Laga lawan Barcelona krusial bagi Inter Milan untuk menunjukkan karakter baru musim ini. Mereka datang ke Stadion Camp Nou membawa energi positif sebagai modal utama
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
BARCELONA, SELASA — Inter Milan memiliki wajah baru setelah dipoles Pelatih Antonio Conte sejak awal musim ini. Suasana di ruang ganti tidak lagi murung dan mereka menjadi satu-satunya tim di Serie A yang memenangi keenam laga pertama. Energi positif tim ”Nerazzurri” ini akan diuji pada pekan ini.
Ujian pertama akan dijalani di Stadion Camp Nou ketika menghadapi Barcelona pada laga kedua Grup F Liga Champions, Kamis (3/10/2019) pukul 02.00 WIB. Tidak mudah bagi Inter, karena Barelona tak terkalahkan di Camp Nou pada Liga Champions sejak dipukul Bayern Muenchen tahun 2013. Sejak itu, hanya Atletico Madrid, Juventus, dan Tottenham Hotspur yang mampu meraih hasil imbang di stadion itu.
Dalam tiga laga di Camp Nou satu dekade terakhir, Inter tidak hanya kalah, tetapi juga gagal mencetak satu gol pun ke gawang tuan rumah. Musim lalu pada Oktober 2018, kedua tim juga bertemu di laga grup dan Inter kalah 0-2 di Barcelona.
Namun, Inter yang waktu itu dilatih Luciano Spalletti belum memiliki energi positif seperti saat ini. Akhir 2018 dan awal 2019 merupakan masa-masa tersulit Inter ketika para pemain kehilangan gairah dan Spalletti tidak akur dengan pemain, terutama Mauro Icardi. Spalletti gagal mengemban tugas merekonstruksi tim setelah menggantikan posisi pelatih sebelumnya, Stefano Pioli.
Energi positif berupa kegembiraan yang dirasakan pemain menjadi faktor yang sangat dibutuhkan Nerazzurri saat ini, dan Conte mampu menciptakannya. Upaya ini berhasil ketika Inter pada musim ini juga memboyong beberapa pemain baru. Dua di antaranya, Alexis Sanchez dan Romelu Lukaku, merupakan pemain yang butuh kegembiraan setelah kurang bersinar di klub lamanya.
Sanchez yang dipinjamkan dari Manchester United kini mengaku bisa mencintai sepak bola lagi.
”Inter belum memenangi apa pun sejak tujuh atau delapan tahun ini. Mirip seperti saya yang menemukan kembali kecintaan terhadap sepak bola, sejalan dengan hasrat saya untuk meraih gelar bersama klub ini,” ujarnya seperti dikutip Football-Italia.
Selama satu setengah musim bersama MU, Sanchez hanya mencetak tiga gol di Liga Inggris. Ini merupakan kemunduran pesat Sanchez karena ketika masih berada di Arsenal, pemain asal Chile ini bisa mencetak hingga 24 gol dalam satu musim (musim 2016-2017). Di Inter, ia baru mencetak satu gol, yaitu ke gawang Sampdoria, akhir pekan lalu.
Sanchez sebenarnya baru tampil pada tiga laga di Serie A, tetapi meyakini bahwa Conte memiliki proyek besar musim ini. Faktor kehadiran Conte inilah yang membuat Sanchez mantap untuk bermain bersama Inter.
Sama seperti Sanchez, Lukaku sebagai eks pemain MU lainnya lebih bersinar dan merasa sangat termotivasi berada di samping Conte.
”Pada usia ke-26 ini, saya memang menginginkan pelatih seperti ini, pelatih yang membantu saya setiap hari dan terus memotivasi,” ujar Lukaku.
Striker asal Belgia ini pun mengganti peran Icardi dan perlahan mengambil hati para fans Inter dengan menyumbang tiga gol di Serie A. Conte sejak lama memang mengincar Lukaku dan terjadi mutualisme di antara keduanya.
Conte pun memandang penting adanya energi positif yang kemudian membuahkan mentalitas juara. ”Mental yang kuat akan membuat perbedaan ketika tim berada pada masa-masa sulit,” ujar pelatih dengan bayaran tertinggi di Italia ini.
Mentalitas ini dibutuhkan Inter untuk menghadapi Barcelona dan juga pada laga kontra Juventus pada Serie A, Senin (7/10/2019) dini hari WIB. Juventus akan menjadi ujian kedua bagi Inter dan Conte pekan ini, untuk menunjukkan karakter mereka sebagai kandidat perebut gelar juara liga. Hasil positif di Camp Nou tentu akan menjadi modal besar ketika melawan si ”Nyonya Besar”.
Situasi memanas
Jika Inter sedang bergembira, situasi internal di kubu Barcelona justru sedang memanas. Perselisihan terjadi antara manajemen klub dan para pemain yang dipicu oleh sebuah artikel di surat kabar Mundo Deportivo, yang menceritakan bagaimana para pemain memiliki kekuasaan lebih.
Para pemain, seperti dilansir Marca, kemudian menuduh manajemen mendorong Mundo Deportivo untuk menerbitkan artikel itu dan menjadikan pemain sebagai kambing hitam. Bek Barcelona, Gerard Pique, mengkritik manajemen seusai Barcelona mengalahkan Getafe 2-0. Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu pun sudah berencana untuk berbicara dengan Pique.
Situasi seperti ini seharusnya tidak muncul ketika Barcelona akan melawan Inter yang memiliki pertahanan terkuat di Italia saat ini. Apalagi sang kreator serangan tim, Lionel Messi, masih diragukan bisa tampil penuh setelah mengalami cedera otot kaki kirinya.
”Kami masih menunggu hasil latihan terakhir (Selasa malam WIB). Messi sudah menjalani lebih dari setengah sesi latihan,” ujar Pelatih Barcelona Ernesto Valverde. (AFP)