Tim kesehatan gabungan TNI diterjunkan ke Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua untuk membantu para korban luka dampak kerusuhan beberapa hari lalu. Sebanyak 24 personel diterjunkan dalam tim tersebut.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
SENTANI, KOMPAS — Tim kesehatan gabungan TNI diterjunkan ke Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, untuk membantu para korban luka dampak kerusuhan beberapa hari lalu. Sebanyak 24 personel diterjunkan dalam tim tersebut.
Tim berangkat dari Pangkalan Udara Silas Papare Jayapura pada Jumat (27/9/2019). Sebanyak empat tenaga dokter dari sejumlah rumah sakit di Jayapura yang tergabung dalam tim.
Kepala Rumah Sakit Marthen Indey Kolonel Ckm dr FX Budi Setiawan mengatakan, tim kesehatan gabungan TNI yang diberangkatkan menuju Wamena dipimpin Letda Ckm dr Al Hafizh Utama sebagai Perwira Kesehatan Kodam XVII/Cenderawasih.
Ia memaparkan, tim kesehatan gabungan TNI beserta dokter dan paramedis yang berasal dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
”Kehadiran tim ini diharapkan dapat membantu pemerintah setempat dalam memberikan pelayanan medis pasca-kerusuhan tanggal 23 September 2019,” kata Budi.
Ia menuturkan, banyak korban mengalami luka-luka berat akibat benda tumpul dan tajam ataupun gangguan pernapasan akibat asap tebal dari bangunan-bangunan yang terbakar.
”Petugas medis juga akan membantu pelayanan kesehatan bagi masyarakat korban yang saat ini banyak mengungsi di halaman kantor Kodim 1702 dan Polres Jayawijaya,” tuturnya.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Cpl Eko Daryanto menyatakan, tim kesehatan gabungan TNI merupakan bentuk responsif cepat dari Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab setelah meninjau langsung kota Wamena dan menjenguk korban kerusuhan pada Rabu (25/9/2019).
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, data terbaru jumlah korban hingga Kamis kemarin pukul 17.00 WIT, yakni 31 korban meninggal dan 76 korban luka-luka.
Banyak korban meninggal disebabkan luka bacok akibat terkena senjata tajam dan terjebak dalam rumah serta ruko yang dibakar massa.
Dalam kerusuhan di Wamena, massa berjumlah ratusan orang dari yang terdiri dari pelajar dan warga membakar sebanyak 465 ruko, 150 rumah, 165 motor, dan 224 mobil serta truk. Jumlah pengungsi di Markas Polres Jayawijaya sebanyak 2.000 orang dan Kodim 1702 Jayawijaya sebanyak 1.500 orang.
Aksi kerusuhan dipicu informasi bohong seorang guru yang bernada rasialisme terhadap salah satu murid di SMA PGRI Wamena pada 18 September 2019.
”Saat ini, situasi di Wamena sudah kembali kondusif. Kami akan memastikan keamanan warga terjamin dan tak boleh lagi ada aksi anarkistis di Wamena,” kata Ahmad.