Kualitas udara di Sumatera Barat mulai membaik. Beberapa hari terakhir turun hujan dan jumlah titik api di provinsi tetangga berkurang drastis.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS -- Kualitas udara di Sumatera Barat mulai membaik. Beberapa hari terakhir turun hujan dan jumlah titik api di provinsi tetangga berkurang drastis. Kualitas udara diperkirakan akan terus membaik dan kembali normal sebab musim kemarau memasuki fase akhir.
Berdasarkan pantauan di Padang, Minggu (29/9/2019), kabut asap di udara menipis. Langit mendung dan sedikit gerimis pada pagi hingga menjelang siang, tetapi mulai cerah menjelang sore. Konsentrasi kabut asap yang berkurang juga dilaporkan warga di Kabupaten Agam dan Kabupaten Limapuluh Kota.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang Manat Panggabean mengatakan, wilayah Sumbar tengah memasuki fase awal musim hujan. Hujan yang berlangsung dalam seminggu terakhir sangat berpengaruh dalam membersihkan udara dari kabut asap.
"Sejak hujan turun, kualitas udara membaik menjadi kategori baik hingga sedang dan bertahan sampai sekarang," kata Manat ketika dihubungi dari Padang.
Sejak hujan turun, kualitas udara membaik menjadi kategori baik hingga sedang dan bertahan sampai sekarang
Menurut Manat, pada 23 September 2019, kualitas udara yang terukur di Stasiun Bukit Kototabang mencapai kategori berbahaya. Konsentrasi PM 10 di udara menyentuh 487 mikrogram per meter kubik (µg/m3). Itu yang terparah sejak Sumbar mendapatkan kiriman asap kebakaran hutan dan lahan dari Riau dan Jambi dalam dua bulan terakhir.
Meskipun membaik, Manat mengatakan, kabut asap memang masih ada. Sumbernya, adalah sisa-sisa partikel asap di atmosfer. Kiriman asap dari provinsi tetangga juga masih ada walaupun jumlah titik panas susah jauh berkurang. Namun, menurut Manat, kualitas udara ke depan akan semakin membaik.
"Kualitas udara akan terus membaik karena di Sumbar mulai masuk musim hujan. Hujan 1-2 jam akan sangat baik untuk proses pembersihan atmosfer," ujar Manat.
Mellisa Riza (25), warga Nagari Magek, Agam, mengatakan, hujan mulai turun pada Senin (23/9) malam dan berlanjut beberapa hari setelahnya. Sejak saat itu, konsentrasi kabut asap di udara mulai berkurang, meskipun sesekali masih muncul.
"Kemarin, saat kabut asap tebal, bernapas jadi sesak. Hidung, tenggorokan, dan kepala sakit. Sekarang, bernapas jauh lebih lega, meskipun kadang-kadang masih harus pakai masker," kata Mellisa.
Sementara itu, Aulia Latifa (23), warga Nagari Sungai Kamuyang, Limapuluh Kota, mengatakan, kualitas udara membaik sejak empat hari terakhir seiring dengan turunnya hujan. Kondisi langit hari ini relatif terang karena turun hujan.
"Mudah-mudahan kejadian kabut asap ini segera berakhir sehingga masyarakat bisa bernapas lega," kata Latifa.
Aplikasi pengukur kualitas udara AirVisual, Minggu pukul 17.30, mencatat, indeks kualitas udara di sejumlah kabupaten/kota Sumbar, berkisar 33-86 atau kategori bagus hingga sedang.
Sementara itu, aplikasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional mencatat jumlah titik panas di Riau dan Jambi masing-masing 5 titik dan 47 titik. Beberapa waktu sebelumnya, jumlah titik panas di provinsi tersebut berjumlah ratusan titik.