Rencana Penghapusan Perusahaan China di Bursa AS Jadi Perhatian Investor
Bursa saham Asia dan nilai tukar yuan bergerak dalam rentang tipis pada Senin (30/9/2019) di tengah kehati-hatian investor global. Sentimen bertumpu pada data ekonomi terbaru China.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Bursa saham Asia dan nilai tukar yuan bergerak dalam rentang tipis pada Senin (30/9/2019) di tengah kehati-hatian investor global. Sentimen bertumpu pada data ekonomi terbaru China dan bagaimana pasar keuangan China akan bereaksi terhadap berita yang menyebutkan bahwa Pemerintah Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk menghapuskan perusahaan-perusahaan China dari bursa saham AS.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,11 persen, sementara Indeks Nikkei Jepang turun 0,61 persen. Futures saham AS naik 0,24 persen pada awal perdagangan, tetapi kembali turun hampir setengah dari penurunan 0,53 persen pada hari Jumat pekan lalu.
Nilai tukar yuan di lepas pantai sedikit bergerak pada level 7,1339 yuan per dollar AS, turun dari level terendah dalam tiga pekan pada hari Jumat di level 7,1520 terhadap dollar AS.
Pasar saham China akan diperdagangkan hanya pada hari Senin pekan ini sebelum liburan Hari Nasional China, yang berlangsung hingga 7 Oktober. Aset berisiko terpukul di perdagangan AS pada hari Jumat setelah berita bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan taktik tekanan keuangan baru yang radikal di Beijing, termasuk kemungkinan menghapus perusahaan China dari bursa saham AS.
Laporan itu pun memukul saham-saham perusahaan China yang terdaftar di bursa AS. Saham Alibaba Group Holding jatuh 5,15 persen, sedangkan JD.com anjlok 5,95 persen pada hari Jumat. Delisting perusahaan-perusahaan China dari bursa saham AS adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk membatasi investasi AS di perusahaan-perusahaan China, demikian penjelasan dua sumber tentang hal itu kepada Reuters.
”Sementara China mengalami surplus neraca berjalan dan merupakan negara kreditor bersih, perusahaan-perusahaan China adalah debitor bersih dan bergantung pada modal asing,” kata Koji Fukaya, Presiden Kantor Fukaya Consulting. ”Washington tampaknya berusaha membatasi kegiatan perusahaan-perusahaan China dengan menekan pendanaan mereka,” ucapnya.
Namun, dengan pembicaraan perdagangan antara AS dan China yang diperkirakan akan diadakan pada 10-11 Oktober 2019, banyak pelaku pasar tetap berharap langkah-langkah drastis seperti itu di pasar modal dapat dihindari. ”Pada titik ini pasar harus menunggu dan melihat. Tentu saja, kita harus mengantisipasi terhadap tajuk berita yang lebih gila, tetapi pekan ini bisa sedikit lebih tenang mengingat liburan di China. Data ekonomi kemungkinan akan menjadi pendorong utama bagi pasar,” kata Kyosuke Suzuki, direktur valas di Societe Generale.
Survei terhadap perusahaan-perusahaan China dijadwalkan pada hari Senin, sementara di AS data sentimen bisnis utama dan laporan ketenagakerjaan akan dilihat dengan cermat sebagai petunjuk tentang bagaimana ekonomi negeri itu sedang menghadapi tantangan yang sedang berlangsung menghadapi China.
Data AS pada hari Jumat menunjukkan pengeluaran konsumen hampir tidak naik pada bulan Agustus, sementara investasi bisnis tetap lemah. Hal itu menunjukkan ekonomi Amerika kehilangan momentum karena perselisihan perdagangan berlanjut. Output industri di Jepang dan Korea Selatan, dirilis Senin pagi, juga turun lebih dari yang diharapkan, menggarisbawahi tantangan dari perang perdagangan.
Sentimen politik AS
Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan bahwa opini publik sekarang mendukung penyelidikan terkait dengan proses pemakzulan terhadap Trump setelah adanya rilis informasi baru tentang percakapan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Kondisi perpolitikan teraktual AS ini juga diperkirakan menjadi sentimen pasar.
Mata uang utama sedikit berubah pada awal perdagangan awal pekan ini. Yen diperdagangkan flat di level 107,94 per dollar AS. Euro berada di level 1,0945 per dollar AS setelah tenggelam ke level terendah 28-bulan di level 1,0904 per dollar AS pada hari Jumat terkait dengan kekhawatiran tentang pertumbuhan di Eropa membebani mata uang secara umum.
Harga minyak sedikit melambung setelah penurunan minggu lalu. Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman memperingatkan dalam sebuah wawancara di program CBS ”60 Minutes” pada hari Minggu bahwa harga minyak mentah dapat melonjak ke ”angka yang tak terbayangkan tinggi” jika dunia tidak bersama-sama menghalangi Iran. Namun, Mohammed mengatakan, dia akan lebih memilih solusi politik daripada solusi militer, seraya menambahkan, serangan 14 September terhadap fasilitas minyak kerajaan adalah tindakan perang oleh Iran.
Minyak mentah berjangka Brent naik 0,34 persen menjadi 62,12 dollar AS per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,32 persen menjadi 56,09 dollar AS per barel. (REUTERS)