Nomor ganda putra, dengan tipikal permainan paling cepat dibandingkan nomor lain, membuat pemain tak boleh kehilangan fokus sedetik pun. Lengah, momentum permainan bisa dengan cepat direbut lawan.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
INCHEON, SABTU - Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto harus menyadari bahwa keunggulan 3-4 angka dari lawan pada pertandingan ganda putra akan mudah dikejar saat mereka kehilangan fokus, termasuk saat meraih angka 20. Sedetik hilang fokus, kemenangan di depan mata bisa melayang dan berakhir dengan penyesalan.
Pelajaran tersebut didapat pebulu tangkis ganda putra Indonesia tersebut saat tampil pada semifinal turnamen Korea Terbuka Super 500, Sabtu (28/9/2019). Kemenangan, 27-25, 22-20, di Incheon Airport Skydome, atas Li Junhui/Liu Yuchen (China) seharusya bisa didapat lebih cepat. Mereka pun bisa sedikit menghemat tenaga sebelum berhadapan dengan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang) pada final, Minggu (29/9) ini.
Kemenangan atas ganda China peringkat ketiga dunia tersebut didapat setelah Fajar/Rian meraih angka ke-20 terlebih dulu pada setiap gim. Pada gim pertama, mereka unggul, 20-16, dan meraih tiga match point, 20-17, pada gim kedua.
Akan tetapi, kemenangan pada gim pertama akhirnya diraih pada game point kedelapan. Pada perjalanan dari 20-16 menjadi 27-25, Li/Liu, bahkan, dua kali mendapat game point, 24-23 dan 25-24.
Fajar/Rian mengulang hal yang sama pada gim kedua, meski kali ini bisa mempercepat keunggulan selisih dua poin. Mereka memenangi pertandingan selama 45 menit tersebut pada match point keempat.
Selain kecerdikan Li/Liu dalam mempercepat tempo permainan—mereka meraih poin melalui 2-3 pukulan—kondisi itu terjadi karena kesalahan yang dilakukan Fajar/Rian. Fajar misalnya, menyia-nyiakan salah satu game point pada gim pertama dengan servis tinggi. Bermaksud mengecoh lawan dengan servis yang dilambungkan ke belakang lapangan, kok justru jatuh di luar lapangan.
Pada gim kedua, Rian juga menyia-nyiakan salah satu kesempatan menang ketika kok backhand silang dari dekat net jatuh di luar lapangan. Dalam momen kritis pada kedua gim, sikap tubuh Li/Liu justru terlihat lebih tenang. Seandainya Li/Liu mampu menjaga momentum untuk tak membuat kesalahan, bukan tak mungkin hasil pertandingan akan berbeda.
Nomor ganda putra, dengan tipikal permainan paling cepat dibandingkan nomor lain, membuat pemain tak boleh kehilangan fokus sedetik pun. Lengah, momentum permainan bisa dengan cepat direbut lawan. Dengan format rally point, kesalahan juga berbuah poin bagi lawan.
“Tadi, kami kurang tenang juga. Ingin cepat menang, justru menjadi bumerang bagi kami. Kami berusaha kembali fokus dan tenang. Kondisi yang sama terjadi pada gim kedua, tetapi kali ini kami lebih yakin bisa menang,” tutur Rian dalam laman resmi PP PBSI.
Tak bisa menunggu lama, ganda Indonesia peringkat keeenam dunia itu harus memperbaiki kesalahan mereka ketika berhadapan dengan Kamura/Sonoda. Apalagi, Fajar/Rian telah menanti enam bulan untuk kembali ke final setelah terakhir kali menjuarai Swiss Terbuka Super 300, Maret.
Tampil baik pada tiga bulan pertama 2019, dengan juara di Swiss, serta mencapai semifinal All England (Super 1000) dan Malaysia Terbuka (750), penampilan mereka menurun hingga Juli. Posisi sebagai ganda putra nomor dua Indonesia, di bawah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, digeser Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang tampil lebih baik. Pasangan senior itu tampil pada semua final Super 1000 (juara All England, serta final Indonesia Terbuka dan China Terbuka) ditambah dengan menjadi juara dunia.
Tak ingin menyia-nyiakan momen kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 (29 April 2019 hingga 26 April 2020), Fajar/Rian pun memperlihatkan tanda kebangkitan mereka sejak menembus semifinal Kejuaraan Dunia di Swiss, Agustus. Setelah itu, mereka menembus perempat final Taiwan Terbuka (300) dan semifinal China Terbuka (1000), lalu final Korea Terbuka.
“Melawan pasangan Jepang tak akan gampang. Kami harus siap pada semua faktor, stamina, fokus, terutama mental karena ini laga final. Kami bertemu pada China Terbuka, tetapi kondisi lapangan di China dan di sini berbeda. Jadi, kami tetap harus mengantisipasi permainan mereka,” tutur Fajar.
Di China Terbuka, Fajar/Rian menang, 23-21, 22-20, pada perempat final. Itu menjadi kemenangan keempat mereka dari sembilan pertemuan dengan Kamura/Sonoda.
Sementara, pasangan muda pada ganda campuran, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari terhenti pada semifinal. Mereka kalah dari pasangan Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai, 22-20, 11-21, 18-21.