Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Sepakat Melanjutkan Kerja Sama
Kesepakatan itu merupakan kelanjutan dari pertemuan Garuda Indonesia Group dan pemegang saham Sriwijaya Air Group, yang difasilitasi Menteri BUMN Rini Soemarno beberapa waktu lalu.
Oleh
Erika Kurnia
·2 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — PT Citilink Indonesia selaku anak usaha PT Garuda Indonesia Persero Tbk mengakhiri perseteruan dengan Sriwijaya Air Group. Hal itu disepakati setelah Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group menyepakati keberlanjutan kerja sama manajemen.
Dalam konferensi pers di Garuda Indonesia City Center, Tangerang, Banten, Selasa (1/10/2019), manajemen Garuda Indonesia Group menyepakati komitmen bersama untuk terus melanjutkan kerja sama manajemen dengan pemegang saham Sriwijaya Air Group.
Sebelumnya, Citilink menggugat Sriwijaya Air setelah Komisaris Sriwijaya Air mencopot sejumlah anggota direksi yang berasal dari manajemen Garuda Indonesia. Padahal, kerja sama keduanya mulai November 2018 bertujuan untuk memperbaiki kinerja keuangan Sriwijaya Air Group yang berutang kepada anak usaha Garuda Indonesia Group, PT GMF AeroAsia.
Kesepakatan itu merupakan kelanjutan dari pertemuan Garuda Indonesia Group dan pemegang saham Sriwijaya Air Group, yang difasilitasi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno beberapa waktu lalu.
Kesepakatan itu merupakan kelanjutan dari pertemuan Garuda Indonesia Group dan pemegang saham Sriwijaya Air Group, yang difasilitasi Menteri BUMN Rini Soemarno beberapa waktu lalu.
Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra, yang mewakili Garuda Indonesia Group, berharap kesepakatan itu dapat menjadi titik balik untuk menguatkan komitmen seluruh pihak dalam mengedepankan kepentingan bersama.
”Kesepakatan ini dilakukan agar keamanan penerbangan tetap dikedepankan. Lalu, prioritas kepentingan pelanggan dan penyelamatan aset negara, dalam hal ini Sriwijaya Air, agar lebih baik lagi,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama GMF AeroAsia Tazar Marta Kurniawan mengatakan, kesepakatan ini diharapkan dapat kembali menyehatkan ekosistem industri penerbangan. Untuk itu, pihaknya akan terus mendukung layanan operasional penerbangan Sriwijaya Group.
”GMF AeroAsia akan melanjutkan kerja sama dalam memberikan layanan operasional pada Sriwijaya Air, termasuk dengan Nam Air. Kami akan langsung tangani dan mudah-mudahan kami bisa beri layanan yang lebih lancar berkualitas,” ujarnya.
Kembali beroperasi
Perwakilan pemegang saham Sriwijaya Air Group, Jefferson Jauwena, pada kesempatan itu pun memastikan layanan operasional Sriwijaya akan tetap berlanjut seusai kesepakatan bersama tersebut.
”Tujuan kami dengan kerja sama ini adalah membuat sistem layanan yang lebih baik. Kami berterima kasih atas komitmen semua pihak, termasuk GMF yang telah memulai lagi kerja sama dengan kami,” ucapnya.
Akibat tak mampu membayar utang Rp 810 miliar kepada GMF AeroAsia, Sriwijaya Air Group tak lagi mendapat jasa perawatan armada dari GMF sejak 25 September 2019 (Kompas, 1/10/2019).
Ketika dikonfirmasi mengenai pengunduran diri Direktur Operasi Sriwijaya Air Fadjar Semiarto dan Direktur Teknik Sriwijaya Air Ramdani Ardali Adang, Jefferson tidak berkomentar.
Mereka sebelumnya merekomendasikan agar Sriwijaya Air tak beroperasi karena keterbatasan tenaga dan fasilitas perawatan pesawat pasca-penarikan layanan oleh GMF AeroAsia.