JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah dan aparat mempunyai tanggung jawab menjaga Jakarta tetap aman. Kericuhan berturut-turut selama dua hari terakhir membuat warga terhambat aktivitasnya. Sektor usaha pun lesu.
Kericuhan pada Selasa dan Rabu sempat membuat moda transportasi publik terganggu, seperti kereta rel listrik (KRL) yang sempat tak berhenti di Stasiun Palmerah dan Tanah Abang, maupun bus transjakarta yang sempat tak beroperasi di beberapa rute. Ribuan warga tertahan di kantor, stasiun, serta terjebak kemacetan berjam-jam.
Obar Subarna (53), pengemudi ojek dalam jaringan (daring), terjebak selama empat jam dalam perjalanan dari Slipi ke Kebayoran Lama, Rabu (25/92019) sore. “Dapatnya juga berkurang karena tidak bisa bergerak. Setelah itu saya langsung pulang karena sudah capek sekali. Cari bensin juga sulit kemarin itu,” katanya di Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Kegiatan usaha juga mengalami kelesuan karena ketegangan ibu kota. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Kyatmaja Lookman mengatakan, banyak pengantaran barang ditunda karena ketegangan di Jakarta.
Padahal, sejak lebaran ini, usaha angkutan barang sudah mengalami penurunan sekitar 30-40 persen karena menunggu berlalunya ketidakpastian situasi dan keamanan, hingga pelantikan presiden.
“Kejadian sepekan ini di Jakarta memperburuk usaha yang sudah lesu ini. Kami khawatir kalau ketidakpastian terus berlangsung, modal bisa lari ke luar negeri, ini yang harus dicegah,” katanya.
Ketua Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan, beberapa pusat belanja yang berada di sekitar kawasan atau di jalur unjuk rasa sudah mengalami penurunan pengunjung sekitar 20 persen.
Kendati demikian, pusat-pusat belanja memutuskan tetap buka sebagai bentuk untuk meyakinkan masyarakat suasana masih kondusif. “Tapi kami penjagaan sudah tingkat maksimal dan 24 jam sejak kejadian Rabu malam,” katanya.
Ellen maupun Kyatmaja berharap pemerintah tetap bisa menjaga keamanan serta menghadapi unjukrasa dengan lebih baik sehingga tak memicu kericuhan lagi. Sebab, kata Ellen, faktor utama bagi sektor usaha adalah keamanan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau masyarakat di Jakarta untuk membangun situasi tenang. Warga diminta tak terpancing kabar-kabar maupun menyebarkan informasi dari media sosial yang belum terkonfirmasi. Saat terjadi kericuhan, banyak kesimpang-siuran data dan fakta karena pergerakan informasi sangat cepat. Ia juga berharap masyarakat di Jakarta tidak mudah terpancing berdebat dan mengadu domba tanpa ada tujuan jelas.
Menurut Anies, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan para wali kota untuk memantau seluruh wilayah dan kawasan di Jakarta. Saat ini, seluruh layanan publik siap dan beroperasi normal.
Anies juga mengimbau masyarakat untuk menghindari tempat-tempat yang dinilai rawan bahaya. Saat menghadapi kebutuhan darurat, warga diminta untuk menghubungi telepon 212.
Terkait dengan para pelajar, pihaknya sudah menginstruksikan Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan seluruh kepala sekolah untuk memantau dan mendata keberadaan siswa-siswinya. “Tadi pagi saya berlakukan absensi bagi semua untuk mendeteksi anak yang tak diketahui keberadaannya. Bila tidak ditemui, segera hubungi orangtua untuk memastikan keberadaannya,” katanya.
Anies menegaskan, sebanyak 40 ambulans yang dikerahkan dalam unjuk rasa mempunyai misi kemanusiaan. Ia juga yakin para petugas bekerja sesuai dengan standar operasional yang benar.