Kerusuhan terjadi dalam unjuk rasa prodemokrasi di Hong Kong, Selasa (1/10/2019). Sebagai bagian dari China, aksi ini menodai perayaan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada hari yang sama.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
HONG KONG, SELASA — Kerusuhan terjadi dalam unjuk rasa prodemokrasi di Hong Kong, Selasa (1/10/2019). Sebagai bagian dari China, aksi ini menodai perayaan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada hari yang sama.
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan untuk kembali menyuarakan tuntutan mereka agar Hong Kong lebih demokratis. Mereka memenuhi tempat perbelanjaan dan pusat kota. Stasiun moda raya terpadu pun tutup untuk mencegah pengunjuk rasa berpindah-pindah.
”Saya tidak muda. Tetapi, jika tidak bergerak sekarang, kami tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk berbicara lagi. Sesederhana itu,” kata Li (42), seorang pengusaha perusahaan logistik di Causeway Bay.
Aksi unjuk rasa akhirnya rusuh pada sore hari. Kerusuhan menyebar ke berbagai titik kota, mulai dari Causeway Bay, Admiralty, Kowloon, hingga New Territories. Kantor-kantor pemerintahan di Admiralty dan Central dijaga ketat. Stasiun MRT di Admiralty sempat terbakar.
Kepolisian Hong Kong menembakkan gas air mata dan peluru karet kepada para pengunjuk rasa. Mereka juga menggunakan meriam air untuk memecah kerumunan.
”Para perusuh menggunakan cairan korosif di Tuen Mun, bagian barat New Territories, sehingga melukai sejumlah anggota polisi dan jurnalis,” bunyi pernyataan polisi tanpa merinci lebih jauh mengenai insiden itu.
Kepolisian Hong Kong menembakkan gas air mata dan peluru karet kepada para pengunjuk rasa. Mereka juga menggunakan meriam air untuk memecah kerumunan.
Para pengunjuk rasa bersenjatakan bom molotov melawan polisi. Sejumlah media, termasuk The South China Morning Post, melaporkan, satu orang terluka ditembak peluru tajam di dada.
Kepolisian Hong Kong tidak merespons atas laporan tersebut. Namun, mereka pernah menyatakan menembak peluru tajam ke udara dalam menangani kerusuhan yang sebelumnya.
Sejauh ini, Otoritas Rumah Sakit Hong Kong menyatakan, 15 orang terluka akibat kerusuhan. Satu orang di antaranya berada dalam kondisi kritis.
Aksi kerusuhan ini merupakan upaya pengunjuk rasa untuk membawa masalah berkurangnya demokrasi Hong Kong ke panggung internasional. Mereka mencoba membajak momen China untuk memamerkan kekuatan ekonomi dan militer dalam perayaan nasional 70 tahun berdirinya RRC pada Selasa (1/10/2019).
Sejak Juni 2019 terjadi krisis politik di Hong Kong. Pengunjuk rasa menuntut lima hal, yakni pencabutan rancangan undang-undang ekstradisi, pembatalan sebutan perusuh terhadap pengunjuk rasa, pembebasan pengunjuk rasa yang ditahan polisi, penyelidikan kekerasan polisi, serta pemberian hak pilih atas pejabat Hong Kong.
Pemerintah Hong Kong telah berupaya menghindari aktivitas yang dapat mencoreng citra Beijing tepat pada perayaan nasional. Aksi unjuk rasa kali ini merupakan tantangan internal paling serius yang dihadapi Presiden China Xi Jinping sejak menjabat pada 2013.
Ditambah lagi China tengah bergulat dengan masalah perang dagang melawan Amerika Serikat dan pelambatan ekonomi. Untuk meredakan tekanan, Pemerintah Hong Kong telah mencabut RUU Ekstradisi pada awal September 2019 dan bersiap untuk berdialog dengan warga.
Hong Kong merupakan pusat keuangan Asia. Sejak diserahkan Inggris kepada Beijing pada 1997, Hong Kong memiliki sistem pemerintahan terpisah dengan China untuk selama 50 tahun.
Tertutup
Perayaan 70 tahun RRC dirayakan secara tertutup di Hong Kong. Upacara pengibaran bendera dan resepsi diadakan di Pusat Konvensi dan Pameran Hong Kong (HKCEC). Jalan menuju HKCEC ditutup. Penjagaan pun diperketat.
Pelaksana Pemimpin Eksekutif Hong Kong Matthew Cheung mengatakan, Hong Kong memperoleh keuntungan dari dukungan China terhadap kebijakan ”satu negara, dua sistem pemerintahan”. Adapun Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam sedang berada di Beijing.
”Namun, eskalasi kekerasan di Hong Kong telah mengganggu ketertiban sosial dan melukai perekonomian,” kata Cheung.
Lembaga pemeringkat ekonomi, Standard & Poor’s, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Hong Kong menjadi 0,2 persen pada 2019 dan 1,6 persen pada 2020, Selasa (1/10/2019). Penyebab utama adalah ketegangan di Hong Kong sehingga menurunkan penjualan ritel dan pariwisata. (Reuters)