Tour de Banyuwangi Ijen akan memasuki etape keempat pada Sabtu, yang menyuguhkan medan sangat menantang, yaitu tanjakan terjal menuju lereng Gunung Ijen. Ini akan menjadi ajang pertarungan para pebalap jago tanjakan.
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pebalap asal Jepang, Kakeru Omae, yang membela Aisan Racing Team menjadi yang tercepat dalam etape ketiga balap sepeda Tour de Banyuwangi Ijen, Jumat (27/9/2019). Ia mencuri posisi terdepan di 200 meter terakhir jelang finis dan membukukan waktu 2 jam 36 menit 53 detik setelah melahap rute sepanjang 109,3 km.
Memenangi etape bukanlah tujuan utama Kakeru. Mahasiswa kedokteran olahraga Universitas Keio, Jepang, itu sebenarnya ingin melengkapi ilmu yang ia pelajari dengan pengalaman perlombaan balap.
Etape ketiga menyuguhkan rute city tour. Setelah start di depan Kantor Bupati Banyuwangi, para pebalap berkeliling pusat kota Banyuwangi sebanyak 12 kali hingga kembali finis di depan Kantor Bupati Banyuwangi.
Sepanjang etape ini, Kakeru tak pernah memimpin jalannya perlombaan. Ia selalu berada di dalam peloton (rombongan besar pebalap) dengan kawalan rekan-rekan setim.
Strategi yang disiapkan Aisan Racing Team semula akan mendorong Jason Christie di sprint terakhir jelang finis. Sayangnya, Jason terjatuh di tengah perlombaan. Aisan Racing Team lantas mengubah strategi dengan mengajukan Kakeru sebagai sprinter terakhir.
Pada dua lap terakhir, pebalap Indonesia yang memperkuat KFC Cycling Team, Muhammad Abdurrohman, menjadi yang tercepat. Sayangnya, di 200 meter terakhir, staminanya terkuras habis.
Tak heran bila banyak orang menyebut jalur tersebut sebagai jalur setan, jalur neraka.
Kondisi itu menjadi peluang emas bagi Kakeru. Ia mencuri posisi Abdurrohman hingga finis pertama. Kakeru finis hampir bersamaan dengan 10 pebalap terdepan. Namun, hasil pemindaian kamera di garis finis menunjukkan roda depan Kakeru lebih dahulu menyentuh garis finis.
”Ini adalah kemenangan pertama dalam karier profesional saya. Saya tidak rugi harus cuti kuliah selama setahun untuk mengikuti berbagai kompetisi balap sepeda,” ujar Kakeru.
Kakeru sengaja ikut sejumlah perlombaan agar dapat merasakan apa yang dialami para pebalap. Ia juga ingin merasakan aura persaingan dalam perlombaan. Baginya, hal itu akan memperkaya wawasan dan keilmuannya untuk menjadi dokter olahraga.
Hasil etape ketiga Tour de Banyuwangi Ijen tidak mengubah susunan pebalap di klasifikasi umum. Jesse Ewart dari Sapura Cycling Team masih mempertahankan kaus kuning (pebalap dengan raihan waktu tercepat). Adapun kaus hijau (jawara sprinter) masih dipertahankan Maral-Erdene Batmunkh.
Etape keempat yang digelar Sabtu, 28 September, bakal menjadi perlombaan pamungkas. Para pebalap akan melahap lintasan sepanjang 129,9 km dari Purwoharjo hingga Paltuding di lereng Gunung Ijen.
”Etape keempat selalu menjadi ajang paling seru karena menyuguhkan jalur menanjak yang menjadi tantangan tersendiri bagi para climber (jago tanjakan). Mereka harus menaklukkan tanjakan kategori Hors Class atau tanjakan terberat,” ujar Chairman Tour de Banyuwangi Ijen Guntur Priyambodo.
Tanjakan terberat tersebut berada di 7 kilometer terakhir dengan kemiringan lebih dari 45 derajat. Dengan tenaga yang tersisa, pebalap harus mengayuh di jalan yang sangat curam. ”Tak heran bila banyak orang menyebut jalur tersebut sebagai jalur setan, jalur neraka,” ucap Guntur.