Kegagalan lolos ke semifinal di Kejuaraan Dunia Atletik dijadikan oleh Lalu Muhammad Zohri untuk berbenah. Ini merupakan awal dari perjuangan Zohri menjadi sprinter elite dunia yang persaingannya sangat ketat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
DOHA, JUMAT — Pelari andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, gagal melangkah jauh di Kejuaraan Dunia Atletik 2019, Doha, Qatar. Pada babak penyisihan nomor 100 meter di Stadion Internasional Khalifa, Jumat (27/9/2019), Zohri hanya berada di urutan ke-6 dari tujuh pelari yang berpartisipasi di penyisihan 6, dengan waktu 10,36 detik. Hasil itu membuat Zohri tidak lolos ke babak semifinal.
Dalam lomba yang berlangsung sekitar pukul 22.30 atau pukul 18.30 waktu setempat itu, Zohri yang memiliki catatan waktu terbaik 10,03 detik berada di heat 6 atau penyisihan terakhir pada babak pertama. Ia berjumpa dengan pelari unggulan pertama asal Amerika Serikat, Christian Coleman, yang memegang waktu terbaik musim ini 9,81 detik.
”Kondisi Zohri baik. Dia tidak sedih, tetapi dia minta maaf karena belum bisa kasih yang terbaik. Dia merasa harus mengoreksi diri lagi, dan kami pelatih juga,” ujar asisten pelatih sprint Erwin Renaldo Maspaitella melalui pesan singkat dari Doha, Jumat malam WIB.
Selain itu, Zohri satu lintasan dengan bintang muda Jepang Abdul Hakim Sani Brown (catatan terbaik 9,97 detik). Ada pula pelari Barbados Mario Burke (9,98 detik), pelari Italia Lamont Marcell Jacobs (10,03 detik), pelari Swiss Alex Wilson (10,08 detik), pelari Brasil Rodrigo Do Nascimento (10,10 detik), dan pelari Vietnam Ngan Ngoc Nghia (10,67 detik).
Zohri yang berada di lintasan 1 sempat bisa mengimbangi para pelari dunia itu hingga 30 meter awal perlombaan. Menjelang 50 meter perlombaan, dia mulai tertinggal dari pesaing-pesaing beratnya.
Zohri semakin tercecer di 70 meter perlombaan hingga akhirnya hanya puas finis di urutan ke-6. Ia hanya lebih baik dari pelari asal Swiss Alex Wilson yang membukukan waktu 10,38 detik. Adapun pelari asal Vietnam Ngan Ngoc Nghia tidak melanjutkan perlombaan.
Coleman keluar sebagai pemenang heat 6 dengan waktu 9,98 detik. Dia diikuti oleh pelari asal Italia Lamont Marcell Jacobs di urutan kedua dengan waktu 10,07 detik, dan pelari Jepang Sani Brown di urutan ketiga dengan waktu 10,09 detik.
Dalam catatan tabel hasil perlombaan yang dikeluarkan IAAF, Zohri kurang baik dalam reaksi start. Bahkan, reaksi startnya 0,193 detik terburuk dari semua pelari yang ikut babak penyisihan. Itu juga catatan reaksi start terburuk yang pernah dilakukan Zohri. Sebagai gambaran, Zohri melakukan reaksi start 0,131 detik ketika juara pada Kejuaraan Dunia U-20 2018 dengan catatan waktu 10,18 detik.
Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung dari Doha, Jumat (27/9/2019), mengatakan, publik atletik Indonesia tentu sangat bangga melihat Zohri berlomba dengan pelari-pelari terbaik dunia di Kejuaraan Dunia 2019. Mayoritas mungkin tidak sabar melihat dia membuat kejutan. Meski demikian, Zohri pasti tahu batas kemampuannya dan tidak mungkin memaksakan diri.
”Dalam olahraga terukur seperti atletik, musuh utama kita adalah diri kita sendiri. Perjalanan karier Zohri masih panjang. Saya memprediksi puncak prestasi Zohri akan terjadi pada Olimpiade Paris 2024 atau ketika dia berusia 24 tahun,” ujar Tigor.
Berbenah
Jauh sebelum kejuaraan dimulai, Zohri pernah berkata bahwa dirinya sangat mengidolakan Coleman dan Brown serta ingin bertemu mereka. Bagi Zohri, Coleman adalah pelari panutan karena dia sprinter terbaik saat ini setelah era pelari legendaris asal Jamaika Usain Bolt.
Coleman dianggap punya teknik blok start yang sangat baik dan cepat. Zohri coba meniru itu dengan mempelajarinya dari tayangan di Youtube. ”Saya ingin sekali bertemu dan berlomba bareng dia. Selain untuk foto bareng, saya ingin sekali lihat secara langsung bagaimana teknik dia,” kata Zohri.
Adapun Brown merupakan pelari muda terbaik Asia saat ini. Bahkan, di awal 2018, Zohri pernah menuliskan coretan target lari 10,22 detik di kaki dan tangannya yang angka itu terinspirasi dari catatan waktu raihan terbaik Brown ketika itu. ”Umur kami tidak jauh beda, tapi dia sudah bisa lari di bawah 10 detik sekarang (9,97 detik). Saya ingin sekali bisa berlari sebaik dia,” ujar Zohri.
Eni menyampaikan, pertemuan Zohri dengan para pelari terbaik dunia itu diharapkan menjadi pengalaman besar untuk pelari berusia 19 tahun itu. Setidaknya, dia bisa merasakan bagaimana tingkat persaingan lomba lari level dunia.
Selain itu, dia diharapkan bisa belajar langsung bagaimana cara para pelari dunia itu melakukan teknik blok start hingga mempertahankan daya tahan kecepatan dari start hingga finis.