Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas atau likuiditas perekonomian pada Agustus 2019 mengalami perlambatan. Perlambatan ini disebabkan komponen pembentuk uang beredar dalam arti luas mengalami kontraksi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas atau likuiditas perekonomian pada Agustus 2019 mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan bulan sebelumnya. Perlambatan ini disebabkan komponen pembentuk uang beredar dalam arti luas mengalami kontraksi.
Uang beredar dalam arti luas (M2) yang sering disebut juga dengan likuiditas perekonomian, adalah uang beredar dalam arti sempit (M1) ditambah deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat di perbankan. Adapun M1 didefiinisikan sebagai uang kartal ditambah dengan uang giral.
Bank Indonesia BI mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas pada Agustus 2019 mencapai Rp 5.933 triliun. Posisi ini tercatat tumbuh 7,3 persen dibandingkan posisi M2 pada Agustus 2018. Namun bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pertumbuhan M2 tercatat alami perlambatan. Pertumbuhan tahunan M2 pada Juli 2019 tercatat sebesar 7,8 persen.
Dalam keterangan resminya, Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan perlambatan peredaran uang dalam arti luas dipicu oleh perlambatan peredaran uang dalam arti sempit dan uang kuasi. Uang Kuasi adalah kewajiban sistem moneter dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening valuta asing (valas) milik masyarakat.
“Uang kuasi pada Agustus 2019 memiliki pangsa 72 persen dari keseluruhan uang beredar dalam arti luas di bulan yang sama, dengan nilai sebesar Rp 4.433,9 triliun,” ujar Onny di Jakarta, Senin (30/9/2019).
Komponen uang beredar dalam arti sempit sepanjang Agustus 2019 tercatat sebesar Rp 1.475,2 triliun. Posisi ini tumbuh 6,6 persen dibanding Agustus 2018. Pada bulan sebelumnya tercatat komponen uang beredar dalam arti sempit tumbuh 7,4 persen dibandingkan posisi Juli 2018.
Onny menuturkan faktor lain yang mempengaruhi perlambatan M2 adalah pertumbuhan aktiva luar negeri bersih serta perlambatan aktiva dalam negeri bersih. Aktiva luar negeri bersih merupakan tagihan bersih BI kepada bukan penduduk. Adapun aktiva dalam negeri bersih terdiri dari tagihan bersih kepada pemerintah pusat dan tagihan kepada sektor lainnya seperti sektor swasta, pemeritah daerah, dan lembaga keuangan.
Pada Agustus 2019, posisi aktiva luar negeri bersih tercatat sebesar Rp 1.526 triliun, tumbuh 2,9 persen dibandingkan posisi Agustus 2018. Pertumbuhan ini meningkat dibandingkan pertumbuhan posisi aktiva luar negeri bersih pada Juli 2019 sebesar 1,5 persen dibandingkan Juli 2018.
“Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya cadangan devisa dan penurunan DPK (dana pihak ketiga) valas,” ujar Onny.
Sementara itu, posisi aktiva dalam negeri bersih pada Agustus 2019 tercatat mencapai Rp 4.407 triliun, tumbuh 8,9 persen dari Agustus 2018. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan aktiva dalam negeri bersih pada Juli 2019 yang mencapai 10,1 persen.
Perlambatan aktiva dalam negeri bersih terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan tahunan penyaluran kredit menjadi 8,6 persen pada Agustus 2019 dibanding 9,7 persen pada Juli 2019.
“Selain itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat juga masih mengalami kontraksi sebesar 2,5 persen. Perkembangan itu sejalan dengan peningkatan tagihan sistem moneter kepada pemerintah pusat terutama pada instrumen obligasi negara,” ujar Onny.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai perlambatan uang beredar dalam arti luas pada Agustus 2019 masih normal. Perlamabtan M2 pada bulan Agustus M2 bisa terjadi karena pengeluaran pemerintah menurun setelah menghabiskan anggaran pada paruh pertama tahun berjalan.
Piter melihat pertumbuhan likuiditas ini sudah sesuai dengan target BI sebagai otoritas moneter. Selain itu pertumbuhan M2 selalu dipantau oleh BI. Melalui kebijakan operasi moneternya, BI mempengaruhi kondisi likuiditas perekonomian yang tercermin pada peredaran uang dalam arti luas.