Pemerintah mulai mengembangkan program pemuliaan udang jerbung (”Penaeus merguiensis”).
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mulai mengembangkan program pemuliaan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Program itu antara lain menghasilkan induk unggul jerbung yang bebas penyakit, pertumbuhan cepat, dan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (27/9/2019), mengemukakan, inisiasi pemuliaan buatan udang jerbung dilakukan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah. Inisiasi udang jerbung yang bebas penyakit ini mendapat penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia pada Agustus 2019.
”Budidaya udang jerbung menciptakan diverisifikasi usaha komoditas udang. Dihasilkannya induk bebas penyakit mengurangi ketergantungan induk hasil tangkapan di alam serta mengurangi risiko penyakit,” katanya.
Slamet menambahkan, udang jerbung merupakan komoditas lokal asli Indonesia dan berpotensi dikembangkan karena induknya tersedia di seluruh wilayah perairan Indonesia. Sejauh ini, uji multilokasi sedang dilakukan untuk meningkatkan kualitas benih, penyiapan induk, dan budidaya yang tepat.
Beberapa lokasi percontohan budidaya udang jerbung antara lain Gresik (Jawa Timur), serta Pemalang, Brebes, dan Demak (Jawa Tengah). Pihaknya mendorong pengembangan budidaya udang jerbung melalui pendampingan pembudidaya. Udang yang juga dikenal sebagai banana shrimp ini disukai konsumen Jepang.
”Selain cita rasanya yang lezat, konsumen Jepang juga menyukai warna udang jerbung yang cenderung lebih merah jika dimasak,” katanya.
Pada 2018, volume ekspor udang 197.420 ton senilai 1,74 miliar dollar AS. Volume ekspor itu sekitar 17,53 persen dari total ekspor produk perikanan Indonesia.
Kepala BBPBAP Jepara Sugeng Rahardjo, dalam siaran pers, menyebutkan, pihaknya mampu menyediakan 20 juta ekor benur per tahun dengan 12 juta ekor di antaranya merupakan hasil dari induk yang bukan dari tangkapan alam.
”Proses domestikasi terus kami lakukan untuk dapat menjamin ketersediaan induk,” ujarnya. (LKT)