Sektor manufaktur dan pangan diharapkan jadi penghela pertumbuhan ekonomi 2020-2024. Teknologi jadi bagian penting untuk meningkatkan nilai tambah sektor primer, terutama pertanian dan perikanan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan sektor manufaktur dan pangan jadi penghela pertumbuhan ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Produk pangan bernilai tambah akan ditingkatkan, terutama subsektor perikanan.
Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Ekonomi Bambang Prijambodo pada peresmian program ASEAN Regional Integration Support Indonesia Trade Support Facility (Arise Plus) Indonesia, di Jakarta, Rabu (25/9/2019), menyatakan, perekonomian Indonesia diharapkan tumbuh 5,4-6,0 persen per tahun. ”Perdagangan dan investasi merupakan faktor kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Arise Plus Indonesia merupakan program bantuan Uni Eropa di bidang perdagangan, mencakup peningkatan daya saing ekspor Indonesia dalam rantai global. Tahun 2019-2023, Arise Plus menyalurkan 15 juta euro atau sekitar Rp 232 miliar.
Menurut Bambang, perekonomian Indonesia dalam RPJMN 2020-2024 diharapkan rata-rata tumbuh di kisaran 5,4 sampai 6,0 persen per tahun. ”Perdagangan dan investasi merupakan faktor kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Sepanjang 2018, Indonesia mengalami defisit perdagangan senilai 8,7 miliar dollar AS. Tahun 2024, pemerintah menargetkan neraca perdagangan mencapai surplus senilai 15 miliar dollar AS.
Upaya peningkatan perdagangan antara lain dengan mendorong sektor manufaktur dan sektor pangan. Saat ini, pertumbuhan sektor manufaktur masih di bawah produk domestik bruto (PDB). ”Paling tidak, kita upayakan industri pengolahan nonmigas sebagai penggerak ekonomi bisa tumbuh di atas PDB,” katanya.
Menurut Bambang, pemerintah menargetkan sektor pertanian tumbuh 3,8-3,9 persen per tahun dalam RPJMN 2020-2024. Subsektor perikanan akan menjadi andalan dalam menggerakkan sektor primer dan pangan bernilai tambah. ”Teknologi menjadi bagian penting untuk meningkatkan nilai tambah sektor primer, terutama pertanian dan perikanan,” katanya.
Teknologi jadi bagian penting meningkatkan nilai tambah sektor primer, terutama pertanian dan perikanan.
Program Arise Plus dinilai menjadi salah satu cara meningkatkan kualitas perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa, serta mengurangi defisit perdagangan. Program itu diharapkan mendukung penguatan kapasitas Indonesia dalam perundingan perjanjian pendagangan bebas, peningkatan infrastruktur mutu guna mendorong ekspor unggulan, seperti produk pertanian dan perikanan.
Selain itu, program tersebut diharapkan mempromosikan indikasi geografis unggulan Indonesia, meningkatkan keterlibatan eksportir skala kecil dan menengah pada rantai nilai global, dan pemberdayaan perempuan. Produk geografis unggulan antara lain kopi.
Uni Eropa adalah mitra dagang ketiga terbesar di Indonesia dan salah satu sumber investasi asing Iangsung (FDI) terpenting. Pada 2018, perdagangan bilateral mencapai 26,3 miliar euro, dengan surplus sebesar 6,9 miliar euro untuk Indonesia. Uni Eropa juga merupakan investor di luar Asia teratas di Indonesia, dengan FDI Iebih dari 3,3 miliar dollar AS.
Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia Yang Mulia Vincent Piket mengemukakan, Indonesia memiliki potensi besar dalam daya saing global. Program Arise Plus Indonesia bertujuan memperkuat ekspor dan daya saing Indonesia dalam rantai perdagangan global sehingga menarik investasi.
Seluruh pelaku usaha yang terkait perdagangan dengan Uni Eropa diharapkan memperoleh manfaat, baik dalam sistem perdagangan dan peningkatan ekspor, peningkatan keahlian dan transfer teknologi.
Perikanan jadi andalan
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Dody Edward mengemukakan, produk pertanian dan perikanan harus bisa memenuhi standar untuk bisa masuk ke pasar Uni Eropa. Peningkatan nilai tambah produk ekspor akan terus dilakukan untuk memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok dunia.
Indonesia tengah menghadapi proses negosiasi dari perjanjian kemitraan ekonomi komperehensif Uni Eropa-Indonesia (IEU-CEPA). Perjanjian Cepa akan memungkinkan peningkatan perdagangan barang dan jasa, serta peluang investasi di pasar bersama dengan 750 juta penduduk. Sektor perkebunan dan perikanan adalah potensi yang dianggap sangat besar bagi Indonesia ke pasar Uni Eropa.
Perundingan atas tarif bea masuk atas komoditas ekspor ikan ke Uni Eropa yang saat ini sekitar 20-24 persen berpotensi dapat dievaluasi hingga 0 persen melalui skema CEPA. Apabila pembebasan tarif bea masuk tercapai, angka ekspor ikan Indonesia ke Uni Eropa diyakini melonjak.
Upaya menjadikan perikanan sebagai penggerak utama dalam ekonomi Indonesia membutuhkan investasi dalam jumlah besar dan berkelanjutan dari sektor hulu ke hilir perikanan Indonesia. Sejak tahun 2016, Indonesia telah melarang keterlibatan modal dan investasi asing pada subsektor bisnis perikanan tangkap seperti yang ditentukan dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif Investasi.
Keterlibatan dan dominasi asing pada sektor perikanan dianggap telah menyebabkan kerugian besar, kerusakan ekosistem, dan kejahatan terkait perikanan pada masa lalu. Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah dalam mendorong investasi domestik dan melakukan sinkronisasi serta harmonisasi peraturan di level pusat dan daerah. (LKT)