Arab Saudi membangun jaringan lobi di Amerika Serikat untuk memengaruhi para pengambil kebijakan dan opini publik di negara itu melawan Iran dan Qatar.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
Arab Saudi membangun jaringan lobi di Amerika Serikat untuk memengaruhi para pengambil kebijakan dan opini publik di negara itu melawan Iran dan Qatar.
Lobi Arab Saudi di Amerika Serikat, yang dikenal dengan nama Saudi American Public Relation Affairs Committee (SAPRAC), terakhir ini ditengarai semakin gencar menggelar lobi dalam melawan Iran pasca-serangan pesawat nirawak dan rudal jelajah atas kilang minyak Aramco di Abqaiq dan Khurais, Arab Saudi, 14 September lalu.
SAPRAC disinyalir langsung bergerak melobi para pejabat tinggi AS di Washington DC dan meminta agar AS menuduh Iran berada di balik serangan atas kilang minyak Aramco itu. Upaya SAPRAC berhasil. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo langsung menuduh Iran berada di balik serangan tersebut.
SAPRAC juga turut melobi para pejabat tinggi AS agar menerima permintaan Riyadh untuk segera mengirim pasukan AS ke Arab Saudi pasca-serangan itu. Presiden AS Donald Trump pun pada Jumat (20/9/2019) menyetujui pengiriman pasukan AS ke Arab Saudi.
Tak sampai sepekan berselang, Kamis (26/9/2019), Washington mengumumkan akan mengirim 200 tentara dan 4 sistem antiserangan udara Patriot ke Arab Saudi untuk memperkuat sistem pertahanan negara itu.
Riyadh kini menggunakan SAPRAC secara maksimal untuk melawan Iran, Qatar, dan kelompok Ikhwanul Muslimin. SAPRAC digunakan pula dalam perang diplomasi melawan Iran dalam forum sidang Majelis Umum PBB yang rutin digelar setiap tahun dari pertengahan hingga akhir September di New York, AS.
SAPRAC didirikan pada 16 Maret 2016 oleh Salman al-Ansari untuk memperkuat hubungan AS-Arab Saudi di bidang kemanusiaan, budaya, sosial, ekonomi, politik, dan keamanan, serta mengangkat citra Arab Saudi di mata publik AS dan sekaligus memengaruhi para pengambil keputusan di Washington DC.
Salman al-Ansari selama ini dikenal sebagai penulis dan pengamat politik pada stasiun televisi Al Arabiya milik Arab Saudi yang berbasis di Dubai, dan stasiun televisi internasional lainnya, seperti CNN, serta media cetak internasional, semacam The New York Times, The Washington Post, dan Financial Times.
Kucurkan dana
SAPRAC disinyalir telah mengucurkan dana jutaan dollar AS ke sejumlah media dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di AS untuk mengharumkan citra Arab Saudi dan sekaligus memperburuk citra Qatar dan Iran.
Menurut Ansari, ide mendirikan SAPRAC sudah bersemi pada tahun 2015 ketika muncul ide membuat film dokumenter tentang lembaga-lembaga budaya yang memberi perhatian besar kepada isu Arab Saudi di Washington DC. Namun, saat itu tidak ada lembaga budaya yang memberi perhatian atau bekerja khusus menangani isu Arab Saudi.
Akhirnya, Ansari memutuskan mendirikan SAPRAC untuk menangani pembuatan film dokumenter tentang Arab Saudi itu. Pendirian SAPRAC saat itu kebetulan bersamaan dengan keluarnya undang-undang (UU) keadilan melawan para pendukung teroris, yang dikenal dengan nama JASTA.
JASTA memberi wewenang kepada pengadilan di AS menuntut negara asing yang terlibat aksi teroris di AS, khususnya Arab Saudi, yang diduga kuat terlibat dalam aksi serangan teroris 11 September 2001 di New York dan Washington DC. SAPRAC pun langsung bergerak melawan JASTA dengan melobi para pejabat tinggi AS agar tidak mengaktifkan JASTA itu.
Situs Daily Beast mengungkapkan, lembaga lobi Podesta Group di Washington DC yang didirikan John Podesta membantu SAPRAC memproduksi propaganda yang mendorong Presiden Trump agar tidak percaya terhadap Qatar. Pada Juni 2017, Ansari memimpin aksi di AS melawan Qatar dan mengancam akan menggulingkan rezim Al-Thani yang berkuasa di Doha. Ansari juga menuduh Qatar telah membangun koalisi dengan Iran untuk melawan Arab Saudi.
Sebaliknya, SAPRAC bekerja untuk terus memperdekat hubungan Arab Saudi dan Israel. SAPRAC ditengarai berada di balik kunjungan para mantan pejabat Arab Saudi ke Israel, antara lain, kunjungan Direktur Kajian Strategis yang berbasis di Jeddah, Jenderal (Purn) Anwar Eshki, ke Israel pada Juli 2016. Eshki, yang didampingi sejumlah pengusaha dan akademisi Arab Saudi saat itu, bertemu Sekjen Kementerian Luar Negeri Israel Dore Gold, dan Koordinator Pemerintah Israel untuk Urusan Tepi Barat, Jenderal Yoav Mordechai, di Hotel King David, Jerusalem.
Ansari sering menulis artikel di media AS yang mendukung Israel. Pada tahun 2014 ia menulis di situs CNN artiker berjudul "Punahnya negara Israel bukan kemaslahatan Arab". Ia juga menulis artikel tentang Israel yang tidak mengancam keamanan Arab Saudi selama 70 tahun. Ansari mengimbau penggalangan koalisi Arab Saudi-Israel yang tidak hanya untuk kemaslahatan kedua negara, tetapi juga untuk kepentingan Timur Tengah dan perdamaian internasional.