Mendorong Sektor Publik Bertransformasi dengan Komputasi Awan
Pemanfaatan layanan teknologi komputasi awan semakin dilirik dan digandrungi, tak hanya oleh perusahaan komersial, melainkan juga oleh pemangku kepentingan di sektor publik.
Oleh
RYAN RINALDY dari Singapura
·4 menit baca
Pemanfaatan layanan teknologi komputasi awan semakin dilirik dan digandrungi, tak hanya oleh perusahaan komersial, melainkan juga oleh pemangku kepentingan di sektor publik. Dalam menghadapi tantangan di era digital ini, pemerintah, organisasi nirlaba, dan perusahaan rintisan tak mau ketinggalan bertransformasi dengan komputasi awan.
Antusiasme terpancar dari wajah ratusan peserta konferensi Amazon Web Services (AWS) Public Sector Summit 2019 di Suntec Singapore International Convention and Exhibition Center, Singapura, Rabu (25/9/2019). Untuk pertama kalinya, konferensi ini digelar di Asia Tenggara.
Peserta terdiri dari kalangan pemerintah, organisasi nirlaba, serta perusahaan rintisan asal Asia Pasifik. Mereka hadir untuk berbagi pengalaman dan belajar menerapkan komputasi awan dalam mengerjakan misi melayani publik secara efisien dan cepat.
Dalam sambutan utama, Vice President Worldwide Public Sector AWS Teresa Carlson menyatakan, pemanfaatan komputasi awan dapat membuka akses selebar-lebarnya bagi penggunanya untuk berinovasi dan bereksperimen dalam upaya menyelesaikan permasalahan. “Komputasi awan juga dapat berkontribusi membangun dunia yang lebih baik,” ujarnya.
Negara-negara Asia Tenggara tengah gencar mengadopsi teknologi digital untuk bertransformasi menggunakan komputasi awan. Sebagai gambaran tingginya minat bermigrasi ke komputasi awan, Carlson menuturkan, AWS memiliki jutaan pengguna aktif setiap harinya.
Sebelumnya, AWS merintis wilayah pusat data untuk kawasan Asia Pasifik di Singapura pada 2010. Mereka telah mengucurkan investasi miliaran dollar AS hingga akhirnya kini memiliki tujuh wilayah operasional pusat data lainnya di Asia Pasifik. “AWS juga akan membuka wilayah pusat data di Jakarta selambat-lambatnya tahun 2022,” katanya.
Sektor publik menjadi sasaran AWS untuk bermigrasi ke komputasi awan. Pemangku kepentingan yang bergerak di sektor publik didorong membangun budaya menerapkan komputasi awan atau cloud first dalam setiap pelayanan atau proyek.
Dalam menghadapi tantangan di era digital ini, pemerintah, organisasi nirlaba, dan perusahaan rintisan tak mau ketinggalan bertransformasi dengan komputasi awan.
Dengan memigrasi satu hingga ribuan beban kerja ke komputasi awan, pengguna dapat mengurangi biaya teknologi informasi sekaligus meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, pengguna dapat mengalokasikan anggaran yang tersisa untuk urusan lainnya yang dapat mempercepat pencapaian target proyek bisnis atau pelayanan publik.
Sejauh ini, negara yang dinilai berhasil menerapkan kebijakan cloud first di antaranya ialah Amerika Serikat, Singapura, Jepang, India, Filipina, dan Bahrain.
Pelayanan komputasi awan disebut memungkinkan pengguna megajukan secara on-demand pemanfaatan daya komputasi, basis data (database), penyimpanan, aplikasi dan sumber daya teknologi informasi lainnya lewat internet. Pengguna pun membayar sesuai penggunaan saja.
Sektor publik
Komputasi awan sebetulnya sudah digunakan di berbagai lini sektor publik, di antaranya di bidang pendidikan, kesehatan, dan pertanian. Di Indonesia, WWF Indonesia mulai mencoba menerapkan komputasi awan untuk identifikasi orangutan di kawasan Punggualas, Kalimantan Tengah.
Proyek tersebut dimulai Maret 2019. Foto-foto dari 67 ekor orangutan diolah menggunakan layanan machine learning dalam komputasi awan AWS. Layanan tersebut memungkinkan WWF Indonesia mengidentifikasi tiap orangutan di Punggualas berdasarkan bentuk wajahnya.
Direktur Keuangan WWF Indonesia Aria Nagasastra mengucapkan, sejak beroperasi di Indonesia pada 1962, WWF Indonesia memiliki ribuan foto dan dokumen hasil penelitian yang harus diarsip secara digital. Namun, belum semua dokumen tersebut didigitalisasi.
Penggunaan komputasi awan di WWF Indonesia berarti mereka akan menekan pengeluaran untuk penyimpanan dokumen. “Ini akan jauh lebih murah karena tidak perlu investasi server lagi,” kata Aria.
Bervariasinya aplikasi yang tersedia di AWS juga diharapkan pihak WWF Indonesia berkontribusi untuk kemajuan riset fauna di Tanah Air. Selain mengidentifikasi orangutan, mereka berharap proyek menggunakan komputasi awan itu bisa dilakukan terhadap hewan yang dilindungi lainnya.
Di sektor pendidikan, Asia Pacific University of Technology and Innovation, Malaysia, telah memanfaatkan komputasi awan dari AWS untuk membantu transformasi proses belajar-mengajar di sana. Investasi infrastruktur teknologi informasi dinilai memakan biaya terlalu tinggi.
Dengan bermigrasi ke AWS, pihak Asia Pacific University mengklaim dapat mengurangi waktu mengelola infrastruktur teknologi informasi hingga 90 kali lipat.
Keamanan
Carlson menyebutkan, keamanan data menjadi salah satu keunggulan menggunakan komputasi awan. Sebelumnya, banyak orang enggan bermigrasi ke komputasi awan karena meragukan keamanannya. “Belakangan saya lebih sering mendengar seseorang bermigrasi ke komputasi awan karena percaya akan keamanan datanya,” ucapnya.
AWS memiliki lebih dari 200 pelayanan dan fitur yang fokus pada keamanan data pelanggan. Tetapi, lini bisnis di bidang teknologi komputasi awan tersebut tak berhenti di situ saja.
Dalam sambutannya, ia juga mengumumkan bahwa AWS memiliki pelayanan baru yang bisa mendeteksi ancaman keamanan menggunakan kecerdasan buatan.
Para pengguna juga didorong untuk turut bertanggung jawab menggunakan komputasi awan secara aman. Pemangku kepentingan di sektor publik harus betul-betul memahami teknologi tersebut sebelum menerapkan budaya cloud-first sehingga keberadaan data mereka terjaga.
Untuk itu, SDM yang bersentuhan langsung dengan komputasi awan harus diberi pelatihan guna meningkatkan kemampuan dan pemahaman mereka. Harapannya, teknologi itu bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pelayanan publik yang lebih baik.