Menjadi yang terkecil dalam keluarga besar Land Rover membuat Range Rover Evoque sering diidentikkan sebagai mobil untuk ibu-ibu atau mbak-mbak sosialita. Padahal, salah besar jika mengira Evoque hanya bisa pergi ke mal.
Oleh
Dahono Fitrianto
·7 menit baca
Menjadi yang terkecil dalam keluarga besar Land Rover membuat Range Rover Evoque sering diidentikkan sebagai mobil untuk ibu-ibu atau mbak-mbak sosialita. Kira-kira jalur logikanya begini: saat sang suami mengendarai atau menunggang Range Rover atau Range Rover Sport, sang istri akan mengendarai Evoque yang lebih kompak dan lincah.
Citra ini bukannya tanpa dasar. Tahun 2012, saat mobil ini baru diluncurkan di dunia, Evoque langsung mendapat gelar mobil terbaik Women’s World Car of The Year. ”Kesan itu makin kuat karena dulu sempat ada kerja sama untuk mendesain salah satu edisi khusus Evoque dengan Victoria Beckham. Semenjak itu, ada salah persepsi bahwa Evoque untuk perempuan,” tutur Brand Director Jaguar Land Rover (JLR) Indonesia Jentri Izhar, Kamis (22/8/2019).
Tak ada yang salah dengan citra itu, kecuali kemudian muncul salah kaprah bahwa ”mobil perempuan” memiliki performa lebih rendah daripada ”mobil laki-laki”. Padahal, yang banyak dilupakan orang adalah Evoque tetap menyandang nama Land Rover sebagai salah satu pembuat mobil berkemampuan segala medan terbaik di muka planet ini.
”Evoque tetap memiliki DNA Land Rover yang berarti adalah sebuah mobil dengan kemampuan off-roading terbaik di kelasnya. Karena kemampuannya yang superior dan kegunaan yang multiguna dari mobil ini, Evoque cocok buat siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan,” ujar Jentri menambahkan.
Jentri memaparkan keunggulan Evoque ini seusai peluncuran All New Range Rover Evoque di Indonesia, 2 Agustus 2019 lalu. Generasi kedua Evoque ini diluncurkan di tanah kelahirannya, Inggris, akhir November 2018, dengan membawa berbagai kebaruan. Di antara kebaruan itu adalah sistem Terrain Response 2, sebuah sistem cerdas untuk memaksimalkan kemampuan mobil di berbagai medan menantang.
Medan kodrati
Maka, tak butuh waktu terlalu lama bagi Kompas untuk menjajal langsung All New Evoque ini pada 20-23 Agustus 2019 lalu. Walau dalam siaran pers saat peluncurannya mobil ini disebut ”SUV mewah penjelajah kota” dan kemungkinan besar para pemiliknya nanti juga hanya akan menggunakan mobil ini berputar-putar di dalam kota, kami tak mau membatasi diri sedemikian rupa.
Land Rover kompak ini harus ditantang di medan kodratinya dengan satu misi: mendobrak mitos bahwa Evoque hanya untuk berpindah dari satu mal ke mal lain!
Maka, Kompas pun membelokkan Evoque berwarna abu-abu muda dengan velg 20 inci berbalut cat hitam glossy ini keluar dari Jalan Tol Jagorawi menuju kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Setelah melintasi sebuah lapangan golf, kami berbelok menuju jalan yang dulu pernah diaspal, tetapi kini telah mengelupas dan menjadi jalan tanah yang rusak parah.
Sebelum melanjutkan perjalanan, kita tinjau sedikit spesifikasi teknis All New Evoque ini. Mobil yang kami pakai berasal dari varian trim SE, atau satu level lebih rendah dari tipe tertinggi HSE. Versi untuk Indonesia ini mengusung mesin bensin Ingenium empat silinder berkapasitas 2.0 liter (1.997 cc) yang dilengkapi turbocharger sehingga memuntahkan tenaga 249 PS pada putaran mesin 5.500 rpm dan torsi puncak 365 Nm pada rentang 1.200-4.500 rpm.
Mesin terpasang melintang yang artinya, dalam kondisi pengendaraan normal, tenaga mesin hanya disalurkan ke dua roda depan. Namun, saat gas ditekan agresif untuk mendapat akselerasi spontan, sistem penggerak roda belakang pun akan aktif, menjadikan mobil berpenggerak all wheel drive. Penyaluran tenaga mesin ke roda-roda ini bisa dipantau di satu dari dua layar sentuh resolusi tinggi berukuran 10 inci di tengah dasbor.
Tenaga mesin disalurkan melalui transmisi otomatis 9 tingkat percepatan, yang membuat pengendaraan mobil berdimensi kompak makin menyenangkan. Dengan panjang hanya 4,37 meter, lebar 2,1 meter, dan tinggi 1,649 meter dengan jarak sumbu roda 2,681 meter (bertambah 21 milimeter dibandingkan dengan Evoque generasi pertama, membuat ruang duduk baris kedua menjadi lebih lega), Evoque baru ini memang terasa kompak dan lincah untuk bermanuver di dalam kota ataupun saat melahap medan off-road.
Saat jalan di depan kami makin buruk, mode berkendara pun dipindah dari Comfort ke Auto, yang langsung mengaktifkan sistem Terrain Response 2. Langsung terasa bagaimana tenaga mesin dibagi-bagikan secara otomatis ke empat roda sesuai kebutuhan traksi setiap roda dalam melahap lintasan yang tidak rata.
O ya, ada enam pilihan mode berkendara yang bisa dipilih melalui layar sentuh kedua di bagian konsol depan tuas persneling, yakni Auto, Eco, Comfort, Snow-Gravel-Grass, Mud and Ruts, dan Sand. All New Evoque ini pun kembali pada tongkat persneling model lama, meninggalkan tuas putar yang jadi ciri khas lini produk Jaguar Land Rover sebelum ini. Tongkat ini memunculkan kesan macho dan kultur mengemudi tradisional. Kami suka!
Tak ada kekhawatiran akan kemampuan Evoque ini mengingat dalam acara Above and Beyond Tour yang digelar JLR Indonesia di kawasan GBK Senayan teruji bagaimana mobil ini bisa dengan mudah mendaki ramp dengan sudut nyaris 45 derajat. Apalagi, saat ini musim kemarau, rintangan lumpur hampir tak ditemukan sehingga kami cukup percaya diri dengan kemampuan ban standar Evoque yang berupa ban segala musim (all season) Pirelli Scorpion Zero.
Dalam kondisi terpaksa harus masuk ke genangan air, juga tak perlu khawatir, karena mobil seharga Rp 1,7 miliar (off the road) ini dirancang bisa melintasi genangan air (wading depth) hingga sedalam 60 sentimeter. Corong saluran udara masuk (air intake) di mesin terhubung dengan lubang di balik kap mesin sehingga aman menerobos air.
Pembuktian fitur
Jalanan makin runyam saat kami memasuki Jalur Puncak 2, jalur jalan raya yang dirancang menjadi jalur alternatif dari Jalur Puncak saat ini yang sudah parah didera kemacetan. Proyek Jalur Puncak 2 ini dimulai pada 2010 dan melintasi kawasan perbukitan tengah dan timur Kabupaten Bogor menuju Cipanas di Kabupaten Cianjur, dan direncanakan selesai sebelum 2015.
Namun, hingga detik ini, jalur jalan raya itu belum selesai dan justru terkesan terbengkalai menjadi proyek mangkrak. Jalan tanah yang sudah selesai dibuka hingga tahun 2015 baru sepanjang 18 kilometer dari ujung aspal di Hambalang, Citeureup, sampai Cibadak di Sukamakmur (Kompas, 31/10/2015).
Di beberapa bagian jalan itu, perbukitan dipapras menjadi tambang pasir atau batu. Sementara di beberapa bagian terlihat jalan mulai dibeton menuju vila-vila baru di puncak bukit yang dibangun oleh para pemilik lahan di sana.
Walau terlihat menyedihan, medan ini menjadi medan yang cukup menantang untuk menguji mobil off-road. Kembali Evoque tak menemui kesulitan saat kami ajak menaiki bukit bekas galian pasir. Mode berkendara yang kami pindah ke Sand bekerja sempurna dalam mempertahankan traksi roda-roda di permukaan pasir yang licin.
Mengemudi di permukaan jalan yang tidak rata juga dilakukan dengan percaya diri karena sebuah fitur unik bernama Clear Sight Ground View. Memanfaatkan kamera di bagian moncong mobil, sistem ini kemudian menyimulasikan pandangan ke kolong mobil bagian depan, lengkap dengan animasi dua roda depan.
Dengan demikian, saat posisi mobil tak memungkinkan pengemudi untuk melihat medan di depan mobil (misal saat menanjak dengan sudut curam), pengemudi tetap bisa melihat kondisi di depan termasuk di mana roda mobil berpijak sehingga tidak akan terperosok.
Selain kamera depan, Evoque baru ini juga dilengkapi kamera belakang yang terpasang di bagian belakang antena sirip hiu di atap bagian belakang. Pandangan kamera ini bisa ditayangkan langsung ke kaca spion dalam, yang saat diaktifkan akan berubah menjadi layar monitor. Fitur ini sangat membantu, mengingat pandangan langsung melalui kaca belakang cukup sempit, apalagi jika kita membawa banyak barang sehingga menutupi pantulan kaca spion.
Tidak hanya kemampuan off-road-nya yang teruji, Evoque ini juga tetap layak menyandang nama Range Rover karena berbagai fitur kemewahan yang tersebar di dalam kabin. Mulai dari kursi berlapis kulit, atap kaca moonroof berukuran besar, kekedapan kabin yang prima, hingga peredaman suspensi yang cukup baik, terutama saat melibas medan off-road. Sistem audio pada varian SE yang masih menggunakan audio standar Land Rover Sound System terdengar sudah cukup prima kualitas suaranya.
Hanya sayang, versi yang kami uji ini belum mendukung koneksi Apple Carplay ataupun Android Auto sehingga navigasi real time berbasis internet, misalnya, belum bisa dihubungkan ke layar tampilan mobil.
Runtuh sudah mitos menyesatkan yang meliputi Range Rover Evoque selama ini. Mobil kompak itu benar-benar tak meninggalkan DNA Land Rover sebagai sebuah penjelajah alam yang sejati. Selalu ingat hal itu sebelum kita telanjur membiarkannya berjamur menganggur di sudut garasi atau hanya memakainya ke sudut-sudut mal di kota.