SENTANI, KOMPAS— Sebanyak 7.000 warga telah mendaftar untuk dievakuasi menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara pascakerusuhan di Wamena, Papua. Mereka akan segera dievakuasi ke Jayapura.
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Silas Papare, Jayapura, Marsekal Pertama Tri Bowo Budi Santoso menyampaikan hal itu saat ditemui di Gedung Serbaguna Megantara, Lanud Silas Papare, Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (28/9/2019).
Tri memperkirakan, sebanyak 2.000 pengungsi telah meninggalkan Wamena. Adapun jumlah pengungsi yang tercatat di Lanud Silas Papare, Jayapura, hingga kemarin mencapai 1.500 orang. ”Pesawat tak hanya membawa warga ke Jayapura. Kami juga mengirim bantuan makanan, pakaian, dan berbagai barang kebutuhan pokok lainnya yang mencapai 39 ton bagi pengungsi di Wamena selama lima hari terakhir,” ucap Tri.
Pengungsi yang ditampung di Gedung Serbaguna Lanud Silas Papare sebanyak 106 orang. Puluhan lainnya mengungsi di Aula Batalyon Infanteri Raider/751 Sentani.
Pengungsi yang masih bertahan di Wamena saat ini membutuhkan bantuan selimut dan pakaian. Untuk bantuan makanan, menurut Tri, jumlahnya saat ini masih mencukupi.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua Brigadir Jenderal (Pol) Yakobus Marjuki mengatakan bahwa situasi keamanan di Wamena sudah cukup kondusif. Aktivitas perekonomian mulai berjalan. Namun, warga belum berani pulang ke rumah.
Para pengungsi rawan sakit karena tidur di lokasi pengungsian yang dingin. Sekitar 471 warga tercatat menderita diare. ”Langkah-langkah rehabilitasi pascakonflik terus berjalan. Total ada 8.000 pengungsi yang tersebar di sejumlah lokasi, seperti Polres Jayawijaya dan Kodim 1702 Jayawijaya,” ujar Yakobus.
Sejauh ini, Polda Papua menahan tiga tersangka dalam kasus kerusuhan di Wamena. ”Kami memiliki bukti yang lengkap dan nama pihak-pihak yang terlibat dalam kerusuhan,” ungkapnya.
Kepala Dinas Sosial Papua Ribka Haluk mengatakan, dapur umum disediakan di beberapa lokasi pengungsian. ”Kami berkoordinasi dengan Kementerian Sosial agar selalu memberi bantuan yang dibutuhkan pengungsi. Kami juga akan memberikan pendampingan bagi pengungsi yang trauma berat,” katanya.
Iksan, salah seorang pengungsi, berharap bisa secepatnya meninggalkan Papua. ”Saya tak kuat untuk kembali lagi ke Wamena. Masih teringat situasi yang begitu mencekam saat terjadi kerusuhan,” ujar pria asal Jawa Timur ini sambil meneteskan air mata.
KKB serang warga
Kemarin, kelompok kriminal bersenjata (KKB) kembali menyerang warga sipil di Papua. Sahrudin, pemilik kios kebutuhan pokok di Kampung Aminggaru, Kabupaten Puncak, Papua, tewas ditembak dua anggota kelompok itu pukul 12.30 WIT.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, di Jayapura, mengatakan, berdasarkan keterangan para saksi mata, ada dua anggota KKB yang mendatangi kios korban. Salah seorang anggota KKB yang menggunakan penutup kepala berwarna hitam mengeluarkan pistol dan melepaskan tembakan ke arah korban.
”Korban terkena tembakan di bagian kepala dan tewas di tempat. Kemudian, kedua pelaku berbicara kepada kedua saksi mata bahwa mereka adalah adik dari pimpinan KKB di Puncak, Lekagak Telenggen,” papar Ahmad.
Selanjutnya, pelaku langsung melarikan diri dan meninggalkan kedua saksi mata yang tengah berbelanja di kios milik korban. Pelaku melarikan diri ke arah Kali Nakimo, dekat Bandar Udara Aminggaru.
”Anggota Polsek Ilaga telah mengevakuasi jenazah korban ke Puskesmas Ilaga. Polisi masih berupaya mengejar para pelaku,” ucap Ahmad. Polisi pun memperketat pengamanan di Ilaga, ibu kota Puncak.
Penembakan warga sipil itu merupakan insiden kedua dalam tiga hari terakhir. Sebelumnya, dua pengendara ojek, La Ode Alwi dan Midung, tewas ditembak anggota KKB di Jembatan Muara, Kampung Amnunggi, Puncak, Kamis (26/9) pukul 12.30 WIT.
Bupati Puncak Willem Wandik membenarkan terjadi penembakan terhadap Sahrudin. Kondisi ini menyebabkan warga semakin ketakutan. Sudah ada sejumlah warga yang mengungsi ke Timika.
”Sekitar 50 warga mengungsi ke Timika. Saya sangat sedih karena kasus penembakan warga sipil terus terjadi di wilayah ini. Apabila kejadian itu tidak terhenti, aktivitas warga akan terganggu,” kata Willem.
Ia berharap situasi di Puncak segera kondusif dan peristiwa penembakan warga sipil tidak terjadi lagi.
Berdasarkan catatan Kompas, sepanjang tahun 2018 hingga September 2019, serangan KKB di sejumlah daerah di Papua mengakibatkan 46 korban jiwa. Sebanyak 30 korban merupakan warga sipil dan 16 anggota TNI/Polri. Sementara itu, korban luka dari warga sipil sebanyak 11 orang dan dari aparat keamanan sebanyak 13 orang. (FLO)