Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 27,29 poin atau 0,45 persen ke level 6.169,1. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing mencatatkan aksi jual sebesar Rp 68,91 miliar.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Minimnya sentimen berupa data positif internal serta masih adanya kekhawatiran stabilitas keamanan dari dalam negeri mendorong investor untuk lakukan aksi jual saham. Keputusan ini memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan yang berada di zona merah sepanjang hari.
Pada perdagangan Senin (30/9/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 27,29 poin atau 0,45 persen ke level 6.169,1. Adapun kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 4,3 poin atau 0,44 persen menjadi 968,15. Penurunan juga terjadi pada indeks Kompas100 sebesar 5,14 poin atau 0,41 persen ke level 1.237,55.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pelemahan IHSG terjadi seiring dengan sentimen positif yang minim di tengah kondisi domestik yang tidak kondusif. “Utamanya pelemahan IHSG hari ini disebabkan oleh minimnya sentimen positif dari dalam negeri,” kata dia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan aksi jual sebesar Rp 68,91 miliar. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 451.074 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 20,84 miliar lembar saham senilai Rp 8,71 triliun. Sebanyak 165 saham naik, 258 saham menurun, dan 115 saham stagnan.
Dari sentimen eksternal, lanjut Nafan, pelemahan IHSG juga seiring dengan data-data ekonomi sejumlah negara yang terkoreksi. Data produksi Industri Jepang misalnya, mengalami minus 1,2 persen dibandingkan sebelumnya yang tumbuh 1,3 persen pada rilis bulan lalu.
Adapun data Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager’s Index/PMI) manufaktur Cina yang masih berada di bawah level 50, menandakan bahwa industri di Negeri Tirai Bambu tersebut belum menunjukkan tanda-tanda ekspansi bisnis.
Namun Nafan melihat, meredanya sentimen perang dagang antara AS dengan Cina, berikut dengan dinamika politik terkait dengan adanya usulan pemakzulan yang dilancarkan oleh kubu Demokrat terhadap Presiden AS Donald Trump disebut akan menjadi sentimen penggerak IHSG pekan ini.
“Data-data inflasi Indonesia yang diproyeksikan membaik, indeks keyakinan Indonesia yang diproyeksikan stabil, dan data-data PMI Tiongkok maupun AS, serta data-data US nonfarm payroll akan mempengaruhi pergerakan IHSG pekan ini,” kata Nafan.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee berpendapat, aksi unjuk rasa susulan hari ini, masih menjadi perhatian pasar pada perdagangan pekan ini. Meski tidak signifikan mempengaruhi persepsi pasar, aksi unjuk rasa berujung rusuh menimbulkan keluarnya dana asing dari pasar saham dan beralih ke instrumen Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara dari eksternal, investor masih memerhatikan sentimen perang dagang antara AS-China yang sempat mereda setelah Presiden AS Donald Trump berencana mempercepat kesepakatan perdagangan dengan Tiongkok.
“Selain itu, AS secara sementara membebaskan tarif lebih dari 400 tipe produk Tiongkok yang sempat terpukul tarif impor senilai 250 miliar dollar AS selama setahun ini,” ujarnya.