Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua mengakui, luasnya wilayah yang terdampak gempa membuat petugas kewalahan mendistribusikan bantuan bagi warga yang menjadi korban.
AMBON, KOMPAS — Bantuan bagi korban gempa di Pulau Ambon, Maluku, terus berdatangan. Sebagian korban yang sebelumnya kesulitan mendapatkan bahan makanan kini mulai menerima bantuan meski belum memadai. Petugas kewalahan mendistribusikan bantuan karena luasnya daerah terdampak.
Senin (30/9/2019), bantuan mulai berdatangan di posko bencana Desa Liang, Kabupaten Maluku Tengah. Sukarelawan setempat lalu mengemas bantuan itu dan mendistribusikan kepada warga. Bantuan yang baru pertama kali diberikan setelah gempa bermagnitudo 6,5 pada Kamis (26/9/2019) jumlahnya belum memadai.
”Untuk makan satu hari tidak cukup,” kata Adri Selan, salah seorang sukarelawan. Desa Liang di Pulau Ambon terdampak paling parah. Total 17.471 warga terdampak, termasuk 556 anak balita dan 510 warga lanjut usia. Sejumlah 406 rumah rusak berat, 277 rusak sedang, dan 317 rusak ringan. Hingga Senin malam, warga masih mengungsi di dataran tinggi karena khawatir terjadi gempa susulan dan tsunami.
Di Desa Waai, desa dengan dampak terparah kedua setelah Desa Liang, banyak korban belum mendapat bantuan. ”Pembagian harus merata. Jangan sampai ada desa yang diberi perhatian lebih dan sebaliknya yang lain kurang diperhatikan,” kata Gery Tuasela, warga.
Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua mengatakan, bantuan terus didistribusikan kepada korban di Pulau Ambon, Haruku, dan Saparua. Ia pun memerintahkan tim agar memperhatikan alur bantuan ke lokasi pengungsian.
Ia mengakui luasnya daerah terdampak membuat petugas kewalahan. Namun, ia berjanji akan membenahi ketidakteraturan penanganan korban, termasuk distribusi bantuan yang terjadi beberapa hari terakhir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan tiga daerah terdampak gempa, yakni Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Gempa menyebabkan 30 orang tewas, 156 orang luka, dan 136.780 orang mengungsi. Kerusakan melanda 698 rumah, 2 fasilitas kesehatan, 16 rumah ibadah, 8 kantor pemerintahan, 19 fasilitas pendidikan, 2 jembatan, dan 1 pasar.
Aktivitas sekolah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy kemarin mengunjungi guru dan siswa yang menjadi korban gempa di Desa Liang. Ia berharap kegiatan belajar-mengajar segera diaktifkan kembali. Meski bangunan sekolah terlihat tidak mengalami kerusakan serius, konstruksinya tetap perlu diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan lagi.
Jika ruang kelas tidak memungkinkan, pembelajaran dilakukan di tenda yang disiapkan Kemdikbud. Muhadjir berjanji akan membantu perbaikan sekolah yang rusak. Selain merusak bangunan, gempa juga menyebabkan semburan lumpur dan karang di sejumlah titik di Desa Liang. Semburan kian menakutkan warga. Garis polisi terpasang di beberapa titik semburan.
”Saat tanah bergoyang, langsung muncrat semburan. Ada juga tanah terbelah. Ini yang membuat kami semakin takut,” kata Suardi Sayudi Lessy, warga Desa Liang. Tim dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral meneliti semburan itu. Athanasius Cipta, ketua tim, mengatakan, semburan tersebut termasuk likuefaksi. Kondisi tanah dan batuan di titik itu akan diteliti lebih mendalam. (FRN)