Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung memasuki tahap pemasangan girder untuk konstruksi layang. Konstruksi proyek ditargetkan tuntas pada akhir 2020 sehingga kereta cepat dapat beroperasi pada 2021.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung memasuki tahap pemasangan girder untuk konstruksi layang. Konstruksi proyek ditargetkan tuntas pada akhir 2020 sehingga kereta cepat dapat beroperasi pada 2021.
”Target pembangunan secara fisik selesai pada akhir 2020, kemudian commissioning untuk keretanya. Jadi, direncanakan beroperasi pada 2021. Sampai akhir tahun ini, kami targetkan konstruksinya selesai 50 persen,” kata Menteri BUMN Rini Soemarno dalam acara pemasangan girder pertama proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, Senin (30/9/2019), di Bekasi, Jawa Barat.
Acara itu dihadiri Duta Besar China untuk RI Xiao Qian, Direktur Jenderal Pengadaan Tanah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Arie Yuriwin, Komisaris Utama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) Bintang Perbowo, Direktur Utama PSBI Natal Argawan Pardede, dan Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China Chandra Dwiputra.
Menurut Rini, pemasangan girder merupakan lompatan baru konstruksi di proyek tersebut. Dari rute sepanjang 142,3 kilometer (km), sekitar 80 km merupakan konstruksi layang. Girder adalah balok di antara dua penyangga.
Untuk konstruksi layang proyek ini diperlukan 2.000 girder. Untuk memenuhi kebutuhan girder, dibangun tiga fasilitas pembuatan girder, salah satunya di Cikarang Barat.
Pada Mei lalu, terowongan Walini sepanjang 608 meter di Kabupaten Bandung berhasil ditembus. Secara keseluruhan ada 13 terowongan sepanjang 16,9 km di trase proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Alih teknologi
Dalam proyek ini, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk membangun tiang pancang yang digunakan sebagai dudukan girder. Tiang pancang ini dirancang tahan gempa.
Rini mengatakan, melalui proyek kerja sama Indonesia-China tersebut, terjadi alih teknologi kepada pihak Indonesia. Selain itu, banyak tenaga kerja Indonesia yang akan dikirim ke China untuk mempelajari pengoperasian kereta cepat.
”Ini akan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara dan Indonesia harus bangga. Kita bisa buktikan bahwa Indonesia mampu. Kita bisa belajar dari yang lebih mampu. Oleh karena itu, kerja sama penting dan harus saling menguntungkan,” ujar Rini.
Ini akan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara dan Indonesia harus bangga. (Rini Soemarno)
Xiao Qian menyampaikan, selama hampir dua tahun menjadi dubes, ia sudah 14 kali mengunjungi berbagai lokasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Selama itu Qian menyaksikan perkembangan konstruksi yang berjalan cepat.
”Proyek ini menjadi proyek persahabatan yang memberi pengaruh mendalam. Hari ini merupakan langkah penting untuk proses pembangunan selanjutnya,” kata Xiao Qian.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Chandra Dwiputra mengatakan, realisasi konstruksi 34,89 persen. Adapun lahan yang telah dibebaskan untuk proyek 99 persen.
Menurut Chandra, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan dikerjakan secara simultan. Dalam waktu dekat, pembangunan terowongan Halim sepanjang 1,8 km di bawah Tol Jakarta-Cikampek akan dibangun.
Selain itu, lanjut Chandra, pihaknya mulai merekrut pegawai untuk mengelola dan mengoperasikan kereta cepat Jakarta-Bandung. Nantinya, pegawai ini akan dikirim ke China untuk mempelajari pengoperasian kereta cepat.
”PT KCIC akan menyambungkan kereta cepat dengan moda transportasi lain, seperti di Halim dengan BRT (angkutan umum berbasis jalan atau bus) dan LRT (kereta ringan), lalu di Bandung dengan stasiun kereta Kota Bandung. Diharapkan nantinya akan mengubah budaya bertransportasi dari kendaraan pribadi menjadi kereta,” kata Chandra.
Sementara, Arie Yuriwin mengatakan, seluruh lahan untuk keperluan proyek kereta cepat diharapkan sudah bisa dibebaskan pada Oktober ini.
Kereta cepat ini dirancang dengan kecepatan operasional hingga 350 km per jam sehingga Jakarta-Bandung bisa ditempuh kurang dari satu jam.