Sejumlah permasalahan kesehatan kerap sulit dipecahkan dan terus-menerus berulang. Dibutuhkan inovasi-inovasi di bidang kesehatan yang bisa menjadi solusi atas permasalahan tersebut.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sejumlah permasalahan kesehatan kerap sulit dipecahkan dan terus-menerus berulang. Dibutuhkan inovasi-inovasi di bidang kesehatan yang bisa menjadi solusi atas permasalahan tersebut.
Beberapa permasalahan kesehatan yang sulit dipecahkan kini menjadi prioritas penanganan. Beberapa di antaranya ialah angka kematian ibu dan bayi, tengkes (stunting), penyakit menular, dan penyakit tidak menular.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Ina Mahanani dalam diskusi terbatas yang diikuti Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Jawa Timur, dan Dinas Kesehatan Banyuwangi di Banyuwangi, Rabu (2/10/2019).
”Butuh inovasi untuk menyelesaikan permasalahan angka kematian ibu dan bayi, stunting, penyakit menular dan tidak menular. Kalau permasalahan tersebut diselesaikan dengan cara-cara konvensional, permasalahan tersebut tidak akan selesai,” ujarnya.
Ina mengatakan, inovasi di bidang kesehatan tak melulu harus bersinggungan dengan digitalisasi. Ia mengungkapkan, inovasi bisa dilakukan dengan melibatkan lintas sektor.
Ia mencontohkan, salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu ialah akses infrastruktur. Ibu hamil dengan risiko tinggi yang tinggal di daerah terpencil dengan akses infrastruktur yang buruk memiliki potensi kerawanan lebih tinggi.
Kalau permasalahan tersebut diselesaikan dengan cara-cara konvensional, permasalahan tersebut tidak akan selesai.
”Guna mengatasi hal itu, Dinas Pekerjaan Umum bisa turut andil dalam perbaikan jalan. Bisa juga melibatkan petugas desa ataupun TNI/Polri untuk membantu mengevakuasi ibu hamil risiko tinggi ke tempat yang lebih mudah diakses dari puskesmas. Intinya, ada sinergi lintas sektor, tidak hanya menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan semata,” tuturnya.
Ina mengapresiasi berbagai inovasi kesehatan yang dilakukan di Banyuwangi. Salah satunya ialah inovasi SAKINA atau Stop Angka Kematian Ibu dan Anak.
Inovasi ini melibatkan penjual sayur dalam pemantauan ibu hamil risiko tinggi. Dalam perkembangannya, inovasi tersebut juga melibatkan perangkat desa serta Babinsa/Babinkamtibmas untuk mengevakuasi ibu hamil risiko tinggi ke rumah singgah.
Rumah singgah tersebut diperuntukkan bagi ibu hamil risiko tinggi yang tinggal di daerah pelosok dan jauh dari puskesmas. Dengan dievakuasi ke rumah singgah tersebut, harapannya ibu hamil risiko tinggi bisa lebih mudah dipantau tenaga medis di puskesmas.
Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi mengatakan, SAKINA dikembangkan sejak tahun 2013. SAKINA merupakan program pelayanan kuratif bagi ibu hamil dengan risiko tinggi misalnya hamil di bawah usia 20 tahun dan di atas 35 tahun, anak lebih dari dua orang, serta jarak kehamilan yang terlalu pendek.
”Kehamilan mereka kami pantau secara khusus untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak. Pada tahun 2012, Kecamatan Sempu menjadi daerah dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi di Banyuwangi dengan jumlah kasus mencapai 16 kematian. Berkat SAKINA, sejak tahun 2015 tidak ada lagi kasus kematian ibu di wilayah Kecataman Sempu,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Widji Lestariono mengatakan, Banyuwangi memiliki 271 inovasi kesehatan. Inovasi-inovasi tersebut lahir dari 45 puskesmas dan dua rumah sakit umum daerah.
”Beberapa inovasi yang lahir sudah mendapat pengakuan secara nasional bahkan internasional. Namun, tujuan utama inovasi tersebut bukanlah penghargaan, melainkan membantu masyarakat untuk mendapat layanan kesehatan dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat,” tuturnya.
Selain SAKINA, beberapa inovasi kesehatan unggulan Banyuwangi ialah Jemput Bola dan Kartu Gandrung. Inovasi Jemput Bola merupakan program rawat jalan bagi lansia sebatang kara yang tidak mampu ke puskesmas atau rumah sakit. Sementara inovasi Kartu Gandrung digunakan untuk mempermudah layanan kesehatan bagi lansia, ibu hamil, dan difabel.