, air perpipaan baru bisa menjangkau 16 persen rumah tangga. Hal ini karena topografi Penajam Paser Utara yang bergelombang dan lokasi geografis desa tersebar jauh.
Wilayah Penajam Paser Utara sesungguhnya punya banyak mata air, embung, dan bendungan yang bisa memenuhi kebutuhan air bersih. Namun, sistem perpipaan air bersih dari Kecamatan Penajam tidak bisa menyambung ke Kecamatan Waru, Babulu, dan Kecamatan Sepaku
Berdasarkan catatan Dinas Pengairan Penajam Paser Utara, wilayah tersebut memiliki 21 titik sumber air yang tersebar di Kecamatan Babulu dan Sepaku. Ada 17 embung yang tersebar di seluruh kecamatan. Namun, belum semua dimaksimalkan untuk kebutuhan air bersih warga. Dari 17 embung, baru 8 embung yang digunakan sebagai pasokan air bersih. Sisanya berfungsi untuk irigasi pertanian.
Air tanah di Kecamatan Babulu juga tidak sepenuhnya bisa digunakan untuk air minum karena mengandung zat besi. Meski demikian, air tanah tetap digunakan warga untuk keperluan MCK.
Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara. PDAM Tirta Mahakam mengandalkan Sungai Mahakam, Sungai Tenggarong, dan Sungai Loa Janan sebagai sumber air bersih. Kapasitas rata-rata harian air perpipaan 381,11 liter per detik dengan 11 lokasi pengolahan air. Hingga 2018, air perpipaan baru menjangkau sekitar 39 persen rumah tangga.
Air tanah tidak sepenuhnya bisa digunakan, khususnya di kawasan pesisir karena intrusi air laut yang menyebabkan air sumur menjadi berasa payau.
Belum meluasnya jaringan perpipaan ditambah terjadinya pencemaran di Sungai Mahakam membuat hampir 60 persen rumah tangga memilih menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum. Hasil susenas Kutai Kartanegara 2012 mencatat, hanya 23 persen rumah tangga yang menggunakan air leding dan 7 persen menggunakan air tanah.
Neraca air
Hingga 2018, menurut kajian Kementerian PUPR, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara masih defisit air bersih. Penyediaan air baku di Kutai Kartenegara 1.299 liter per detik. Padahal, warga membutuhkan 1.833 liter per detik dengan asumsi per penduduk membutuhkan air berkisar 190-220 liter per hari. Jika dibiarkan tanpa pengembangan penyediaan air bersih, hingga tahun 2030 akan defisit 735 liter per detik. Namun, jika ada pembangunan water treatment plan , akan mulai surplus tahun 2024.
Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara. Kondisi tahun 2018 masih defisit 233 liter/detik. Hingga tahun 2030, seiring pertambahan jumlah penduduk, diperkirakan defisit hingga 253 liter per detik. Namun, jika diantisipasi dengan pemasangan WTP, akan mulai surplus di tahun 2022.
Bagaimana neraca air untuk calon ibu kota baru di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, serta Kecamatan Semboja dan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara? Litbang Kompas menghitung kebutuhan air saat ini menggunakan data jumlah penduduk tahun 2017 dan asumsi standar kebutuhan domestik adalah 150 liter per orang per hari. Jumlah penduduk tiga kecamatan 137.367 jiwa sehingga membutuhkan air 238 liter per detik.
Jika ada penambahan 1,5 juta penduduk pada tahun 2024, diperkirakan kebutuhan akan meningkat menjadi 2.864 liter per detik. Namun, itu baru kebutuhan domestik, belum memperhitungkan kebutuhan komersial, industri, pertanian, serta sarana pendidikan dan kesehatan. Bisa jadi kebutuhannya akan lebih dari perhitungan tersebut.
Namun, sebelum pengumuman lokasi ibu kota baru, Pemkab Penajam Paser Utara, berencana membangun Bendungan Sepaku Semoi dan Bendungan Lawe-Lawe. Tampungan Waduk Sepaku direncanakan mampu menyediakan air hingga 3.000 liter per detik. Waduk ini direncanakan berlokasi di Desa Tengin Baru, Wonosari hingga Argo Mulyo sehingga wilayah genangannya 220 hektar.
Bendungan Lawe-Lawe berkapasitas lebih kecil, sekitar 6 juta meter kubik. Bendungan ini diperkirakan bisa menyediakan air 300 liter per detik dan bisa mengoptimalkan 12 titik sumber air, yakni Embung Bukit Raya, Bumi Harapan, dan Karang Jinawa, serta satu mata air di Kecamatan Sepaku.
Pemerintah kini dinanti untuk menghitung neraca kebutuhan air calon ibu kota baru dan rencana pengembangan sumber air baku. Mengapa? Jangan sampai cerita lama kekurangan air bersih di Jakarta dan Kalimantan Timur justru terulang lagi di ibu kota baru.