Atap Sekolah di Cirebon Ambruk, Belasan Siswa Terluka
Sebanyak 19 siswa dan seorang guru SMPN 2 Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terluka akibat atap di dua kelas ambruk, Selasa (1/10/2019). Kejadian serupa masih mengancam karena bangunan sejumlah kelas rusak.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Sebanyak 19 siswa dan seorang guru SMPN 2 Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terluka akibat atap di dua kelas ambruk, Selasa (1/10/2019). Kejadian serupa masih mengancam karena bangunan sejumlah kelas masih memprihatinkan.
Ambruknya atap kelas VII.I dan VII.J tersebut terjadi saat kegiatan belajar-mengajar sekitar pukul 13.00. Tanpa hujan dan angin kencang, atap itu roboh serta menimpa 19 siswa dan Yeti (55), seorang guru Bahasa Indonesia. Nyaris seluruh atap, genteng, dan plafon kelas jatuh. Kaca jendela pecah.
Sejumlah siswa bahkan terjepit reruntuhan atap. Sebanyak 14 korban dibawa ke Rumah Sakit Mitra Plumbon. Sementara sisanya mendapat perawatan di Puskesmas Plumbon. ”Informasi terakhir, dua orang dirawat inap karena luka di kepala dan patah tangan. Ini musibah dan baru pertama kali,” kata Kepala SMPN 2 Plumbon Ma’rifa, Selasa petang.
Pascaambruk, dua kelas yang kini beratap langit itu dikelilingi garis polisi agar warga menjaga jarak aman. Polisi dan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cirebon pun masih berjaga di lokasi.
Menurut Ma’rifa, kedua ruangan itu dibangun pada 1984 dan hanya sekali mendapatkan rehabilitasi, sekitar tahun 2006. ”Kami sudah mengajukan ke Dinas Pendidikan Cirebon agar bangunan ini direhabilitasi. Namun, realisasinya belum dapat,” ujar Ma’rifa yang baru dua tahun menjadi Kepala SMPN 2 Plumbon.
Dia menjamin, meski dua kelas itu tidak lagi digunakan untuk sementara waktu, 64 siswa dapat menempati kelas lain yang tersedia. Di SMPN 2 Plumbon terdapat 30 ruangan dengan sekitar 960 siswa.
Akan tetapi, Ma’rifa mengakui, masih ada dua kelas yang terancam ambruk dan mendesak untuk direhabilitasi. Plafon di kelas itu tampak bolong dan atapnya miring. Dia berharap dinas pendidikan segera merehabilitasi bangunan tersebut agar ambruknya atap kelas tidak terulang lagi.
”Semoga kejadian ini jadi mata kita semua, dinas dan masyarakat, bahwa sarana dan prasarana harus diprioritaskan. Apalagi, ini menyangkut anak didik,” ucapnya.
Petugas BPBD Kabupaten Cirebon Faozan mengatakan, pihaknya masih mendata kerusakan dan perkembangan korban dalam kejadian tersebut. ”Jika sekolah membutuhkan tenda darurat untuk belajar, kami akan siapkan,” katanya.
Wakil Kepala Polres Cirebon Komisaris Ricardo Condrat mengatakan, pihaknya tengah menyelidiki kasus ambruknya atap kelas SMPN 2 Cirebon. Pihaknya juga sudah meminta keterangan dari Ma’rifa.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon Asdullah Anwar mengatakan, sejak 2017, pihaknya sudah mengusulkan perbaikan ruangan kelas SMPN 2 Plumbon melalui dana alokasi khusus ke pemerintah pusat. ”Namun, belum direalisasikan sampai sekarang. Kalau kami anggarkan di APBD Cirebon, nanti tumpang tindih,” ujarnya.
Kemampuan kami hanya memperbaiki 50 kelas. Padahal, ada 200 sampai 300 kelas di SMP yang harus diperbaiki. Setelah dibenahi, masih banyak sekolah yang mengantre.
Menurut dia, anggaran untuk sarana dan prasarana sekolah sekitar Rp 18 miliar belum mampu merehabilitasi ruangan yang rusak. ”Kemampuan kami hanya memperbaiki 50 kelas. Padahal, ada 200 sampai 300 kelas di SMP yang harus diperbaiki. Setelah dibenahi, masih banyak sekolah yang mengantre,” katanya.
Pihaknya berjanji segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk memperbaiki ruangan yang rusak di SMPN 2 Plumbon. Pihaknya juga akan menanggung biaya pengobatan korban.