Kembalinya ratu sprint Jamaika Shelly-Ann Fraser-Pryce memperketat persaingan nomor 100 meter putri Kejuaraan Dunia 2019. Dia akan menjadi lawan tangguh bagi rekan senegaranya Elaine Thompson untuk meraih medali emas.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
DOHA, SABTU – Setelah absen di Kejuaraan Dunia Atletik 2017 karena cuti hamil dan melahirkan, ratu sprint asal Jamaika Shelly-Ann Fraser-Pryce kembali menggebrak lintasan lari jarak pendek dunia. Pada babak pertama 100 meter putri Kejuaraan Dunia Atletik 2019, Fraser-Pryce keluar sebagai pemenang dengan waktu 10,80 detik. Pelari berusia 32 tahun itu pun mengincar emas keempatnya di nomor 100 meter Kejuaraan Dunia.
Dalam penyisihan yang berlangsung di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar, Sabtu (28/9/2019), sekitar 20.30 WIB atau 16.30 waktu setempat, Fraser-Pryce berada di heat 1 bersama dengan pelari unggulan ke-14 asal Afrika Selatan Tebogo Mamathu yang memiliki catatan waktu terbaik tahun ini 11,04 detik. Sedangkan Fraser-Pryce yang menjadi unggulan pertama pada Kejuaraan Dunia 2019, memiliki catatan waktu terbaik tahun ini 10,73 detik.
Selain itu, ada enam pelari lain dengan catatan waktu jauh di bawah mereka, yakni sprinter asal Polandia Ewa Swodoba (11,07 detik), Gina Luckenkemper (Jerman/11,14 detik), Murielle Ahoure (Pantai Gading/11,15 detik), Diana Vaisman (Israel/11,25 detik), Andrea Purica (Venezuela/11,26 detik), dan pelari wild card asal Nepal Sarswati Chaudhary.
Sejak selepas start, langkah kaki Fraser-Pryce terlihat lebih ringan dibanding para pelari lain. Menjelang 30 meter, ia langsung melesat ke urutan terdepan walaupun pelari lain berusaha mengimbanginya. Memasuki 50 meter, dia mulai menjauhi para pelari lain. Pada akhirnya, Fraser-Pryce finis pertama dengan waktu 10,80 detik. Catatan waktu itu juga menjadi yang terbaik pada keseluruhan babak penyisihan.
Ahoure finis kedua pada heat 1 dengan waktu 11,05 detik, disusul pelari Jerman Luckenkemper finis ketiga dengan waktu 11,29 detik. Sedangkan pelari Afrika Selatan Mamathu justru tercecer di urutan keenam dengan waktu 11,42 detik.
Motivasi juara
Pada Kejuaraan Dunia ini, Fraser-Pryce memang termotivasi untuk kembali menjadi yang terbaik. Apalagi, ia telah melewati Kejuaraan Dunia terakhir yang berlangsung dua tahun lalu karena cuti hamil dan melahirkan putranya, Zyon.
Jika berhasil meraih emas 100 meter putri kali ini, Fraser-Pryce akan mencatatkan dirinya sebagai pelari putri pertama yang empat kali meraih emas di satu nomor perlombaan Kejuaraan Dunia. Sebelumnya, ia meraih emas 100 meter di Kejuaraan Dunia 2009, 2013, dan 2015.
”Dia (Zyon) telah memberikan energi dalam hidup saya, membuat segalanya menjadi lebih mudah. Dia memberi saya motivasi ekstra untuk terus maju,” ujar Fraser-Pryce yang hanya butuh 11 bulan pasca melahirkan untuk kembali berlari di bawah 11 detik, yakni 10,98 detik.
Sejauh ini, hanya ada dua orang yang pernah empat kali meraih emas di satu nomor Kejuaraan Dunia. Mereka adalah pelari legendaris Jamaika Usain Bolt yang empat kali meraih emas nomor 200 meter Kejuaraan Dunia (2009, 2011, 2013, dan 2015) dan pelari halang rintang asal Kenya Ezekiel Kemboi yang empat kali meraih emas nomor halang rintang 3.000 meter Kejuaraan Dunia (2009, 2011, 2013, dan 2015).
Melawan rekan senegara
Lawan terberat Fraser-Pryce praktis yunior senegaranya, Elaine Thompson. Berada dalam heat 3, Thompson membuktikan sebagai penantang terberat seniornya tersebut. Pelari berusia 27 tahun itu menjadi pemenang heat 3 dengan waktu 11,14 detik.
Sejak dua tahun lalu, Thompson sudah membuktikan bisa mengimbangi hingga lebih baik dari Fraser-Pryce. Setelah Fraser-Pryce mencatat diri sebagai pemegang rekor lari 100 meter putri Jamaika dengan waktu 10,70 detik pada 29 Juni 2012, Thomson menyamai rekor itu pada 1 Juli 2016.
Lalu, di final 100 meter putri Olimpiade Rio de Jainero 2016 pada 13 Agustus 2016, Thompson berhasil meraih emas dengan waktu 10,71 detik. Raihan itu mengungguli Fraser-Pryce yang harus puas di urutan ketiga atau meraih perunggu dengan waktu 10,86 detik.
Mereka berdua pun datang ke Kejuaraan Dunia tahun ini dengan catatan waktu terbaik yang sama, yakni 10,73 detik. ”Saya terus merasa kuat dan bugar selangkah demi selangkah, hari demi hari,” kata Thompson dikutip Olympic Channel.
Kendati demikian, duo Jamaika itu tetap patut mewaspadai potensi pelari lain, seperti sprinter muda asal Inggris Geraldina Rachel Asher-Smith. Pelari berusia 23 tahun itu adalah bintang baru dunia atletik Inggris maupun Eropa.
Asher-Smith berhasil menjadi juara 100 meter putri Kejuaraan Eropa 2018 dengan waktu 10,85 detik. Pada Kejuaraan Dunia 2019, ia menjadi unggulan ketiga dengan waktu terbaik tahun ini 10,88 detik. Pada heat 4, kemarin, dia keluar sebagai pemenang dengan catatan waktu 10,96 detik.
”Saya mungkin lebih muda dibanding beberapa pelari putri dunia. Tetapi, saya sudah menjalani banyak perlombaan sejak usia muda. Itu menjadi modal mentalitas yang saya miliki untuk datang ke setiap kejuaraan,” tutur Asher-Smith dikutip Telegraph.
Selain itu, juga perlu diperhitungkan pelari-pelari lain yang punya potensi. Setidaknya, ada pelari unggulan ke-7 asal Swiss Mujinga Kambundji (waktu terbaik tahun ini 11,00 detik). Pada heat 5, Kambundji menjadi pemenang dengan waktu 11,17 detik. Ia mengungguli juara bertahan 100 meter putri Kejuaraan Dunia asal Amerika Serikat Tori Bowie yang hanya berada di urutan ketiga dengan waktu 11,30 detik.