Titik Panas Turun, Udara di Palangkaraya Masih Berbahaya
Titik panas di Kalimantan Tengah menurun drastis. Meskipun demikian, kualitas udara di beberapa kota di Kalteng masih tergolong tidak sehat bahkan berbahaya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Titik panas di Kalimantan Tengah menurun drastis. Meski demikian, kualitas udara di beberapa kota di Kalteng masih tergolong tidak sehat, bahkan berbahaya.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) Provinsi Kalteng, titik panas di Kalteng hanya ada lima titik, yakni dua titik di Barito Utara dan tiga titik di Gunung Mas dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Namun, asap masih menyelimuti Kota Palangkaraya pada pagi dan sore hari.
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng mengatakan, pada Jumat (27/9/2019) pukul 13.30, kualitas udara atau indeks standar pencemaran udara (ISPU) berada di kategori tidak sehat dengan partikulat meter (PM10) 187 mikrogram per meter kubik. Pada pukul 15.30, meningkat menjadi 209 mikrogram per meter kubik atau level berbahaya.
Tim gabungan pemadam kebakaran masih terus melakukan pembasahan di lokasi-lokasi bekas terbakar yang masih mengeluarkan asap. Mereka memastikan wilayah bekas terbakar tidak terbakar lagi.
”Habis dibasahi memang asapnya pasti pekat, makanya di satu lokasi itu basahin-nya harus sampai jadi lumpur,” ungkap Taufiq (40), salah satu tim pemadam kebakaran.
Siang itu, Taufiq dan belasan pemadam lainnya berada di Jalan G.Obos XVI untuk membasahi lahan bekas terbakar yang masih berasap. Warga sekitar juga ikut membantu mereka dengan berbagai keterbatasan alat.
Habis dibasahi memang asapnya pasti pekat, makanya di satu lokasi itu basahin-nya harus sampai jadi lumpur. (Taufiq)
Pusdalops mencatat, sejak Januari hingga saat ini ada 34.595 titik panas dengan dominasi kepercayaan di atas 70 persen. Sedikitnya terdapat 2.235 kejadian kebakaran hutan dan lahan. Pemerintah menggunakan 10 helikopter dan satu pesawat untuk modifikasi cuaca untuk membuat hujan buatan.
Hujan buatan memang efektif menghilangkan titik panas, tetapi bukan asap. Pada sore hari, di Kota Palangkaraya asap masih pekat dan bau gambut terbakar tercium hingga masuk ke rumah.
”Asapnya pekat itu menjelang malam, jadi kalau sudah mulai pekat anak-anak main di kamar saja. Jangan, kan, keluar, ke ruang keluarga saja masih asap,” ungkap Norsiah (45) warga Jalan Mahir-Mahar.
Libur sekolah
Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya Sahdin Hasan memperpanjang masa libur sisa hingga 28 September 2019. Sekolah diliburkan sejak 15 September hingga 22 September 2019.
Senin depan harusnya sudah bisa sekolah, tetapi kami harus melihat kondisi beberapa hari ke depan. (Sahdin Hasan)
Sahdin mengungkapkan, pihaknya sampai saat ini terus melakukan evaluasi dan pemantauan kondisi kabut asap yang berbahaya bagi anak kecil dan kelompok rentan lainnya.
”Senin depan harusnya sudah bisa sekolah, tetapi kami harus melihat kondisi beberapa hari ke depan,” kata Sahdin.
Sahdin menjelaskan, libur sekolah tidak berlaku untuk petugas pendidikan, baik guru maupun tenaga administrasi lainnya. ”Mereka setidaknya bisa fokus pada peningkatan kompetensi secara mandiri,” katanya.